Bab 37 - Bayi Besar
Acara main PS berlangsung dengan
sangat sengit. Terutama Bara dan Bob. Sementara Clara sibuk dengan eksperimen
memasaknya bersama Lisa, Aya dan Robi.
"Aku suka masak
spageti. Em cuma ahli masak itu," ucap Clara yang membantu Robi memotong
udang.
"Coba tambahin beberapa
seafood, sama sayur yang di kukus. Semuanya
jadi lebih istimewa," saran Robi lalu memasukkan udang yang baru saja
dipotong Clara.
"Wah kak Robi jago
masak juga ya ternyata," ucap Clara terkagum-kagum lalu bertepuk tangan
bersama Lisa.
"Nanti ku bikinin sup o sup. Kamu pasti suka," ucap Robi
bersemangat.
"Woa! Keren!" ucap
Clara dan Lisa bersamaan.
Hoho
aku emang selalu keren! Batin Robi bangga karena terus dipuji oleh Lisa dan
Clara.
"Kita bikin es yuk
Kak!" ajak Lisa.
"Boleh. Sana ambil. Aku
cari tempatnya," ucap Clara mengijinkan.
Claraku,
selalu terlihat muda dan bahagia. Batin Bara yang akhirnya berhenti main PS.
"Masak apa?" tanya
Bara yang memeluk Clara dari belakang.
"Kak Robi yang masak.
Aku cuma bantuin," jawab Clara lalu mengelus tangan suaminya yang
memeluknya.
"Bi awas ya! Jangan
coba ngerayu istriku," ucap Bara yang tak suka dengan kedekatan Robi dan Clara.
"Aku gak ngerayu, aku
mau culik istrimu terus ku paksa buat ceraiin kamu biar bisa nikah sama
aku!" jawab Robi menantang Bara.
"Hey!" bentak Bara
dan Bob bersamaan begitu mendengar jawaban Robi.
"Hus! Kak Robi ngomong
apa sih! Aku dah jadi emak-emak gini," ucap Clara menanggapi Robi dengan
candaan.
"Hey Cla. Kamu jangan
bilang gitu. Kamu kayak kasih harapan buat si Robi," ucap Bara tak suka
dengan jawaban istrinya.
"Kakak sama kak Bob
cemburu ya," ucap Lisa.
"Jelaslah! Istrinya
kakak mau ditikung!" jawab Bara. "Lah Bob ngapain ikutan
cemburu?" tanya Bara spontan.
"Y-Ya ya soalnya
saingan sama elu dah susah. Apalagi ketambahan lagi!" jawab Bob malu-malu.
Bara langsung menaikkan
alisnya lalu menatap Lisa.
"Net not! Bohong!"
ucap Lisa sambil menyilangkan tangannya.
"Hayo! Ngaku!"
desak Bara sambil menggebrak meja.
Mampus
gue! Batin Bob panik.
"Lu takut gue ambil juga
ya kerjaan lo?" tanya Robi.
"Hey! Jadi kamu sekarang
mentingin kerjaan dari aku?" tanya Clara sedikit tersinggung.
###
Setelah makan malam. Robi
dan Bob mengantar Lisa pulang juga Aya. Karena dapat perintah langsung dari Adam.
Acara menginap pun langsung batal karena tikungan tajam Robi.
Plak! Tamparan keras
langsung di layangkan Bob pada pipi Robi. Robi cukup terkejut dibuatnya.
Apalagi ini pertama kali Bob main tangan dengannya.
"Apa?" tanya Robi
sambil menatap Bob.
"Tadi apa maksudnya
bilang gitu ke Clara hah?" bentak Bob.
"Bilang apa?"
tanya Robi bingung.
"Gak usah sok
lupa!" bentak Bob yang sama sekali tak mau menurunkan nada bicaranya.
"Kamu cemburu?"
tanya Robi dengan wajahnya yang malah jadi sumringah.
"Gak!" jawab Bob
lalu masuk kamar dan langsung menguncinya dari dalam.
"Sayang. Bob. Dear. Baby. Buka dong pintunya,"
bujuk Robi dari luar sambil mengetuk pintu kamarnya.
Bodo
amat! Batin Bob kesal.
***
"Oke karena bayi besarku
dah nurut sekarang bobo ya," ucap Clara menggoda suaminya yang menjadi
kelinci percobaannya dalam mengurus bayi.
"Hadiah bunda,"
rengek Bara yang dari tadi pasrah saat badannya di baluri minyak telon dan
bedak bayi.
"Em, hadiah apa ya yang
cocok buat bayi?" tanya Clara memancing bara lalu tiduran di sampingnya
seperti biasa.
Bara langsung memasang wajah
memelasnya dengan matanya yang sudah sembab dari tadi.
"Emm bayinya
bunda," ucap Clara lalu mengelus pipi Bara dengan lembut dan menatap Bara
dengan seksama. "Aku cinta sama kakak, apapun yang kakak lakukan, gimanapun
kakak. Aku gak bisa marah, aku gak bisa benci," ucap Clara yang mendadak
serius.
Bara hanya terdiam.
Terheran-heran dengan kelakuan istrinya.
"Kakak cakep,"
puji Clara sambil mengelus alis, kening, pipi, dagu, hidung dan bibir Bara.
"Kamu juga
cantik," balas Bara yang memuji istrinya sambil mengecup keningnya.
"Aku bersyukur bisa
nikah sama pria idaman kayak kakak," ucap Clara lalu mengecup bibir
suaminya.
"Bukan, aku yang
harusnya bersyukur karena sudah sangat beruntung punya istri kayak kamu,"
ucap Bara lalu memeluk istrinya.
"Aku pengen cepet peluk
anakku," bisik Clara.
"Sabar. Bentar
lagi," jawab Bara.
"Tapi aku takut
melahirkan juga," adu Clara lalu menyeka air matanya yang mulai
berlinangan.
"Jangan takut. Ada
aku," ucap Bara menguatkan istrinya.
"Aku takut Kak. Aku
takut sakit. Aku takut gak bisa bangun lagi buat liat kakak, liat bayiku tumbuh
besar. Aku takut. Ak_"
"Kalau aku bisa
gantikan posisimu buat melahirkan anak kita. Aku bakal gantiin posisi mu.
Jangan takut. Kita pakai semua yang terbaik. Jangan khawatir," potong Bara
lalu menyeka air mata istrinya.
"Kakak," lirih Clara
lalu membenamkan wajahnya di dada suaminya.
"Jangan takut, jangan
khawatir. Ada aku," bisik Bara meyakinkan istrinya dalam dekapanya.
###
Pagi menjelang. Usai sarapan
dan membantu suaminya bersiap Clara sudah terlihat sangat berkeringat. Tak
hanya itu ia juga merasa nafasnya lebih pendek.
"Kamu gapapa?"
tanya Bara khawatir.
"Gapapa Kak,"
jawab Clara lalu menyalakan AC lebih tinggi.
"Ini dingin banget loh
sayang. Masih kurang?" tanya Bara heran.
"Kakak gak
ngajar?" tanya Clara mengalihkan pembicaraan.
"Ngajar, tapi kakak mau
temenin kamu aja. Kakak khawatir," jawab Bara khawatir.
Kling! Sebuah pesan
masuk ke ponsel Bara.
"Tuh kan dah dicari
mahasiswamu," ucap Clara lalu menyalakan TV.
"Nanti aku pulang
cepat. Kalo ada apa-apa langsung telfon paham?" ucap Bara setelah membaca
pesan yang masuk ke ponselnya.
"Iya Kak," jawab Clara.
"Aku cinta kamu,"
ucap Bara lalu mengecup kening Clara. "Adek jangan nakal ya," ucap
Bara di depan perut Clara lalu mengecupnya lembut dan mengelusnya.
"Hati-hati ya
ayah," ucap Clara lalu menyalimi suaminya dan mengecup pipinya lembut.
"Kamu harus lebih
hati-hati," jawab Bara lalu mengecup bibir Clara sebelum keluar rumah.
"Inget telfon kakak. Kalo aku lama baru telfon yang lain," sambung Bara
yang sangat berat meninggalkan rumah tapi ia merasa lebih berat lagi bila
mengabaikan pesan yang masuk ke ponselnya itu.