0
Home  ›  Chapter  ›  My Perfect Husband 2

Bab 26 - Surat Cerai

 

Bab 26 - Surat Cerai-1

Bara sengaja pulang terlambat karena perasaannya yang malah makin kacau. Bila awalnya Bara kira semula akan mengakhiri hubungan gelapnya dengan mudah ia malah makin khawatir dengan kondisi Tina. Bara bahkan lebih ingin pergi menemui Tina di banding pulang menemui istrinya yang sudah menunggunya.

"Aku pulang," ucap Bara yang akhirnya sampai di rumah juga.

"Kakak!" pekik Clara lalu memeluk erat suaminya yang baru datang dengan tangisnya yang tersedu-sedu.

"Loh kenapa sayang? Ada apa kok nangis?" tanya Bara yang langsung lupa dengan Tina dan masalahnya saat bersama Clara, apalagi Clara sampai menangis begini.

Clara hanya menggeleng dan tak dapat menahan tangisannya atau tenang sama sekali.

"Sayang ada apa? Kakak pulang kok di sambutnya sambil nangis gini, ada apa sayang?" tanya Bara yang khawatir bukan main pada entah apa yang membuat istrinya menangis.

"Aku tadi pengajian," jawab Clara di sela tangisnya yang masih terisak.

Bara langsung menuntun istrinya untuk duduk di sofa dan menyeka air mata juga ingusnya dengan tisu. Clara kembali menangis tersedu-sedu sambil memeluk suaminya erat. Sementara Bara masih bingung dan khawatir pada istrinya yang mendadak menangis.

"Tenang dulu ya sayang. Ceritain kenapa," ucap Bara berusaha tenang meskipun perasaannya khawatir bila ada yang melapor pada Clara atau hal buruk lainnya.

"Tadi aku kan pengajian," ucap Clara yang belum bisa tenang.

"Oke, tadi adek pengajian," ucap Bara lembut layaknya menghadapi anak kecil.

"Terus ustadznya_"

"Ustadznya ngapain? Nakal? Genit? Pegang-pegang?" potong Bara yang langsung cemburu dan marah.

"Bukan Kak!" ucap Clara sambil menggeleng lalu menatap suaminya lagi.

"Ustadznya tadi bilang kalo istri itu harus bisa layani suami dengan baik, didik anak dengan baik, gak nakal. Aku takut gak bisa keduanya," ucap Clara yang kembali menangis.

Mendengar ucapan istrinya, Bara langsung menghela nafas lega. Setidaknya istrinya tidak tau, juga tak ada hal penting yang harus ia khawatirkan.

"Sstt... sayang aduh. Cup cup gak kok adek Clara dah bagus, dah baik. Udah ah nangis nya," bujuk Bara sambil mendekap istrinya dan mengecup keningnya berkali-kali.

"Tapi Kak."

"Suaminya kan aku. Bagiku kamu dah bagus, dah keren, dah istimewa, berbakti. Jadi gak usah khawatir ya bumilku," ucap Bara sambil mengelus perut istrinya. "Udah solat belum sayang?" tanya Bara mengalihkan pembicaraan.

"Udah, kakak udah?" tanya Clara lalu melepaskan pelukannya.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

"Belum, kakak mau mandi dulu baru solat. Kamu masak apa hari ini?" jawab Bara yang langsung memberikan kesibukan untuk istrinya.

"Tadi cuma masak ayam," jawab Clara lembut.

"Sayang aku pengen makan kentang goreng sama ice cream. Kita kayaknya butuh waktu berdua buat banyak ngobrol," ucap Bara lalu mengecup bibir istrinya.

Clara hanya mengangguk lalu tersenyum. Sementara Bara langsung ke kamar untuk mandi dan yang lain.

***

Gak! Gak mungkin aku tinggalin Clara buat Tina! Tina tetap hanya sebagai simpanan! Sampai kapanpun! Batin Bara lalu mengambil ponselnya dan melepaskan baterainya.

"Argh! Sadar Bara! Sadar!" ucap Bara menguatkan hatinya lalu memasukkan ponselnya ke laci dan pergi ke kamar mandi.

Suara guyuran shower terdengar dari kamar mandi tanpa henti. Bara hanya diam di bawah guyuran tersebut. Sabun pun tak di sentuhnya.

Pikirannya terlalu kacau. Sekeras apapun ia memilih, ia benar-benar bingung. Memilih istrinya dan fokus pada keluarga kecilnya ia akan kehilangan Tina, tapi bila memilih Tina ia jelas membuat istri dan anaknya pergi sejauh mungkin.

"Kakak, mandinya masih lama?" tanya Clara sedikit berteriak di depan kamar mandi.

"Sebentar sayang," jawab Bara yang akhirnya tersadar dan buru-buru menyelesaikan mandinya.

"Sayang ada tamu," ucap Clara yang masih di depan kamar mandi.

Tamu? Siapa sih orang bodoh yang ganggu waktuku buat istirahat. Batin Bara kesal.

"Siapa sayang?" tanya Bara yang akhirnya keluar dari kamar mandi.

"Katanya pengacaranya pak Bara gitu," jawab Clara lalu duduk di tempat tidur.

"Hah? Pengacaraku? Siapa? Dion? Joni?" tanya Bara bingung.

"Gak tau Kak, wajahnya beda. Aku gak kenal," jawab Clara lalu memeluk suaminya dan membantunya mengkancingkan piyamanya.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

"Aku gak ada janji sama siapa-siapa loh," ucap Bara bingung lalu menyisir rambutnya lalu turun sambil menggandeng istrinya.

"Butuh apa?" tanya Bara yang benar-benar tanpa basa-basi.

"Ini surat cerainya Pak sudah saya siapkan," jawabnya sambil menunjukkan amplop yang masih tersegel rapi.

"Siapa yang mau cerai?" tanya Bara lalu duduk berhadapan dengan si pengacara tentu dengan Clara di sampingnya.

Bara membaca tiap kalimat di dalamnya dengan sangat teliti. Matanya langsung membulat melihat tiap isi dan tuntutannya. Clara langsung down, air matanya tak bisa di tahan lagi.

"Saya gak pernah mengajukan cerai! Saya tidak mau cerai! Lelucon macam apa ini?" bentak Bara tak terima sambil melemparkan surat cerainya.

"Kamu jahat," bisik Clara dengan sesak lalu pergi ke kamarnya dengan air matanya yang kembali bercucuran.

"Clara sayang," panggil Bara menahan istrinya.

"Ini Bapak tinggal tan_"

Bugh! Bara langsung melayangkan bogem mentahnya ke dagu si pengacara yang datang entah karena kiriman siapa. Tak puas hanya melayangkan bogemnya sekali, Bara melakukannya berulang kali lagi dan lagi. Hingga pak Man dan bi Wati turun tangan melerainya.

"Gak saya bunuh dah bagus kamu!" ucap Bara penuh emosi dan penekanan lalu berlari ke kamarnya untuk menenangkan istrinya terlebih dahulu.

Siapa yang kirim dia? Apa Tina? Batin Bara lalu mengurungkan niatnya untuk menenangkan istrinya.

Suara tangis Clara begitu terdengar. Isakannya benar-benar menyayat hati Bara. Tapi Bara ingin meluruskan masalahnya dan benar-benar menyudahi hubungan gelapnya.

Bara menyambar kunci mobilnya juga jaket bombernya. Nafasnya masih menderu penuh emosi dan amarah karena ada yang mencampuri masalah rumah tangganya.

"Tunggu sebentar sayangku, akan ku sudahi semua," ucap Bara lalu mengelus bahu Clara yang langsung di tampik Clara.

Bara yang merasa sudah pamit langsung pergi menemui Tina dengan mobilnya. Mencari Tina ke rumahnya, tapi sangat disayangkan Tina sedang jaga di rumah sakit. Tapi karena emosinya yang lebih tinggi dari pada apapun saat ini, Bara tetap mencari Tina.

Plak! Tamparan keras langsung dilayangkan Bara pada Tina begitu sampai di rumah sakit.

Tina terjatuh hingga tersungkur. Matanya langsung berkaca-kaca menatap Bara yang menyerangnya. Bara kembali menariknya dan menghempaskannya hingga menatap meja kerjanya.

"Kalau mau mati, ku bunuh saat ini!" ucap Bara pelan dengan tangannya yang perlahan mencekik Tina.

"Apa maksudmu?" tanya Tina yang benar-benar tak tau apapun.

"Maksudmu apa kirim pengacara ke rumahku?" bentak Bara lalu melemparkan tubuh Tina.

"Aku tak melakukannya! Aku berani bersumpah Bara! Aku memang menginginkan mu! Tapi aku tak pernah mengirim apapun padamu! Sumpah!" ucap Tina ketakutan bila memang Bara akan membunuhnya.

"Apa buktinya kalo bukan kamu?" tanya Bara kesal.

"Kamu bisa cek semua CCTV! Black box di mobilku juga kalo perlu! Aku langsung kemari setelah dari hotelmu!" ucap Tina meyakinkan Bara.

"Ku selidiki! Sampai kau bohong dan Clara meninggalkanku, aku bersumpah kalau aku akan menjadi mimpi burukmu!" ucap Bara penuh ancaman yang tak lagi main-main.

###

Sesampainya Bara di rumah dan kembali ke kamarnya. Clara tak lagi ada disana. Clara hanya membawa tas jinjingnya yang isinya tak seberapa.

"Clara mana?" tanya Bara pada pak Man.

"Di kamar Pak, dari tadi gak keluar kok," jawab pak Man.

"Gak ada di kamar! Clara kemana!" ucap Bara menggebu-gebu penuh emosi dan panik.

39
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share