0
Home  ›  Chapter  ›  My Perfect Husband 2

Bab 6 - Telfon Taruhan

 
Bab 6 - Telfon Taruhan-1

Pagi menjelang, Clara masih terlelap dalam sekapan hangat suaminya yang sama-sama telanjang setelah bercinta semalam. Bara yang bangun lebih awal juga hanya membenarkan selimut dan kembali tidur sambil memeluk istrinya sambil mengelus perut buncitnya yang ditendang-tendang si kecil.

"Pagi-pagi dah gerak aja kamu nak," ucap Bara sambil mengelus perut istrinya dan mengecup keningnya dengan lembut.

"Enghh ayahnya adek," ucap Clara yang jadi ikut bangun karena si kecil yang terus menendang, merespon elusan dari suaminya.

"Pagi cintaku," sambut Bara lalu mengecup kening Clara yang dibalas dengan mengecup bibir suaminya dan tersenyum manis seperti biasa "Si adek nendang mulu ya. Bundanya jadi bangun deh," sambung Bara lalu bangun dan mengambilkan minuman untuk istrinya.

"Kamu sih. Si adek kan gitu kalo sama kamu pasti ribut," ucap Clara lalu meminum air mineral yang diambilkan suaminya.

"Adek gak sabar ya main sama ayah?" tanya Bara di depan perut buncit istrinya lalu menciuminya.

Cuma dari sperma yang keluar dari jalur kencingku. Sekarang sudah jadi janin. Sebentar lagi bakal keluar jadi bayi. Batin Bara yang terus menatap perut istrinya sambil mengelus dan menciuminya.

"Ayah, adek sama bundanya laper nih," ucap Clara sambil mengelus kepala suaminya sekaligus membuyarkan lamunan suaminya.

Keluargaku bahagia gini. Aku masih mau sama tina? Huft emang aku aja yang kurang ajar dan kurang bersyukur. Batin Bara yang tersadar.

"Ah iya. Ayo makan," ucap Bara lalu bangun dan memakai kimono.

"Ehem," deham Clara menahan suaminya "Mandi dulu dong, yah. Bau tau," sambung Clara mengingatkan suaminya.

"Ah iya lupa," jawab Bara sambil nyengir dan segera berputar haluan "Mau mandi bareng?" tawar Bara.

"Enggak ah kak. Nanti lama lagi kalo sama kakak," ucap Clara sambil memunguti pakaian yang berserakan.

 "Bareng aja lah sayang. Kan bentar lagi kita bertiga. Kapan lagi mau berduaan," bujuk Bara sambil membantu istrinya beres-beres "Lagian dah lama juga kan aku gak bantu kamu sabunan," sambung Bara.

"Kan baru kemarin sore kak. Terakhir mandi bareng," jawab Clara sambil geleng-geleng kepala, tapi akhirnya tetap menuruti permintaan suaminya setelah memesan sarapan.

Bara langsung mengisi air dan memenuhinya dengan sabun agar banyak busa, karena memang sejak Clara hamil lagi bara jadi senang mandi busa dan melakukan hal-hal yang sebelumnya tak mungkin ia lakukan seperti ikut main mandi bola dan main prosotan.

"Aku tadi pesen bubur ayam tiga," ucap Clara lalu masuk ke kamar mandi sambil memandangi tubuhnya yang penuh cupang.

"Iya makan cuma itu aja? Gak tambah ice cream gitu?" tanya Bara sambil mengaduk-aduk air dengan tangannya hingga berbusa "Maksudku kan biasanya adek sama kamu suka ice cream," sambung Bara menutupi keinginannya makan ice cream.

"Vanila pakek stroberi kan. Kayak biasanya kesukaan kakak itu kan?" goda Clara lalu mengikat rambutnya dan mengacak-acak rambut suaminya yang sudah mulai panjang.

"Tau aja istriku ini," puji Bara lalu menggenggam tangan istrinya dan mengecupnya.

"Ya paham lah. Kakak kan gitu sekarang sejak aku hamil jadi manja, suka mainan, suka ice cream. Padahal dulu gak doyan-doyan amat," ucap Clara lalu masuk ke dalam bathtub disusul suaminya.

###

Seperti biasanya acara mandi berdua selalu berlangsung dengan mesra dan selalu terasa seperti pengantin baru. Apalagi Bara sering menuju tubuh Clara saat mengandung dan membesarkan hati istrinya yang merasa tidak percaya diri karena tubuhnya yang mulai membengkak.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

Acara sarapan pun juga berlangsung menyenangkan apalagi Bara yang langsung menyuapi istrinya yang tengah menerima telfon dari Anna, Caca, teman-temannya juga menanggapi Lisa dan Aya yang ribut bukan main berebut ingin berbicara dengan Clara.

"Sibuk ya kamu nyonya Bara," goda Bara yang menyuapkan suapan terakhir untuk istrinya.

"Banyak yang minta dikabarin kak," ucap Clara lalu meminum teh manisnya.

Bara hanya tersenyum lalu mengambil ponsel istrinya agar acara liburan tidak makin terganggu. Bara langsung mematikan ponsel istrinya dan memberikan ponselnya yang lama tak disentuh sejak datang di Bandung.

"Cek punyaku juga dong sayang," pinta Bara lalu merangkul istrinya agar duduk bersandar di dadanya.

"Iya," jawab Clara menuruti permintaan suaminya lalu menyalakan ponsel suaminya dan membiarkan semua notifikasi masuk "Rame bener ya hapenya pak Barakah ini," sindir Clara lalu meletakkan ponsel suaminya di meja terlebih dahulu.

Tak selang lama semua notifikasi masuk, baru Clara akan mengecek 1000 panggilan tak terjawab ponsel Bara malah eror. Sembari menunggu, Bara berinisiatif untuk mencumbu istrinya.

"Cla, pengen nenen dong," pinta Bara pada istrinya.

"Hah?" pekik Clara cukup terkejut mendengar permintaan suaminya.

"Aku gak ML deh. Tapi nenen ya. Sama kocokin aja," pinta Bara dengan memelas.

Clara yang awalnya ingin menolak, jadi tak sampai hati. Apalagi Clara sangat paham bagaimana nakalnya si suami bila sampai kumat.

"Yaudah buka dong," bisik Clara menggoda Bara sambil mengecup daun telinganya dan memberi tanda kepemilikannya di leher Bara lagi.

Dengan penuh semangat Bara langsung membuka daster yang dikenakan Clara dan membuangnya ke sembarang arah. Bara langsung melepaskan bra yang menutup kedua payudara indah milik istrinya yang makin terlihat sintal dan padat berisi. Tapi baru Bara mendekat untuk mencumbu payudara istrinya yang terlihat sangat nakal itu, suara dering ponsel Bara terdengar begitu nyaring dengan nama Tina tertera di layarnya.

Mau apa dia ini? Lagi kayak gini. Malah diganggu! Maki Bara dalam hati lalu melanjutkan aktivitasnya seolah tak mendengar apa-apa.

Mau apa ya kak Tina sampe telfon suamiku pagi-pagi gini. Batin Clara lalu mengambil ponsel suaminya dan mengangkat telfon dari Tina.

***

"Yes! Tuh lo liat Rob, diangkat!" pamer Tina lalu menspeaker panggilannya.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

Mana mungkin gue cuma lucky sama Bara! Ini takdir! Takdir! Batin Tina merasa jumawa.

Tapi baru saja ia menspeaker panggilannya. Suara ponsel Bara yang jatuh terdengar, tak selang lama suara decapan Bara terdengar sangat jelas juga suara desah Blara yang terdengar erotis meskipun tidak terus menerus terdengar.

"Anghh Kakak jangan digigit!" terdengar suara pekikan manja dari Clara.

Robi hanya memperhatikan Tina yang terlihat sangat malu dan bergairah di saat yang bersamaan saat tak sengaja mendengar suara Bara yang sedang bercinta dengan wanita halalnya.

"Mana seratus ribu lo?" tagih Robi lalu meraih ponsel Tina dan mematikan sambungan teleponnya.

Tina benar-benar kesal, tapi ia tetap memberikan uang seratus ribu sesuai taruhannya diawal tadi.

"Lo masih yakin?" tanya Robi meremehkan Tina.

"Gue yakin. Seyakin sebelumnya," jawab Tina mantap.

Gila juga ni cewek. Dulu aja waktu kanker mau donor buat Lisa lah. Nyuruh Bara move on lah. Nah sekarang? Dasar lu buayawati. Cibir Robi dalam hati.

"Tadi cuma kebetulan aja mereka lagi gituan," ucap Tina menguatkan hatinya "Iya kan Rob," sambungnya meminta dukungan dari Robi yang hanya bisa menepuk jidat dan geleng-geleng kepala.

"Kamu bilang bisa, kebetulan, Clara yang nempel ke Bara. Tapi nyatanya apa? Mana? Gak satupun kan kamu menang?" ucap Robi yang menciutkan hati Tina.

"Tapi gue kan masih bisa deket sama keluarganya Bara!" sanggah Tina membela dirinya yang memang sudah terpojok.

"Lo dah kerumahnya bu Anna kan?" tanya Robi yang hanya dijawab dengan tatapan bertanya dari Tina "Lo liat kan gimana sayangnya Aya, Lisa, bu Anna ke Clara? Oke sekarang lo merasa jauh lebih unggul segalanya dari Clara, apalagi lo habis implan kan. Tapi asal lo tau Clara itu tulus, apa adanya. Gak banyak maksud kayak lo. Semua gampang suka sama Clara, gue yang awalnya gak suka aja jadi suka loh sama dia. Dia itu berlipat-lipat lebih menarik daripada elo!" sambung Robi blak-blakan.

Tina hanya diam lalu menggeleng tak percaya.

"Dia dihitung bocah makanya dia banyak yang suka! Lagian pasti tante sama om kasih restu bukan karena suka tapi kasian sama orang bobrok kayak Clara!" maki Tina menepis kenyataan yang disampaikan Robi.

"Clara itu pemaaf, penyayang, nurut juga anaknya. Apalagi sama Bara. Dia tu peduli ke semua orang dari pembokat di rumahnya, supir, sampe OB di hotel semua pasti punya kesan baik sama Clara. Dia gak cantik. Dia biasa aja. Tapi dia kasih cucu. Kasih anak. Dan merubah Bara," bela Robi pada Clara.

"Mobil. Kita taruhan pakek mobil," ucap Tina yang tersulut emosi.

"Sorry gue go green,"

"Vila gue di Raja Ampat!" potong Tina.

"Deal!" ucap Robi menyanggupi.

"Kalo gue bisa dapetin Bara dan jadi istrinya lo jadi budak gue sepuluh tahun!" ucap Tina memutuskan taruhan Robi.

Glek! Suara Robi yang menenggak ludahnya sendiri karen merasa ngeri bila harus menjadi budak wanita bunglon macam Tina selama sepuluh tahun.

"Tap_"

"Tanpa pengurangan!" ucap Tina memotong ucapan Robi yang ingin menawar taruhannya.

Oke ini mudah. Aku tinggal jagain Clara dan suaminya. Batin Robi lalu turun dari mobil Tina.

"Heh! Nanti ku buat surat perjanjian kita tadi! Biar kamu tau! I’m the winner!" ucap Tina tegas dan penuh emosi.

"Go ahead. Loser," tantang Robi lalu masuk ke hotel dan melanjutkan pekerjaannya, sementara Tina pergi entah kemana.

Perfect! Musuhku tambah lagi! Tapi aku. Aku gak bakal kalah! Maki Tina dalam hati.

"Clara mati saja kamu! Bocah sialan!" maki Tina sambil berteriak dengan histeris dalam mobilnya dan memukul-mukul setir mobilnya, sebagai pelampiasan emosinya.

39
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share