Bab 4 - Liburan
Bara tidak terlalu banyak menyiapkan persiapan baby moonnya. Karena tau istrinya sangat
serius belajar karena ingin sejajar dengannya. Apalagi Bara tak mau menyakiti
bayi kecilnya bila terlalu keras atau terlalu sering meminta jatahnya pada
Clara, meskipun Bara akui Clara jauh lebih sexy
dan cantik dengan aura keibuannya saat hamil.
"Kakak mau ngajak jalan kemana?" tanya Clara
pada suaminya sambil packing.
"Ke Paris," jawab Bara.
"Hah?" saut Clara yang terkejut dengan
spontan.
"Van java,
hihihi. Mau ke Paris beneran ya?" goda Bara sambil cekikikan setelah
sukses menggoda istrinya.
"Ih kakak apaan sih," ucap Clara malu-malu
kucing.
"Kalo Clara mau kakak ambil cutimu sekarang aja
ya," ucap Bara lalu ikut membantu istrinya packing.
"Kalo ditanya mau kesana apa enggak ya jelas aku
mau, tapi kan yang umroh aja kamu gak berangkat-berangkat, masa cuma piknik mau
cepet," ucap Clara lalu menyiapkan kotak obatnya.
"Kan jagain kamu juga. Aku khawatir tau sayang.
Kamu lagi hamil, masa ku tinggal umroh. Mana aku juga morning sick lagi," ucap Bara lalu memilihkan pakaian untuk
istrinya.
Bara memilihkan banyak baju sexy untuk istrinya, untuk pakaian saat keluar Bara memilih daster
panjang dan tertutup. Clara hanya duduk sambil menyiapkan charger dan perintilan lain sementara suaminya menyiapkan semua
pakaian sendiri. Clara juga tak banyak membawa make upnya, karena Bara memang tidak suka bila ia banyak make up. Jadi Clara hanya membawa
lipstik merah nya, lip gloss dan blush on agar tak terlihat pucat.
"Sayang, bawa yang putih apa kotak-kotak?"
tanya Bara yang susah memilih pakaian.
"Putih," jawab Clara.
"Aku suka kotak-kotak," ucap Bara labil.
"Kamu cuma milih baju loh kak, labil. Gimana
ngasih nama adek nanti?" tanya Clara sambil tersenyum.
Sama milih aku atau kak Tina
nantinya. Sambung Clara
dalam hati.
"Duh iya aku juga belum siapin nama lagi buat
adek," ucap Bara lalu menepuk jidatnya "Ayah lupa kasih nama kamu
nak. Duh maaf ya," ucap Bara lalu mendekat dan mengecup perut Clara dengan
lembut "Maaf ya bundanya adek," sambung Bara lalu mengecup kening
istrinya.
"Iya nanti kita cari sama-sama oke," ucap Clara
lalu melanjutkan packingnya.
"Iya," jawab Bara yang jadi lesu karena lupa
belum memberi nama untuk anaknya.
"Udah dong ayahnya adek. Kok cembelut mulu cih,"
ucap Clara menghibur suaminya lalu mengecup bibirnya dengan lembut.
"Kamu sabar bener sih ay, ngadepin suami kayak
aku," ucap Bara lalu memeluk istrinya.
Ya kan posisiku mau kegeser.
Mana kamu juga terpaksa nikah sama aku kalo gak kejadian waktu itu. Batin Clara.
"Ya sabar dong. Kan sama suamiku sendiri,"
jawab Clara lalu menatap Bara yang langsung melumat bibirnya dengan lembut.
Astagfirullah hal adzim.
Bisa-bisanya aku mikir buat kasih tempat Tina di hatiku, padahal ada Clara sama
si kecil yang tulus cinta sama aku. Batin Bara yang berusaha sadar dan berfokus pada
keluarga kecilnya.
"Aku cinta Clara. I love you so much and much. Much.
More," ucap Bara lalu mengecup kening Clara.
Flashback on~
Bara terus merangkul Tina
setelah lama menunggunya selesai dari kelasnya.
"Apa?" tanya Tina
menunggu Bara memujinya.
"Kamu cantik," ucap
Bara lalu melepaskan ikatan rambut Tina.
"Dan?" tanya Tina
meminta lebih.
"I love you," ucap
Bara sambil tersenyum sumringah.
"I know," jawab Tina
sambil berjalan beriringan dengan Bara ke depan untuk jajan bakso seperti
biasa.
"But i love you so much,"
ucap Bara tak terima dengan jawaban Tina.
"I love you much. Much
and much more," bisik Tina lalu mengecup pipi Bara.
"Really?" tanya Bara
yang malu-malu kucing.
"Yes," jawab Tina
lalu berlari meninggalkan Bara duluan ke tukang bakso.
Flashback off~
"Ini pertama kali loh kakak bilang gitu. Biasanya
aku yang bilang 'i love you' kamu
juga cuma jawab 'i know' gitu doang,"
ucap Clara senang.
"Ah masa?" tanya Bara tak percaya ternyata
istrinya tak secuek yang ia kira.
"Aku tulis di buku harianku dulu ya," ucap
Clara senang lalu mengambil bukunya yang ia simpan di laci.
"Kamu sejak kapan nulis gituan?" tanya Bara
yang terus menatap istrinya.
"Sejak hamil lagi," jawab Clara sambil
menulis.
"Kok aku gak tau?" tanya Bara cemburu karena
kelewatan hal sepenting itu dari istrinya.
"Em mungkin karena aku jarang ngisi, kalo pun
ngisi juga waktu di kantin sama Claudia, ato Patricia gitu," jawab Clara
lalu menutup bukunya yang sudah selesai ia pakai.
Bara langsung mengambilnya dan membaca tiap lembarnya.
"Kok baru dikit?" tanya Bara "Kan kamu
hamil dah lama," sambung Bara.
"Kan sibuk juga kak," jawab Clara santai
"Oh iya kakak gak boleh ya baca buku ini. Ini privasi. Rahasia," sambung
Clara menggoda suaminya yang jadi makin cemberut .
"Kok main rahasia," ucap Bara yang mulai
ngambek dan memunggungi Clara.
"Nanti kalau dah penuh bukunya buat kakak,"
ucap Clara sambil memeluk Bara dari belakang.
"Beneran ya?" tanya Bara lalu melirik Clara.
"Iya sayang," jawab Clara sambil mengelus
perut sixpack suaminya. "Perutmu kok kendor kak, gak kayak dulu,"
ucap Clara mengalihkan pembicaraan.
Bara langsung panik begitu mendengar ucapan istrinya
seputar fisiknya terutama perutnya yang selalu dibanggakannya. Dengan cepat Bara
melepaskan kemejanya dengan terburu-buru hingga beberapa kancingnya terlepas.
"Perutku," ucap Bara sambil menatap perutnya
di depan cermin "Perutku kendor. Ototnya ilang," sambung Bara meratapi
perutnya yang lama tak dilatihnya karena terlalu santai di rumah bersama
istrinya.
Clara hanya tersenyum geli melihat suaminya yang
begitu kemayu bila membahas fisik, sambil memunguti kancing baju suaminya yang
terlepas dan berceceran.
"Cla ini gimana?" tanya Bara panik.
Dengan santai Clara melepaskan dressnya hingga ia hanya memakai bikini lalu menempelkan perutnya
dengan perut suaminya.
"Aku juga kok. Buncit juga nih," hibur Clara.
Bara yang tadinya panik langsung tersenyum manis
melihat bagaimana istrinya menenangkannya.
"Aku ambil ponsel. Mau fotoin waktu kayak
gini," ucap Bara lalu mengambil ponselnya.
###
Pagi-pagi setelah sarapan Bara dan istrinya langsung
bersiap pergi berlibur. Tentu Bara berangkat dari rumah orang tuanya untuk
berpamitan terlebih dahulu, juga mertuanya. Baru ia berangkat dengan pesawat pribadi
keluarganya yang biasa dipakai ayahnya ke Papua atau tempat lain antar pulau.
"Hai tante," ucap Tina begitu masuk rumah Anna
dan menemuinya yang tengah menemani Aya menunggu Lisa pulang sekolah.
"Hai aduh anak tante. Jadi rajin main ke
sini," sambut Anna lalu cipika-cipiki dengan Tina.
"Tante bawa apa nih?" tanya Aya sambil berjinjit
penasaran dengan bawaan Tina.
"Ini lasagna buatan tante. Aya mau?" ucap Tina
ramah.
"Tidak. Aku tadi dah makan spaghetti bikinan
tanteku kok," jawab Aya lalu berlari dan kembali lagi memamerkan mangkuknya
yang kosong.
Sialan. Clara beneran
nantangin aku. Batin Tina
yang merasa kecolongan.
"Nih aku dibikinin spesial. Tidak pedas,"
ucap Aya pamer pada Tina yang langsung di terima Anna.
"Wah iya," ucap Tina lalu sengaja jongkok
agar bisa menyenggol mangkuk yang berisi spaghetti yang dibawa Aya.
Plok! Dengan sengaja Tina sukses menjatuhkannya
hingga semua spaghettinya jatuh ke lantai.
"Ah!" ucap Aya spontan.
Yes! Jauh-jauh lo dari calon
keponakan gue! Batin Tina
dengan kejam.
"Aduh! Ya ampun. Tante gak sengaja. Maaf ya.
Maaf. Duh. Sayang ya. Tumpah," ucap Tina pura-pura menyesal.
Aya hanya mengangguk dengan wajahnya yang cemberut dan
sedih, lalu mulai merapikan makanannya yang berceceran sendirian.
"Tante jangan bilang tante Claraku ya. Nanti aku
gak disayang lagi," ucap Aya lalu memunguti bola-bola dagingnya yang
menggelinding.
"Iya sip," ucap Tina lalu mulai membantu Aya.
"Yah. Kok ditumpahin nak?" ucap Anna yang
baru datang juga dengan spaghetti bikinan menantunya "Katanya mau makan
sama oma," sambung Anna lalu meletakkan piringnya di atas sofa.
"Maaf tante. Tadi Tina yang gak sengaja senggol
Aya," ucap Tina yang berusaha mencuri hati Anna.
Anna hanya menaikkan alisnya lalu memanggil pelayannya
untuk mengepel lantai yang terkena tumpahan spaghetti.
Tina baik. Aku cocok. Coba masih punya anak cowok lagi. Batin Anna lalu mengajak Aya makan bersamanya juga Tina.