Bab 15 - Keputusan Besar
"Aku mau bertahan dok, jangan bunuh dia. Aku gak
mau kehilangan bayiku lagi," ucap Clara sambil menangis.
"Clara, tapi ini bahaya," ucap dokter Wulan
khawatir.
"Aku gapapa aku yakin gapapa. Semuanya akan
baik-baik saja," ucap Clara yakin sambil menyeka air matanya berkali-kali.
"Hmm kalo emang kamu yakin gitu. Aku bakal
usahakan semuanya," ucap dokter Wulan tak terlalu yakin "Clara, tapi
kalo kamu belum punya anak sekarang itu juga gak masalah, kamu masih muda.
Pinggulmu juga kecil, jadi sulit kalo mau normal. Tapi ya kecuali kalo ukuran
bayinya kecil," sambung dokter Wulan mengingatkan.
"Operasi caesar
gapapa asal bayiku sehat. Selamat. Aku gapapa mati, asal dia ada," ucap Clara
ngotot.
"Hmm Clara yakin?" tanya dokter Wulan yang
lagi-lagi tidak yakin.
"Keputusanku masih sama. Keyakinanku buat jagain
bayiku juga masih kuat. Tidak ada yang berubah," jawab Clara yakin.
"Kamu tidak menyesal?" tanya dokter Wulan.
Aku akan lebih menyesal kalau
aku kehilangan bayiku, juga memberi kesempatan untuk merebut suamiku. Batin Clara.
"Kalau hanya itu aku pergi," ucap Clara lalu
menyeka air matanya dan pergi keluar ruangan.
Bara dan Robi langsung menyambut Clara begitu ia
keluar ruangan.
"Semuanya baik-baik saja, aku senang bayiku
sehat. Mungkin tadi cuma terlalu aktif. Gak sabaran pengen cepet gede
hihihi," dusta Clara dengan wajahnya yang ceria.
Bara langsung memeluk istrinya dan menatap Robi dengan
tatapan meremehkannya.
"Alhamdulillah kalo gapapa."
"Makasih ya kak dah khawatir sama aku, sama si
adek juga," ucap Clara lalu tersenyum dan berjalan begitu saja mendahului
Bara dan Robi yang masih saling tatap dengan sengit.
Kok Clara gak tanya aku
kenapa. Batin Bara
bingung.
Clara kenapa gak tanya
apa-apa ya? Padahal semua kacau gini. Batin Robi heran.
"Kak, ayo waktuku gak lama nih!" ucap Clara
yang membalikkan badannya untuk mengajak Bara dan Robi dengan senyuman khasnya
yang ceria.
"Iya," jawab Robi dan Bara kompak lalu
mengikuti Clara seolah tidak terjadi apa-apa bahkan terlihat akur kembali.
Tentu pemandangan Bara dan Robi yang berkelahi tadi
sempat menimbulkan ketegangan. Tapi melihat Bara dan Robi yang kembali akur
saat bersama Clara, sungguh pemandangan yang mengejutkan bagi semua pihak yang
ada dan melihat perkelahian tadi.
"Clara, kamu beneran gapapa?" tanya Robi
yang sudah siap menyetir.
"Kak Robi suka anak kecil?" ucap Clara yang
malah balik tanya.
"Ya suka lah, aku punya banyak keponakan. Mamaku
juga dulu sempat buka tempat penitipan anak di rumah," jawab Robi sambil
mengenang masa lalunya.
"Sip deh gak usah repot cari baby sitter," ucap Clara lalu tersenyum sebentar dan kembali
menatap jalan.
Clara kenapa ya? Batin Bara yang akhirnya merasa bila
istrinya tidak beres.
"Aku juga suka anak-anak," ucap Bara lalu
memeluk clara sekalian untuk menarik perhatiannya.
Clara hanya mengangguk lalu mengelus tangan Bara yang
memeluknya tanpa bertanya atau menanggapi Bara dan hanya menatap ke jalan.
"Istriku masih marah?" tanya Bara lembut
lalu mempererat pelukannya.
"Enggak kak," jawab Clara lalu membalas pelukan
Bara.
Clara gak tanya apa-apa sama
sekali? Batin Robi heran.
Aku luka gak sih sebenarnya
kok Clara cuek. Batin Bara
yang kesal tak diperhatikan Clara.
"Aw tanganku sakit," ucap Bara sengaja agar
Clara memperhatikan keadaannya.
"Ya ampun kakak! Kok luka gini, kak Robi juga. Ya
Allah ini pada kenapa?" tanya Clara yang akhirnya memperhatikan Bara dan Robi.
Fix! Ini ada yang gak beres. Batin Bara dan Robi hampir bersamaan.
"Ya ampun sampe luka semua gini," ucap Clara
sambil mengelus pipi suaminya dengan matanya yang berkaca-kaca lalu menelusuri
tubuh suaminya hingga ke dada, perut, dan tangannya yang luka "Ya Allah
kasian banget ini. Kak Robi juga. Ini tadi pada ngapain aja?" sambung Clara
sambil menangis.
Bara dan Robi hanya diam tak berani buka suara bahkan
berdehampun tidak. Hanya ada suara Clara yang terisak melihat Bara dan Robi
yang babak belur.
"Ini udah diobatin?" tanya Clara yang
akhirnya buka suara.
"Udah, tadi," jawab Bara sambil menundukkan
kepalanya.
"Jujur kakak sama kak Robi ngapain tadi sampe
luka gini?" tanya Clara yang masih penasaran.
"Tadi jatuh," jawab Bara berdusta.
"Kakak bukan anak umur tiga taun!
Bisa-bisanya!" ucap Clara tak percaya lalu memalingkan pandangannya dengan
kesal.
"Tadi berantem sama Robi. Tapi aku dah baikan
kok," ucap Bara yang akhirnya jujur.
"Jangan bohong apa susah kak? Heran deh kamu jadi
suka bohong gini! Aku gak suka!" omel Clara lalu memukuli Bara dan kembali
mendiamkannya lagi.
###
Sampai di rumah Clara masih saja mendiamkan suaminya,
Clara juga hanya bicara pada orang tuanya yang datang untuk menginap. Meskipun
Clara tetap mengobati luka di tubuh Bara dan membiarkan Bara memeluk atau menciumnya.
"Bunda aku sebel sama kak Bara," keluh Clara
pada bundanya
"Suamimu kenapa?" tanya Caca yang menemani Clara
di kamarnya.
"Kakak suka main rahasia. Aku takut kak Bara gak
cinta aku lagi. Aku takut kak Bara suka cewek lain. Aku takut kalo nanti kak
Bara mau poligami," ucap Clara lalu menangis tersedu-sedu.
"Enggak, kamu positif
thinking aja. Insyaallah Bara gak sampe kayak gitu. Dulu bunda waktu hamil
kamu juga suka kepikiran kayak gitu, tapi itu cuma kekhawatiran bunda sendiri.
Buktinya ayah masih sama bunda kan? Masih sama kita," ucap Caca lalu
memeluk putrinya.
Clara hanya mengangguk meskipun ia tak yakin.
"Clara yakin aja kalau jodoh gak mungkin pergi
atau diambil orang, kalaupun iya pasti akan kembali lagi. Kayak ayah sama bunda
dulu," hibur Caca lalu menyeka air mata Clara.
"Aku s-sa-say_"
"Bunda lebih sayang sama Clara" potong Caca
yang tau anaknya sangat sulit untuk menyampaikan perasaannya.
Clara langsung tersenyum dan perlahan kembali ceria,
meskipun masih ada beban dan rahasia yang ia simpan.
"Makan yuk, tadi bunda bikin balado. Kayak
kesukaanmu itu loh," ajak Caca lalu bangun dan pergi ke ruang makan
bersama Clara yang mengintilinya.
"Bunda kemarin aku dapet banyak kado," ucap
Clara senang.
"Wah banyak yang sayang Clara ya sekarang. Dapet
kejutan juga lagi dari Bara," ucap Caca yang sekilas menyinggung tentang
kebaikan Bara.
Clara hanya menunduk menyembunyikan wajah sumringahnya
yang kini mulai memaafkan Bara dengan mengingat kebaikan Bara dan momen
romantisnya.
