Bab 12 - Ulang Tahun Clara
Clara terlihat sangat anggun hanya dengan gaun
sederhananya. Gaun selutut berwarna merah hati dengan ikatan di pinggangnya
yang memamerkan perut buncitnya. Rambut panjang Clara juga hanya digelung oleh
Sofia, wajahnya juga hanya dipoles dengan
sapuan blush on dan polesan
lipstik berwana matte di bibirnya.
Untuk aksesorisnya sendiri Clara juga hanya memakai cincin kawin nya dan
anting-anting mutiara dari bundanya.
"Anak ayah dah besar, padahal dulu masih ayah
antar ke sekolah. Sekarang dah punya suami, mau punya anak juga," ucap Fajar
sambil merangkul putrinya.
"Kamu cepat sekali besarnya," ucap Caca lalu
ikut memeluk Clara.
Bara yang menatap kebersamaan istrinya dengan keluarganya
makin merasa bersalah. Apalagi ia sempat berniat memadu Clara dengan Tina. Bara
bahkan melupakan ulang tahun Clara di saat semuanya mengingat dan berusaha
memberikan kado istimewa padanya.
"Ayah bangga gak salah pilih pasangan buat
Clara," ucap Fajar memuji Bara dengan malu-malu.
Bara hanya mengangguk lalu tersenyum dan kembali menunduk
murung.
Aku benar-benar harus
berhenti sebelum Clara tau dan semua jadi berantakan. Batin Bara.
"Kenapa kakak dari tadi cemberut, kakak gak suka
aku ulang tahun?" tanya Clara lalu duduk di samping suaminya.
"Bukan itu sayang," jawab Bara yang langsung
mendapat tatapan tajam dari seluruh anggota keluarga Clara.
"Kenapa?" tanya Clara lalu menatap suaminya
sedih.
"Aku bingung mau kasih kamu kado apa jadi aku
kasih ini doang. Aku malu," jawab Bara lalu memberikan kadonya pada Clara
dengan malu-malu.
Clara langsung memeluk Bara begitu melihat kado dari
suaminya.
"Gapapa. Bisa jadi istrimu itu kado yang paling
indah dalam hidupku," ucap Clara lembut.
Deg deg deg. Bara kembali berdebar begitu mendengar ucapan
istrinya yang sangat tulus mencintainya.
Aku gak boleh serong, aku makin yakin sekarang kalo Clara
selalu menjadi masa depanku. Batin Bara sambil memeluk erat istrinya.
"I love Clara so much," bisik Bara lalu mengecup
pipi Clara.
"Dah yuk. Katanya mau ngajak pergi," ucap Clara
lalu bangun dan menggandeng suaminya "Oh iya sayang, tadi aku dah cek si
adek duluan bareng ayah sama bunda. Maaf ya aku dah keburu gak sabar mau liat
dia cewek apa cowok," sambung Clara.
"Iya gapapa," jawab Bara lalu mengecup
tangan Clara yang menggandeng nya.
Aku Cla yang harusnya minta
maaf sama kamu, kalo aja kamu tau pasti kamu gak bisa maafin aku. Batin Bara.
"Ayah sama bunda gak ikut. Mau ke kondangan temen
ayah, tapi nanti ayah sama bunda dateng ke hotelmu kok," ucap Fajar pada
Bara dan Clara.
Clara langsung cemberut dan sedih mendengar ucapan
ayahnya.
"Kok cemberut sih nak?" tanya Caca sambil
menangkap wajah putrinya.
"Aku kan lagi ulang tahun maunya kumpul semua,
malah ayah ke kondangan," keluh Clara pada bundanya.
"Tadi kan usah kita rayain juga," hibur Caca
yang mengantar putrinya ke depan.
"Pokoknya besok Bunda nginep di rumahku seminggu full, ayah juga!" paksa clara yang
jelas di setujui ayah bundanya.
***
"Gimana dah cantik?" tanya Tina pada Elfira
keponakannya.
Elfira hanya berdeham sambil mengacungkan jempolnya
ogah-ogahan.
"Menor gak sih kalo mau makan di kaki lima?"
tanya Tina yang sudah mengenakan leging dan kaos yang ia padukan dengan jaket
parkanya.
"Bagus kok, eh aunty emang kenal cowok kere ya?" Tebak Elfira sekenanya.
"Gak lah! Tajir Ra, ganteng. Mantanku,"
jawab Tina.
"Idih balikan sama mantan," cibir Elfira.
"Hmm kamu belum liat sih," ucap Tina
membalas cibiran Elfira "Yang ini dua kali lipat lebih ganteng dari Robi
tau," sambung Tina.
"Kalo tajir gak bakal ngajak ke kaki lima dong, pasti
ngajak ke restoran," pancing Elfira agar di ajak pergi.
"Dia dah ada istri, lagian kita cuma kencan buat
mengenang masa lalu biar dia lupa istrinya terus cerai deh," ucap Tina
lalu memakai lipstik merah di bibir sexynya.
"Aunty
mau jadi pelakor?" pekik Elfira terkejut.
"Bukan pelakor, aku cuma ambil apa yang jadi hak
ku. Lagian bininya dia juga jelek," ucap Tina membela diri dengan santai
dan merasa benar.
"Aunty
ih, gak baik tau gak!" cegah Elfira.
Tina hanya memutar bola matanya, jengah dengan ucapan
seperti itu apalagi dari bocah seperti Elfira.
"Dah aunty
mau berangkat. Bentar lagi dia pulang kerja. Aunty makan malam sama dia, kamu pesen makan apa jajan sana.
Nih," pamit Tina lalu memberikan uang dua lembar seratus ribuan pada Elfira.
"Medit amat aunty,"
keluh Elfira.
"Lu jajan aja di rumah makan padang biar dapet banyak!"
jawab Tina lalu pergi.
###
Sesampainya di hotel. Tina langsung di suguhi
pemandangan romantis penuh bunga dan lilin di hotel Bara. Bahkan ada buket
bunga yang cukup besar di pintu masuk.
Semua orang juga tampak sangat ceria dan senang dengan
apa yang ada di hadapan mereka. Hingga beberapa pengunjung menjadikannya
sebagai spot foto.
"Ehem Tina," sapa Robi yang baru datang.
"Apa?" tanya Tina.
"Ini makananmu, Bara gak sempet makan. Yang lain
juga jadi ku balikin dari pada Clara tau," ucap Robi lalu mengembalikan
tuperware milik Tina.
"Lo gak kasihin ke Bara ya?" tanya Tina yang
condong menuduh Robi.
"Udah dikasih, emang dianya aja yang sibuk. Nih
nyiapin semuanya," ucap Robi pada Tina sambil menunjukkan dekorasi
romantis yang menghiasi aula.
"Ada acara apa?" tanya Tina penasaran.
"Clara ulang taun," jawab Robi lalu
menggandeng Tina ke kafe begitu melihat mobil Bara di kejauhan.
Bara sampai kayak gini cuma
buat rayain ulang tahunnya Clara. Seistimewa apa Clara itu sebenarnya? Pemabuk,
pecandu, bocah. Apa lebihnya dia dibanding aku? Batin Tina kesal dan makin kesal saat melihat samua
karyawan yang ingin ikut andil dalam ulang tahun Clara hingga mengabaikannya.
"Gue tinggal bentar," ucap Robi lalu berlari
ke depan menyambut Clara.
Tak selang lama keluarga Bara datang, lalu Rey dan
Hana yang mengajak Aya. Sementara si bungsu dan Leo tidak bisa ikut karena ikut
ke rumah mertuanya Rey.
Sorak sorai dan nyanyian khas ulang tahun terdengar
nyaring dan mengganggu bagi Tina. Tawa dan doa penuh ketulusan dan kebaikan
terus terdengar. Kegembiraan makin terasa saat Clara membagikan kuenya,
menguapkan untuk suaminya lalu mertuanya baru Lisa dan kakak iparnya juga Aya
yang sudah tak sabar ingin memakan topingnya.
Clara bahkan sengaja memotongnya tipis agar semua
karyawan dan yang ikut merayakan ulang tahunnya bisa merasakan kue ulang
tahunnya meskipun sedikit.
"Maaf dah ambil masa muda mu," ucap Bara
yang mengundang tawa semua yang melihatnya berlutut untuk memberikan bunga
untuk Clara.
"Tuh baru bener romantis. Kayak yang ayah
ajarin," sindir Adam pada putra pertamanya.
"I love
Clara. Only Clara," ucap Bara
lalu mencium bibir Clara hingga semua wanita yang masih melajang iri dan jadi
kebelet nikah.
"I love you
too," ucap Clara lalu membalas ciuman Bara.
Tanpa Tina
sadari air matanya mengalir begitu saja di pipinya. Rasanya begitu sakit
melihat Bara berciuman dengan Clara dalam suasana yang sangat romantis. Bahkan
senyuman di wajah Clara sudah menunjukkan bagaimana bahagia dan harmonisnya
hubungan rumah tangga yang baru di binanya, benar-benar sukses menyayat hati Tina.
Bara bahkan seolah tak mau melepaskan Clara sedikitpun, bahkan saat Clara
memeluk keponakannya Bara terus memperhatikannya.
"Sakit?" tanya Robi yang kembali ke kafe
tempat Tina menunggu.
"Aku yang harusnya ada di sana," gumam Tina
yang membayangkan bila ia berada di posisi Clara saat ini.
Untung bukan elu Tin. Batin Robi.
"Kamu gak mau mundur aja? Mereka dah bahagia
banget loh. Liat aja gimana Bara jagain Clara, apa kamu gak bisa paham gimana
posisi mu sekarang?" tanya Robi yang benar-benar tak mau Clara tersakiti
dan kalah taruhan.
"Bara dah janji buat jalanin jadwal yang ku buat.
Sembilan kali, dia janji mau bernostalgia sama aku. Dan aku pasti bisa kembali
sama dia kayak dulu. Persis kayak dulu. Bahkan lebih," ucap Tina ambisius.
Wah bisa kalah gue kalo si oneng
sampe beneran mau nemenin Tina nostalgia. Batin Robi yang merasa kecolongan.
"Asal kamu tau ya Bi, tante Anna itu cocok sama
gue. Dia emang gak suka poligami tapi dia gak masalah kalo anaknya cerai,"
ucap Tina tegas.
"Ya kan bu Anna, pak Adam?" tanya Robi
merendahkan. "Eh Tin, asal lu tau ya, Bara sama Clara itu sempet mau pisah
berkali-kali dan selalu jadi lebih baik setelahnya. Lagian Bara gak mungkin
lepasin istri sama anaknya gitu aja buat kamu," sambung Robi.
"Mungkin!" ucap Tina optimis "Kalau
Bara kembali cinta aku, Clara gak akan ada apa-apanya lagi. Termasuk anak haram
di perutnya itu!" sambung Tina penuh emosi.
"Anaknya Clara itu suci, dibuat pakek hati dari
hubungan yang halal. Jadi kamu jangan asal ngomong!" ucap Robi membela Clara.
"Terserah!" bentak Tina kesal "Liat aja
nanti. Bentar lagi Bara akan bertekuk lutut buat aku lagi!" ucap Tina
seolah apa yang di ucapkannya dapat terwujud dengan mudah.
"Aku suka Clara. Jangan ganggu dia!" bentak
Robi yang sudah terpancing.
"Kalau begitu bukannya bagus kalau dia pisah dari
Bara?" tanya Tina yang merasa mampu mempengaruhi Robi.
Robi hanya menggeleng lalu mengusap wajahnya gusar dan pergi begitu saja.