Bab 20 - Sofia Menginap
"Aku pulang,"
ucap Clara begitu masuk rumah bersama Sofia yang mendadak ingin menginap.
"Hai sayang,"
jawab Bara yang menyambut Clara.
"Sofia nginep
semalem gapapa kan sayang?" tanya Clara lalu mengecup bibir Bara meskipun
harus sedikit berjinjit.
"Iya gapapa,"
jawab Bara lalu melepaskan pelukannya dengan Clara.
Plak! Tamparan keras tiba-tiba dilayangkan Sofia ke pipi Bara.
"Apa-apaan
ini?" bentak Bara dengan kesal dan memegangi pipinya yang panas karena
tamparan keras Sofia.
"Gue liat
semuanya!" ucap Sofia kesal.
"Sof, kamu kenapa
sih? Kok langsung tampar-tampar suamiku?" tanya Clara yang berusaha
menengahi dan melindungi suaminya.
Sofia hanya diam dan
menatap tajam Bara, begitu pula sebaliknya. Tanpa ada yang buka suara.
"Tadi kak Bara udah
bilang kok, kalo mau ngegym sama
teman-temannya. Jadi tadi aku ditemenin sama kak Robi plus Bob. Kamu marah
gara-gara kak Bara gak jagain aku?" tanya Clara lalu menenangkan Sofia dan
mengajaknya duduk di sofa.
Bukan itu, argh! Gimana bilangnya ke kamu Cla! Suamimu
punya simpanan! Batin
Sofia lalu memeluk Clara dan menangis tersedu-sedu.
Clara cukup bingung
dengan perubahan sikap Sofia yang sangat aneh. Bahkan Clara tak pernah melihat
Sofia menangis sebelumnya. Em, sebenarnya pernah sih tapi itu dulu sekali saat
Sofia dan dirinya hilang terpisah di mall.
"Aku ke kamar
dulu," ucap Bara dingin dan cuek baik pada Clara maupun sofia lalu pergi
kembali ke kamar.
"Cla, keluargamu
mulai gak sehat. Kamu harus banyak hati-hati," ucap Sofia di sela
tangisnya.
"Gak sehat gimana
maksudmu? " tanya Clara heran.
Sofia hanya diam dan
terus menangis menanggapi pertanyaan Clara yang heran.
"Sof, aku dah jadi
istri. Sudah berumah tangga, aku cuma mengabdi ke suamiku. Jadi selama kak Bara
bilang enggak aku percaya. Aku mau jadi istri yang baik, yang gak durhaka ke
suami, aku paham gimana maksudmu. Aku juga tau. Tapi Sofia, aku cuma mau jadi
istri dan ibu yang baik buat keluargaku. Kamu jangan ikut mikirin keluargaku
nantinya gimana. Kak Bara imamku, aku percaya sama dia. Jangan khawatir, semua
akan baik-baik saja," hibur Clara berusaha menenangkan sepupunya itu.
Sofia benar-benar kaget
dengan kata-kata yang keluar dari mulut Clara. Clara sungguh berubah, entah apa
yang membuatnya sepasrah itu. Biasanya yang Sofia tau Clara akan melawan bila
ia di khianati atau yah, seperti apa yang ada sekarang. Tapi kali ini, Clara
seperti bukan Clara.
"Aku ke kamar dulu
ya," pamit Sofia yang diangguki Clara.
"Nanti ku ambilkan
piyama," ucap Clara sambil berjalan ke dapur untuk mengambil minum.
###
"Pipinya sakit
bunda," adu Bara pada istrinya dengan manja dan berpura-pura sangat
kesakitan.
"Aduh kasian amat
kak Bara pipinya sakit ya sayang?" ucap Clara yang menanggapi kemanjaan
suaminya dengan mengelus pipinya dengan lembut.
"Bunda, masih
sakit," adu Bara lagi yang makin manja.
Cup~
Clara langsung mengecup
lembut pipi suaminya.
"Eh iya Kak, aku
tadi beliin kakak kebab loh. Bentar ya ku ambilin," ucap Clara yang
teringat oleh-olehnya.
Hm, aku kok malah jadi khawatir ya kalo Sofia kasih
tau Clara. Apalagi kata Robi tadi, alah udahlah selama Clara gak tanya sama
curiga berarti aman. Batin Bara.
Apapun yang orang katakan soal kak Bara selama kak
Bara gak bilang apa-apa aku gak boleh percaya! Aku harus lebih percaya ke
suamiku, aku gak boleh durhaka juga ke suami. Udah cukup aku banyak dosa ke
orang tua, jangan tambah ke kak Bara juga. Batin Clara menguatkan hatinya.
"Kak, lama ya?"
tanya Clara yang baru saja selesai memanaskan kebabnya.
"Sofia dah
tidur?" tanya Bara.
"Udah Kak, tadi aku
dah cek," jawab Clara lalu duduk di pinggir tempat tidur.
"Kayaknya Sofia tadi
marah gara-gara aku gak jagain kamu deh," ucap Bara menyesal. Meskipun
bukan itu yang ia sesali.
"Kakak tapi gak
marah kan sama Sofia?" tanya Clara pelan.
"Enggak kok, gapapa.
Maklum dia gitu kan dia mau jagain sodaranya," ucap Bara sambil melahap
kebabnya yang dibawakan Clara.
"Kak, tadi Sofia
bilang. Em gimana ya," ucap Clara ragu.
"Kenapa
sayang?" tanya Bara penasaran dengan apa yang akan disampaikan Clara
bahkan Bara langsung menghentikan makannya.
"Sofia curiga sama
kakak," jawab Clara lalu menghela nafas. "Kak, aku percaya kalo kakak
setia, kakak cuma buat aku dan keluarga kita. Aku gak mau jadi durhaka dan
lebih buruk lagi. Jadi kakak gak usah khawatir. Aku percaya sama kakak,"
sambung Clara dengan senyumnya yang mulai mengembang.
Bagai ditampar tanpa
henti ketika Bara mendengar penuturan istrinya yang begitu percaya dan yakin
padanya dengan segala yang sudah ia lakukan. Bahkan rasanya Bara ingin meminta
maaf dan mengakui semuanya pada Clara karena sempat berfikir untuk menikmati
hubungan gelapnya dengan Tina.
"Clara, istriku kamu
benar-benar argh. Bagaimana cara mengungkapkannya ya. Ini terlalu baik,"
ucap Bara sambil menangis haru dan menutupi wajahnya dengan tangannya.
"Hihihi kakak
ada-ada aja deh sampe nangis gitu. Lebay deh," ucap Clara yang makin yakin
bila suaminya tak mungkin menyakitinya.
"Aku cinta kamu,
sayang, semuanya," ucap Bara yang sudah kehabisan kata-kata.
"Iya aku tau
Kak," ucap Clara lalu mengecup pipi suaminya dengan lembut
"Pinggangku sakit, punggungku juga. Aku istirahat dulu ya Kak, kalo gak
habis masukin ke kulkas, terus sikat gigi sama cuci muka ya sebelum
tidur," pesan Clara pada Bara sambil tiduran dan mencari posisi yang
nyaman.
"Iya," jawab Bara
patuh.
***
"Belum tidur?"
tanya Robi pada Bob yang masih menonton televisi di ruang tengah apartemennya.
"Belum Bang, nanti
aku penasaran akhirnya si Budi milih Jubaidah apa Leha," jawab Bob yang
serius menonton sinetron.
"Besok kan bisa
nonton di youtube," ucap Robi lalu duduk di bawah karena Bob memenuhi sofanya
untuk tiduran.
"Gak seru, sayang
paketan," jawab Bob yang masih serius menonton televisi. "Oh iya Bang!
Clara penasaran loh kamu juga pacaran sama lakinya apa kagak," ucap Bob yang
sebenarnya juga penasaran dan sedikit cemburu.
"Aku naksir, tapi
dia gak tau. Tapi sekarang dah enggak, sejak aku tau dia rumit sama cewek. Ya
Lisa, tante Vera, Via, Clara, sampe sekarang masih aja rumit apalagi sama Tina.
Huh ribet," jawab Robi sambil menatap ke depan seolah menerawang masa
lalunya. "Kamu penasaran ya? Cemburu ya?" tanya Robi sambil menggoda
Bob.
"Apa sih lu Bang! Ya
kagak lah! Ngapain juga cemburu! Sama-sama laki ini!" elak Bob yang tanpa
sadar malah meninggikan nada bicaranya.
"Hahaha
iya-iya," jawab Robi sambil tertawa senang melihat reaksi Bob yang salah
tingkah. "Eh sayang, kamu beneran gak cemburu kan tapi?" tanya Robi
sambil mencolek perut Bob yang rata tanpa six
pack sepertinya.
"Kagak! Aelah bawel
bener lu!" ucap Bob yang kembali salah tingkah.
"Bob, cemburu dong.
Aku pengen liat kamu cemburu, pengen tau kamu suka aku apa enggak, pengen tau
aku doang yang jatuh cinta apa enggak," ucap Robi lembut sambil mengelus
perut Bob dan mengecupnya lembut seolah ada janin di dalamnya.
"Bang, gue gak tau
gimana perasaan gue. Iya gue cemburu, dikit. Tapi buat yang lain aku belum
yakin," ucap Bob lalu duduk agar Robi bisa duduk di sampingnya.
"Iya gapapa. Aku dah
seneng kok tau kalo kamu cemburu," ucap Robi lalu duduk di samping Bob dan
perlahan mengecup kening Bob.
Bob hanya memejamkan mata, menghayati apa yang di lakukan Robi padanya. Bahkan Bob juga tak melawan apa yang di lakukan Robi saat mencium bibirnya dan melumatnya dengan begitu lembut nan penuh gairah.
Kayaknya bang Robi ini cocok buat ganti in posisi papa yang buang aku, bang Robi dewasa. Kadang kayak papa, kadang kayak abang sendiri dan sekarang emhh. Dia paket lengkap. Persetan apa aku juga akan jadi gay! Aku merasa lebih baik waktu sama dia. Aku. Aku jatuh cinta. Batin Bob yang menikmati tiap cumbuan Robi padanya