Bab 21 - Satu Suapan
Pagi menjelang, Bob masih
berbaring terkapar di samping Robi dengan lemas dan sakit di bagian
belakangnya. Banyak sekali bercak kemerahan di sekujur leher, dada, perut,
punggung dan dadanya. Begitu pula dengan Robi.
"Pagi Fatah,"
sapa Robi dengan lembut saat melihat Bob mulai bangun.
"Nama gue Bob!"
omel Bob yang tak suka dipanggil dengan nama aslinya.
"Mau sarapan
apa?" tanya Robi lalu mengecup keningnya dan merapikan rambut Bob yang
berantakan.
"Nasi uduk aja Bang,
eh em apa aja deh yang penting banyak," jawab Bob yang masih melingkarkan
satu tangannya di pinggang Robi dan yang satunya lagi untuk bantalan kepalanya.
"Oke, tunggu
ya," ucap Robi menuruti permintaan Bob lalu bangun dengan kondisi yang
masih telanjang bulat.
Bob yang melihat tubuh
indah Robi sedikit membelalakkan mata terutama pada kejantanan Robi yang begitu
besar. Sadar Bob memperhatikannya Robi hanya tersenyum manis dan sengaja
memperlambat gerakannya saat memakai baju.
"Suka?" tanya
Robi pada Bob yang tanpa sadar terus memperhatikannya.
"Biasa aja!"
ketus Bob sambil memalingkan wajahnya dan memunggungi Robi.
"Masih sakit?"
tanya Robi setelah selesai memakai bajunya lalu duduk mengelus pantat Bob.
"Gue jadi ngerti
gimana rasanya jadi cewek Bang, mana punya lu gede amat lagi," jawab Bob
yang masih memunggungi Robi.
"Maaf ya, mungkin
kita perlu banyak pelicin," ucap Robi lalu mengecup pantat Bob yang masih
tertutup selimut.
"Sana lu Bang cari
makan! Laper gue!" usir Bob karena salah tingkah dengan perlakuan lembut
dan penuh kasih sayang dari Robi.
***
Sofia masih saja sengit
dengan Bara. Bahkan meskipun Bara sudah memaafkan Sofia.
"Mau buah?"
tawar Clara pada Bara dan Sofia.
"Aku mau,"
jawab Bara. Sementara Sofia memilih untuk membuat roti isi.
"Sayang, nanti aku
mau ambil cuti. Gapapa kan?" tanya Clara sambil duduk di samping Bara.
"Boleh dong, si adek
juga dah makin besar gini," ucap Bara sambil mengelus perut Clara.
"Nanti aku mau
banyak jalan sama kak Hana, bunda Anna, orang tuaku. Ah, pasti seru," ucap
Clara yang sudah menyiapkan jadwal liburannya.
"Aku gak masuk
jadwalmu?" tanya Bara.
"Masuk dong. Oh iya
aku juga mau belajar menjahit," ucap Clara semangat.
"Ngapain belajar
jahit? Kan bisa panggil penjahitnya bunda aja," ucap Bara heran.
"Aku mau bikin
boneka buat adekku," ucap Clara lalu menunjukkan gambar boneka yang akan
di buatnya.
"Kapan kamu punya
adek?" tanya Bara heran.
"Ini," jawab Clara
menunjuk perutnya lalu tertawa bersama suaminya.
"Sofia nginep
lagi?" tanya Bara pada Sofia.
"Nanti anterin
pulang ya Cla," ucap Sofia yang mengabaikan Bara.
"Iya," jawab Clara
singkat.
Suasana kembali dingin
ketika Sofia buka suara. Bara juga langsung diam dan melanjutkan makannya.
"Aku kerja dulu ya
sayang," pamit Bara setelah makannya habis.
"Apa gak kepagian
Kak?" tanya Clara lalu menyalimi Bara dan mencium tangannya.
"Gak kok,"
jawab Bara lalu bangun dan berjalan ke kamar untuk mengambil ponselnya yang di charger.
"Kak, sayang,"
panggil Clara yang mengikuti Bara.
"Ada apa?"
tanya Bara.
"Jangan gini, aku
gak suka suasana musuhan kayak gini. Gak baik juga buat anak kita," ucap
Clara pada Bara.
"Aku dah baik, Sofia
yang mulai. Kamu bilangin aja dia, biar tau sopan santun," ucap Bara
ketus.
Clara hanya bisa diam dan
menundukkan kepalanya bingung harus bagaimana.
"Ayah kerja dulu ya
Nak, jangan nakal ya di perut bunda," pamit Bara sambil mengelus perut Clara
lembut dan mengecupnya.
"Aku mau bikin
bento, kakak mau coba kan?" tanya Clara.
"Mau dong, nanti
kita ketemuan ya di hotelku?" ucap Bara yang diangguki Clara. "Jangan
kecapekan ya," pesan Bara lalu mengecup kening Clara.
"Iya kak, oh iya Kak
nanti kakak jangan deket-deket sama kak Robi ya. Aku masih menyelidiki dia sama
Bob," ucap Clara pada suaminya.
"Ya Allah masih aja
curiga istriku ini," ucap Bara heran dan merasa senang bila Clara
mencurigai Robi bukan yang lain.
###
Kling! Pesan masuk ke ponsel Bara yang sudah menunggu Clara
dari tadi.
“Tina?” tanya Robi yang melihat
Bara yang senyum-senyum sendiri.
"Bukan,
istriku," jawab Bara yang masih melanjutkan chating dengan istrinya.
"Oh gitu," ucap
Robi lalu duduk di depan Bara. "Gue keluar ya mau cari makan," pamit
Robi.
"Iya nanti jam dua
balik lagi ya," pesan Bara pada Robi.
Robi hanya mengangguk,
meskipun Bara tak melihatnya lalu pergi keluar untuk makan siang. Tapi tak
berselang lama setelah Bara pergi Tina datang dan langsung masuk ke ruangan Bara.
"Bara!
Surprise!" pekik Tina mengejutkan Bara.
"Mau apa? Kita gak
ada jadwal hari ini," ucap Bara yang terlihat tidak menyukai Tina sama
sekali.
"Aku bawain sushi.
Aku bikin sendiri loh," ucap Tina yang langsung duduk dan membuka bekal
yang ia buat.
"Pergi jauh-jauh
Clara mau kesini!" usir Bara tegas.
"Buka
mulutnya," ucap Tina pada Bara sambil menyuapi Bara dengan sushi
buatannya.
"No!" ucap Bara yang langsung
menghindar.
"Satu suapan dan aku
pergi," paksa Tina.
Dengan berat hati Bara
akhirnya buka mulut, menerima suapan dari Tina.
Brak! Clara langsung menjatuhkan bento yang sudah ia buat
sedemikian rupa saat melihat apa yang di lakukan suaminya dengan mantan
kekasihnya itu.
"Kak engh
kalian," Clara benar-benar kehabisan kata-kata saat melihat apa yang ia
lihat.
"Sayang, ini gak
kayak yang kamu lihat. Ini salah paham!" ucap Bara yang langsung berlari
ke arah istrinya.
"No! Jangan mendekat!" tahan Clara
yang menjaga jarak dengan Bara.
"Cla, ini gak kayak
yang kamu liat. Ini cuma salah paham," ucap Bara yang kembali meyakinkan
istrinya.
"Kayaknya aku salah,
datang waktu kamu ke sini. Maaf aku permisi istri pertama," ucap Tina lalu
pergi begitu saja dengan ucapannya yang ambigu.
Clara benar-benar syok
dengan apa yang ia rasakan barusan. Clara juga langsung pergi begitu saja dan
mengabaikan suaminya yang terus mengejarnya dan berusaha menahannya untuk
menjelaskan semuanya.
Lain dari Clara yang
terpukul. Tina terlihat sangat puas dan beruntung. Bahkan ia sama sekali tak
menyesal atau marah karena gagal menghabiskan waktu makan siang dengan Bara.
"Gapapa gagal terus
gini, asalkan diganjar setimpal aku mau!" gumam Tina dalam mobil.
Kling! Pesan masuk ke ponsel Tina.