0
Home  ›  Chapter  ›  My Perfect Husband 2

Bab 37 - Bayi Besar

 

Bab 37 - Bayi Besar-1

Acara main PS berlangsung dengan sangat sengit. Terutama Bara dan Bob. Sementara Clara sibuk dengan eksperimen memasaknya bersama Lisa, Aya dan Robi.

"Aku suka masak spageti. Em cuma ahli masak itu," ucap Clara yang membantu Robi memotong udang.

"Coba tambahin beberapa seafood, sama sayur yang di kukus. Semuanya jadi lebih istimewa," saran Robi lalu memasukkan udang yang baru saja dipotong Clara.

"Wah kak Robi jago masak juga ya ternyata," ucap Clara terkagum-kagum lalu bertepuk tangan bersama Lisa.

"Nanti ku bikinin sup o sup. Kamu pasti suka," ucap Robi bersemangat.

"Woa! Keren!" ucap Clara dan Lisa bersamaan.

Hoho aku emang selalu keren! Batin Robi bangga karena terus dipuji oleh Lisa dan Clara.

"Kita bikin es yuk Kak!" ajak Lisa.

"Boleh. Sana ambil. Aku cari tempatnya," ucap Clara mengijinkan.

Claraku, selalu terlihat muda dan bahagia. Batin Bara yang akhirnya berhenti main PS.

"Masak apa?" tanya Bara yang memeluk Clara dari belakang.

"Kak Robi yang masak. Aku cuma bantuin," jawab Clara lalu mengelus tangan suaminya yang memeluknya.

"Bi awas ya! Jangan coba ngerayu istriku," ucap Bara yang tak suka dengan kedekatan Robi dan Clara.

"Aku gak ngerayu, aku mau culik istrimu terus ku paksa buat ceraiin kamu biar bisa nikah sama aku!" jawab Robi menantang Bara.

"Hey!" bentak Bara dan Bob bersamaan begitu mendengar jawaban Robi.

"Hus! Kak Robi ngomong apa sih! Aku dah jadi emak-emak gini," ucap Clara menanggapi Robi dengan candaan.

"Hey Cla. Kamu jangan bilang gitu. Kamu kayak kasih harapan buat si Robi," ucap Bara tak suka dengan jawaban istrinya.

"Kakak sama kak Bob cemburu ya," ucap Lisa.

"Jelaslah! Istrinya kakak mau ditikung!" jawab Bara. "Lah Bob ngapain ikutan cemburu?" tanya Bara spontan.

"Y-Ya ya soalnya saingan sama elu dah susah. Apalagi ketambahan lagi!" jawab Bob malu-malu.

Bara langsung menaikkan alisnya lalu menatap Lisa.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

"Net not! Bohong!" ucap Lisa sambil menyilangkan tangannya.

"Hayo! Ngaku!" desak Bara sambil menggebrak meja.

Mampus gue! Batin Bob panik.

"Lu takut gue ambil juga ya kerjaan lo?" tanya Robi.

"Hey! Jadi kamu sekarang mentingin kerjaan dari aku?" tanya Clara sedikit tersinggung.

###

Setelah makan malam. Robi dan Bob mengantar Lisa pulang juga Aya. Karena dapat perintah langsung dari Adam. Acara menginap pun langsung batal karena tikungan tajam Robi.

Plak! Tamparan keras langsung di layangkan Bob pada pipi Robi. Robi cukup terkejut dibuatnya. Apalagi ini pertama kali Bob main tangan dengannya.

"Apa?" tanya Robi sambil menatap Bob.

"Tadi apa maksudnya bilang gitu ke Clara hah?" bentak Bob.

"Bilang apa?" tanya Robi bingung.

"Gak usah sok lupa!" bentak Bob yang sama sekali tak mau menurunkan nada bicaranya.

"Kamu cemburu?" tanya Robi dengan wajahnya yang malah jadi sumringah.

"Gak!" jawab Bob lalu masuk kamar dan langsung menguncinya dari dalam.

"Sayang. Bob. Dear. Baby. Buka dong pintunya," bujuk Robi dari luar sambil mengetuk pintu kamarnya.

Bodo amat! Batin Bob kesal.

***

"Oke karena bayi besarku dah nurut sekarang bobo ya," ucap Clara menggoda suaminya yang menjadi kelinci percobaannya dalam mengurus bayi.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

"Hadiah bunda," rengek Bara yang dari tadi pasrah saat badannya di baluri minyak telon dan bedak bayi.

"Em, hadiah apa ya yang cocok buat bayi?" tanya Clara memancing bara lalu tiduran di sampingnya seperti biasa.

Bara langsung memasang wajah memelasnya dengan matanya yang sudah sembab dari tadi.

"Emm bayinya bunda," ucap Clara lalu mengelus pipi Bara dengan lembut dan menatap Bara dengan seksama. "Aku cinta sama kakak, apapun yang kakak lakukan, gimanapun kakak. Aku gak bisa marah, aku gak bisa benci," ucap Clara yang mendadak serius.

Bara hanya terdiam. Terheran-heran dengan kelakuan istrinya.

"Kakak cakep," puji Clara sambil mengelus alis, kening, pipi, dagu, hidung dan bibir Bara.

"Kamu juga cantik," balas Bara yang memuji istrinya sambil mengecup keningnya.

"Aku bersyukur bisa nikah sama pria idaman kayak kakak," ucap Clara lalu mengecup bibir suaminya.

"Bukan, aku yang harusnya bersyukur karena sudah sangat beruntung punya istri kayak kamu," ucap Bara lalu memeluk istrinya.

"Aku pengen cepet peluk anakku," bisik Clara.

"Sabar. Bentar lagi," jawab Bara.

"Tapi aku takut melahirkan juga," adu Clara lalu menyeka air matanya yang mulai berlinangan.

"Jangan takut. Ada aku," ucap Bara menguatkan istrinya.

"Aku takut Kak. Aku takut sakit. Aku takut gak bisa bangun lagi buat liat kakak, liat bayiku tumbuh besar. Aku takut. Ak_"

"Kalau aku bisa gantikan posisimu buat melahirkan anak kita. Aku bakal gantiin posisi mu. Jangan takut. Kita pakai semua yang terbaik. Jangan khawatir," potong Bara lalu menyeka air mata istrinya.

"Kakak," lirih Clara lalu membenamkan wajahnya di dada suaminya.

"Jangan takut, jangan khawatir. Ada aku," bisik Bara meyakinkan istrinya dalam dekapanya.

###

Pagi menjelang. Usai sarapan dan membantu suaminya bersiap Clara sudah terlihat sangat berkeringat. Tak hanya itu ia juga merasa nafasnya lebih pendek.

"Kamu gapapa?" tanya Bara khawatir.

"Gapapa Kak," jawab Clara lalu menyalakan AC lebih tinggi.

"Ini dingin banget loh sayang. Masih kurang?" tanya Bara heran.

"Kakak gak ngajar?" tanya Clara mengalihkan pembicaraan.

"Ngajar, tapi kakak mau temenin kamu aja. Kakak khawatir," jawab Bara khawatir.

Kling! Sebuah pesan masuk ke ponsel Bara.

"Tuh kan dah dicari mahasiswamu," ucap Clara lalu menyalakan TV.

"Nanti aku pulang cepat. Kalo ada apa-apa langsung telfon paham?" ucap Bara setelah membaca pesan yang masuk ke ponselnya.

"Iya Kak," jawab Clara.

"Aku cinta kamu," ucap Bara lalu mengecup kening Clara. "Adek jangan nakal ya," ucap Bara di depan perut Clara lalu mengecupnya lembut dan mengelusnya.

"Hati-hati ya ayah," ucap Clara lalu menyalimi suaminya dan mengecup pipinya lembut.

"Kamu harus lebih hati-hati," jawab Bara lalu mengecup bibir Clara sebelum keluar rumah. "Inget telfon kakak. Kalo aku lama baru telfon yang lain," sambung Bara yang sangat berat meninggalkan rumah tapi ia merasa lebih berat lagi bila mengabaikan pesan yang masuk ke ponselnya itu.

 

39
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share