0
Home  ›  Chapter  ›  Poison

Bab 30 – Curiga

Bab 30 – Curiga-1

4 bulan berselang…

Bela banyak menghabiskan waktunya di rumah Damian sejak kehamilannya dan Luis yang kembali sibuk bekerja di rumah sakit. Rey memilih untuk bekerja sebagai pegawai tetap di Pet Shop karena tak ada tempat yang sesuai dengannya sejauh ini. Luis juga memperlakukan Rey juga Ema seperti keluarga sendiri, keduanya juga tampak betah bekerja disana karena selain bisa part time untuk Ema, ia juga bisa sekalian memadu kasih dengan Rey.

Beberapa dokter hewan yang semula hanya magang kini juga mulai praktek secara tetap disana dan menambah dua karyawan juga untuk membantu bersih-bersih dan memandikan hewan-hewan. Jadi Luis dan Bela bisa lebih santai, terutama Luis tak khawatir jika istrinya merasa terbebani dan perlu turun langsung ke kios untuk membantu.

“Sayang aku pulang,” panggil Luis karena tak ada sambutan dari Bela ketika ia sampai.

Perasaan Luis langsung kacau namun saat ia hendak melangkah masuk ia melihat Bela terlelap menunggunya di ruang tengah, tidur sedikit meringkuk sambil memegangi buku soal kandungan gizi makanan. Seketika perasaan Luis langsung lega dan tenang. Luis pergi ke kamar mandi sejenak untuk mencuci tangannya sebelum menyentuh Bela.

“Sayang, kau menungguku ya dari tadi?” tanya Luis lembut lalu mencium Bela dan menggendongnya ke kamar.

“Luis…” lirih Bela lalu mengalungkan tangannya di leher Luis yang menggendongnya ke kamar.

“Maaf ya pulangku terlambat,” ucap Luis lembut yang di angguki Bela.

Luis langsung menidurkan Bela dan menciuminya sejenak sebelum mengelus dan mencium perut buncitnya. “Ayah pulang,” ucap Luis memberitau jika ia sudah pulang pada bayi di perut Bela dengan lembut.

“Sudah makan?” tanya Bela sembari mengelus rambut Luis.

Luis menggeleng. “Aku ingin makan malam denganmu,” jawab Luis lalu bangun. “Aku mau mandi dulu, nanti aku makan dikamar saja,” ucap Luis sebelum Bela bangun dan menyiapkan makan malam untuknya.

“Tidak papa, aku ambilkan makan ya. Pasti lelah seharian bekerja,” ucap Bela tetap memaksa dan Luis membiarkannya.

Luis mandi seperti biasa, lalu mengambil piama yang senada dengan yang Bela kenakan. Bela sudah menyiapkan makan malamnya di ruang makan dan duduk manis menunggunya sambil sesekali mengelus perutnya.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

“Ow, tunggu sebentar!” ucap Luis lalu berlari ke mobilnya mengambilkan buket bunga mawar yang sempat ia beli saat perjalanan pulang untuk Bela. “Aku jarang di rumah belakangan ini, maaf.”

Bela tersenyum lalu menerima bunga dari Luis sebelum meletakkannya di kursi untuk memeluk suaminya itu. “Terimakasih,” ucap Bela lembut.

Luis membalas pelukan Bela sejenak, sembari mengelus pinggang dan punggungnya. Baru ia mulai menyantap makan malamnya. Tentu ini bukan rasa masakan Bela, tapi Luis senang karena Bela yang menyiapkan dan menemaninya makan kali ini.

“Kau tau, belakangan ini aku hanya diam di rumah…”

“Kau bosan? Ingin pergi jalan-jalan? Pergi keluar?” tebak Luis sembari menatap istrinya itu.

Bela menggeleng pelan. “Aku senang disini, aku sudah banyak bergerak. Kadang aku juga senam dengan tutorial dari internet. Hanya saja waktu aku melihat sosial media…”

Luis langsung menghentikan makannya, alisnya terangkat sebelah dan telinganya benar-benar serius mendengarkan ucapan Bela sekarang.

“Begitu banyak perempuan sepertiku yang jadi gemuk setelah hamil, melahirkan, punya anak…” Bela menghela nafasnya, Luis sudah deg-degan takut jika Bela berpikiran buruk. “Aku takut kau tidak suka padaku lagi kalau fisikku berubah…”

Luis langsung bernafas lega dan tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Bela. Luis pergi ke kamar mengambil laptop lamanya lalu menunjukkan foto lama Bela saat pertama bersamanya.

“Lihat, kau sangat mengenaskan dulu, sekarang kau sudah cantik, sehat, memberiku keturunan juga. Bagaimana bisa aku meninggalkanmu?” ucap Luis lalu merangkul Bela. “Ku rasa kau harus berhenti bermain sosial media, aku tidak mau itu membuatmu stres. Membuatmu memikirkan hal-hal yang tidak-tidak, membuatmu jadi paranoid pada hal yang mustahil terjadi,” atur Luis dengan lembut sembari menyelesaikan makannya.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

Bela tersipu mendengar jawaban dan penjelasan Luis yang begitu logis. Luis benar, mungkin ia sudah terlalu banyak menghabiskan waktunya disosial media.

“Aku akan berusaha cepat pulang, pasti melelahkan ya menungguku sendiri?”

Bela terdiam dengan pertanyaan Luis. Ia memang sering merindukan suaminya dan takut jika mengganggu pekerjaannya. Bela ingin banyak menghabiskan waktu bersama, dipeluk, dimanja-manja. Tapi ia juga sadar Luis harus bekerja, ada banyak bill yang harus di bayar dan suaminya itu sedang mengusahakan semuanya. Mengusahakan kehidupan agar lebih baik untuknya.

“Sayang, kamarmu sudah selesai di renovasi. Besok kita bisa pulang kalau kau mau,” ucap Luis karena Bela tak kunjung menjawabnya.

Bela mengangguk lalu bangkit dari duduknya di bantu Luis, sementara pelayan sudah langsung bersiap membereskan bekas makan Luis.

“Kau memikirkan banyak hal?” tebak Luis yang di angguki Bela yang berjalan ke kamar sambil membawa buket bunga yang Luis berikan untuknya tadi. “Apa?” tanya Luis sembari menaiki tangga bersama Bela.

“Kadang aku sangat merindukanmu, tapi kalau aku bilang nanti pekerjaanmu terganggu. Kadang aku ingin pergi jalan-jalan di sore hari, atau sekedar…em…”

Luis tersenyum mendengar ucapan Bela yang menyampaikan isi pikirannya. “Kalau aku tidak di rumah apa yang kau lakukan?” tanya Luis.

“Em…berjalan di taman belakang, kadang ayah melihatku aku tersenyum, dia juga tersenyum lalu berlalu. Kadang aku mencoba resep, tapi pelayanmu tidak mengijinkanku memasak, jadi aku hanya membaca buku resep saja,” ucap Bela sembari tiduran di samping Luis sembari mengelus perutnya.

Luis tertawa pelan. “Aku takut kau kesepian kalau di rumah kita. Aku khawatir kalau kau jatuh, atau ya mungkin hal darurat lainnya. Besok aku bilang agar kau bisa memasak,” ucap Luis sembari mendekap Bela. “Aku sangat mencintaimu Bela, mencintai anak kita juga, jangan terlalu banyak bermain sosial media,” pinta Luis lalu mengecup kening Bela lembut dan ikut mengelus perutnya.

***

Kondisi Erik masih koma sejak kejadian pemilihan direktur empat bulan lalu. Alan yang kecewa dengan tindakan nekat putranya itu akhirnya menyesali perbuatannya. Ia baru sadar sudah begitu banyak memberikan tekanan pada Erik hingga putranya melampaui batas warasnya seperti ini. 

Vivi terus ada disamping putranya sembari berdoa dan terus mengajaknya bicara dengan lembut bahkan terus meminta maaf padanya. Sementara Alan tak memiliki keberanian untuk melihat kondisi putranya sama sekali. Posisinya yang sudah tak menjadi direktur di rumah sakit dan kehilangan segalanya juga membuatnya mengalami kekagetan karena kehilangan powernya sebagai pemimpin.

“Maaf Pak, ini khusus untuk direktur,” ucap satpam mengingatkan Alan yang tiba-tiba parkir di tempat yang sekarang di pakai Luis.

Luis menundukkan pandangannya mengangguk mengijinkan Alan memakai tempatnya sementara ia parkir di tempat lain.

“Aku tau kau yang memprovokasi Erik!” geram Alan yang mendekat pada Luis dan langsung mencengkram kerah kemejanya menuduh tanpa bukti.

Luis menatap Alan dengan wajah kaget dan takut, namun saat ia melihat satpam datang ia langsung tersenyum dan tertawa kecil sambil berjalan pergi berlalu begitu saja meninggalkan Alan tanpa menanggapinya.

“Aku hanya kesini sebentar Paman, aku sudah ada janji dengan Bela untuk pulang cepat,” ucap Luis ramah agar satpam tak menaruh curiga.  

39
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share