Bab 34 - Berenang
Menjelang
sore Bara
bangun lebih awal dari pada Clara. Bara langsung menyiapkan peralatan
renangnya. Sementara Clara jelas tak ia perbolehkan untuk ikut renang. Ayah
mertuanya juga ternyata memang sudah ada jadwal berenang bersama Adam.
"Kakak," panggil Clara yang akhirnya bangun.
"Iya
sayang?" jawab Bara
lalu menghampiri Clara.
"Jadi
berenangnya?" tanya Clara
lalu memeluk suaminya.
"Clara
berubah pikiran?" jawab Bara
yang malah balik tanya sambil mengelus punggung Clara.
"Bukan.
Aku pengen liat kakak berenang.
Kak, aku gak
tau gimana perasaan kakak sekarang. Aku gak tau gimana rasa cinta kakak ke aku sekarang.
Tapi yang jelas aku. Aku mau kakak tetap ingat aku, sama anak kita. Aku ijinin
kakak kalo mau sama kak Tina.
Tap_"
"Tidak! Tidak Clara. Kakak sama kamu terus.
Kemarin Tina
yang goda kakak. Kakak bodoh kakak ke pancing. Kakak minta maaf. Tapi kakak gak
pernah ngapa-ngapain sama dia selain jalan-jalan nostalgia waktu kuliah. Kakak
gak ngapa-ngapain sumpah. Kakak tetap cinta sama kamu sama kayak dulu. Gak
berkurang sama sekali. Percaya sayang. Kakak gak pernah cari istri lagi. Kakak
cuma nikah sama kamu, punya anak cuma dari kamu. Sampai kapanpun. Kakak janji," potong Bara sambil menatap Clara serius untuk
meyakinkannya.
Clara
hanya tersenyum lalu mengelus pipi suaminya.
"Kak,
kalo nanti aku mati. Adek siapa ya yang jagain?" tanya Clara lalu menyeka air matanya
dan menyembunyikan wajahnya di bahu suaminya.
"Hus!
Kamu ini ngomong apa sih! Ya kita lah yang gedein si adek. Kamu ngapain mati
segala, dah ah jangan ngomongin yang serem-serem lagi!" ucap Bara panik menepis pertanyaan
menyeramkan istrinya.
***
"Jadi
kita?" tanya Bob
pada Robi.
"Ya
jadi lah, kan yang nyuruh Bara.
Yang minta istrinya. Ya kita yang harus cariin. Lagian besok kamu jadi
asistennya Clara
ini,"
ucap Robi
lalu menggandeng Bob
keluar dari ruangannya.
"Aku
gak tau banyak soal kamera,"
jawab Bob
minder sambil mengikuti Robi.
"Kamu
gak tau banyak soal aku, tapi kamu jadi asisten ku," saut Robi lalu merangkul pinggang Bob tanpa peduli pandangan
orang lain padanya.
"Hubby, apa kamu perlu kayak gini di
tempat kerja?" bisik Bob
yang merasa tidak enak hati menjadi bahan tontonan.
Robi
hanya tertawa dan terus berjalan meskipun kini berganti dengan menggenggam erat
tangan Bob.
###
Clara
hanya duduk memperhatikan suaminya yang jadi bahan cuci mata para ibu-ibu dan ABG yang berkunjung. Caca sendiri
tak bisa ikut karena tengah pergi liburan dengan anggota arisan lainnya.
Cup. Bara dengan iseng mengecup pipi
istrinya.
"Ih
kakak basah,"
ucap Clara
lalu mengambilkan handuk untuk Bara.
"Lain
kali kita berenang di rumah aja,"
ucap Bara.
"Kalo disini aku gak bisa renang sama kamu, malah tadi diajak balapan sama
ayah lagi,"
adu Bara
sambil mengeringkan rambutnya.
"Kakak
kalo renang sama aku sibuk nempel mulu," sindir Clara.
"Akpol
mas?" tanya ibu-ibu yang ada di sebelah Clara.
"Bukan," jawab Bara singkat lalu mengelus
perut Clara.
"Kesini
sama adek apa ibu?" tanyanya lagi.
"Sama
istri saya!" jawab Bara
yang langsung bad mood bila ada orang
asing yang mengajaknya bicara.
Clara
yang tidak enak hati hanya bisa senyum-senyum sungkan karena suaminya yang
langsung ngegas.
"Sayang
aku keliatan tua ya?" tanya Clara berbisik pada Bara.
Bara
langsung melirik tajam pada ibu-ibu yang menanyainya barusan.
Plak! Clara langsung menampar bahu Bara.
"Kakak
mandi sana. Ganti baju terus pulang," perintah Clara.
"Pulang
kemana ini nanti?" tanya Bara.
"Rumah
ayah dong. Kan ayah sendirian. Cuma sama Sofia. Jadi kita ngiep disana," jawab Clara.
"Yaudah
tunggu bentar,"
ucap Bara
lalu mengecup kening Clara.
***
"Suka
tuksedo yang mana?" tanya Bob
yang dari tadi mencoba tuksedo bersama Robi.
"Aku
suka semua. Pilih juga yang buat kita nanti," jawab Robi lalu memeluk Bob dari belakang.
"Apa
maksudnya buat kita?" tanya Bob sok polos.
"Apa
harus ku pertegas hmm,"
tanya Robi
sambil mengecup tengkuk Bob
yang sukses membuatnya tersipu.
"Hubby aku
malu,"
lirih Bob
sambil menyikut Robi.
Bukannya
Robi
melepaskannya, Robi
malah mempererat pelukannya.
"Bob,
aku serius. Ayo menikah. Dengan benar. Aku cinta kamu. Ku rasa kamu juga gitu," ucap Robi lalu membalik tubuh Bob dan memeluk pinggangnya,
menjaga jarak agar tetap berdekatan.
"Hubby," lirih Bob yang masih menundukkan
wajahnya dengan tangannya yang menahan dada Robi.
"Apa
cuma aku yang jatuh cinta?" tanya Robi sedih sambil mengangkat
dagu Bob
agar menatapnya.
Tak
ingin membuat Robi
bersedih. Bob langsung mendorong Robi masuk ke dalam ruang ganti. Dengan
memberanikan diri, akhirnya Bob
mengambil langkah tegasnya yang pertama untuk melumat bibir Robi dengan lembut dan sedikit
ragu.
"Jangan
bilang begitu. Aku em aku. Ju-Juga. Men_"
"Jangan
diteruskan. Aku paham,"
potong Robi
lalu melumat bibir Bob
sementara Bob
hanya memejamkan mata dan membalas tiap lumatan Robi.
Ini salah, aku tau. Tapi aku tak bisa
menghentikannya. Kak Robi.
Biarkan dulu semuanya begini.
Batin Bob
lalu membuka matanya perlahan dan melepaskan lumatannya perlahan pula.
"Kita
ambil semuanya,"
ucap Robi
lalu keluar dari kamar pas lebih awal.
`Bob
hanya mengangguk lalu mengikuti Robi dengan wajah yang tertunduk
menyembunyikan wajahnya yang bersemu.
"Mau
tambah lagi?" tanya Robi
pada Bob.
Bob
hanya menggeleng lalu meraih tangan Robi dan menggenggamnya.
"Ayo
pulang,"
jawab Bob.
Robi
hanya tersenyum lalu menyelesaikan pembayarannya.
Aku tidak salah pilih. Bob selalu menyenangkan dan
membuatku berdebar. Batin
Robi yang
makin yakin dengan Bob.
"Hubby boleh malam ini aku yang
masuk?" tanya Bob
malu-malu dengan lirih saat berjalan bersama Robi.
"Tentu
saja boleh. Hari ini kamu tuanku," jawab Robi menyanggupi permintaan Bob.
###
"Gimana
rumahmu?" tanya Fajar
yang akhirnya menanyakan perihal rumah tangga pada Clara dan Bara.
"Bersih," jawab Clara yang membuat Fajar tertawa.
"Kamar
cucunya ayah gimana?" tanya Fajar lagi.
"Dah
siap kemarin mulai renovasi, di rumah mertuaku juga ikutan bikin," jawab Clara santai.
Usai
mendengar jawaban dari Clara
tak di sangka-sangka. Fajar langsung mengambil ponselnya dan menelfon istrinya.
Tak selang lama terdengar suara Fajar yang ribut ingin renovasi juga
karena merasa disaingi besannya.
"Ayah
kenapa sayang?" tanya Bara
yang baru turun dari kamar dengan piyamanya.
"Pengen
renovasi juga kayaknya,"
jawab Clara
lalu menyuapi suaminya dengan potongan buah naga.
"Kenapa
jadi semuanya renovasi? Kan babynya
cuma satu,"
ucap Bara
heran. "Sayang kayaknya kita perlu nambahin taman bermain sama kamar juga
deh di hotel ku buat si adek. Menurutmu gimana?" tanya Bara yang malah ingin
ikut-ikutan.
Clara
hanya geleng-geleng kepala mendengar ucapan suaminya yang malah jadi
ikut-ikutan.
"Kenapa?
Kan anak pertama kita. Nanti kalo ada adeknya lagi kan enak dah punya tempat
main,"
ucap Bara
memaksa.
"Hotelmu
kan dah ada tempat mainnya," jawab Clara santai.
"Dimana?"
tanya Bara
bingung.
"Lah
itu kalo ada pengunjung bocah. Bisa lari-lari di lobi dah pada girang. Liat
ikan juga, main air juga,"
jawab Clara.
"Ya
Allah
istriku ini,"
ucap Bara
sambil tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban istrinya yang sangat di luar
dugaan.
"Apa?
Kan bener?" tanya Clara
bingung.
"Ya
kali anakku cuma suruh liat ikan sama lari-lari di lobi," jawab Bara setelah puas tertawa.
"Udah ah kamu ini terima jadi aja ya. Suamimu ini aja yang mikir. Yang
penting babynya sehat kamu juga
sehat. Dah ah pokoknya kakak mau bikin taman bermain," sambung Bara.
"Ayo
ke mesjid!" ajak Fajar
yang keluar kamar dengan bersungut-sungut.
"I-Iya Yah," jawab Bara takut-takut lalu menatap Clara meminta ijin sebelum pergi.
"Aku ambil sarung dulu,"
sambung Bara.
"A-Aku mau solat," ucap Clara yang ikut pergi.
Brak! Fajar langsung menggebrak meja makan
dan duduk menunggu.
"Kenapa?"
tanya Bara
sambil berbisik.
"Gak
di ACC bunda
paling Kak.
Dah kakak buruan,"
jawab Clara
yang juga berbisik.
"Bara
buruan!" teriak Fajar
tak sabaran.
"I-Iya Yah," jawab Bara yang langsung cepat-cepat
menemui ayah mertuanya.
"Ayah
sama embahmu pada gak sabar mau ketemu adek. Adek harus sehat ya Nak," ucap Clara sambil mengelus perutnya
dengan lembut.
"Aku
ke masjid dulu ya,"
ucap Bara
lalu mengecup kening dan mengelus perut istrinya.
###
Selama
perjalanan ke masjid Bara
hanya menjadi pendengar setia ayah mertuanya yang uring-uringan karena tak
boleh merenovasi rumah untuk waktu dekat. Bahkan ayah mertua Bara juga terang-terangan
menyatakan bila tak mau dikalahkan besarnya dalam memanjakan cucu.
Selama
di masjid juga Bara
hanya diam tak berani menanggapi atau mengalihkan pembicaraan. Perjalanan
pulang juga sama saja. Fajar benar-benar terlihat ambisius untuk menyambut
cucunya.
"Kakak," panggil Clara dari kamarnya.
"Iya
sayang?" sahut
Bara yang
merasa punya kesempatan kabur. "Bentar ya Yah, di cari Clara," ucap Bara meminta ijin lalu berlari
ke kamar istrinya.
"Kakak
punggungku sakit,"
rengek Clara
yang sudah berbaring tanpa melepaskan mukenanya.
"Yang
mana yang sakit?" tanya Bara
sambil melepaskan mukena istrinya.
"Sebelah
sini," jawab Clara
menunjukkan bagian punggungnya.
"Eh
Cla, bunda
Caca di
bujuk dong biar ngijinin ayah renovasi. Kasian," ucap Bara sambil memijat istrinya.
"Kasian
sama ayah?" tanya Clara.
"Bukan.
Ya kasian sama suamimu ini lah, bayangin aja kalo cuma gara-gara ayah gak bisa
renovasi suamimu ini harus dengerin ayah ngedumel. Kamu gak kasian?" ucap Bara memelas.
"Jadi
kakak gak suka?" tanya Clara
yang sukses menyudutkan suaminya.
"Bukan
gak suka. Tapi akunya serem liat ayah kayak gitu. Ayah biasa aja aku takut.
Apalagi marah-marah,"
jawab Bara
yang makin terdengar memelas.
"Bara!" teriak Fajar yang mencari Bara disertai suara langkah
kakinya yang makin mendekati kamar Clara.
"Di
dalem yah, masuk aja," jawab Clara.
"Oi,
temenin ayah!" perintah Fajar.
"Aaa
ayah. Besok lagi aja marahnya. Punggungku sakit, pinggangku juga. Cucumu juga
pengen sama ditemenin ayahnya Yah," ucap Clara yang tak mau di tinggal
suaminya.
"Yaudah
iya,"
jawab Fajar
mengalah lalu meninggalkan anak-anaknya.
"Sofia!" suara teriakan Fajar kembali terdengar saat
mencari teman curhat.
Bara
langsung mendekap istrinya sambil mengelus perut Clara.
"Emm kesayanganku semua," ucap Bara senang sambil mengecup
bahu Clara.
Clara
hanya tertawa melihat kelakuan suaminya lalu mengelus tangan Bara yang memeluknya.
"Hmm Kak, kapan ya kita terakhir
nginep disini. Rasanya kayak lama sekali gak kesini," ucap Clara lalu membalik tubuhnya
agar dapat menatap suaminya.
"Iya
ya. Perasaan sejak kita pindah rumah jadi jarang nginep di rumah orang tua kita," jawab Bara lalu mengecup kening
istrinya sambil mengelus rambutnya dengan lembut.
"Kak,
aku punya banyak sekali kenangan di rumah. Punya banyak sekali kenangan di
jalanan, sama temen-temenku, sama kantor polisi, klub malam. Semuanya. Aku ingat
semua tapi tidak secara detail, aku takut yang lain melupakan aku. Aku takut Kak," ucap Clara yang tak berani menatap
mata Bara.
"Besok
mau jalan-jalan kesana? Biar kakak temenin. Kakak ajak Bob sama Robi juga, gimana?" tawar Bara menghibur istrinya.
"Makasih
Kak," jawab Clara lalu mengecup bibir Bara sekilas.
"Sama-sama,
tapi kalo anak kita dah lahir. Kamu gak boleh main kesana lagi. Ini yang
terakhir gimana?" ucap Bara
menawarkan kesepakatan yang langsung diangguki Clara.
"Aku
sayang kakak,"
bisik Clara
lalu memeluk Bara.
Rrr bini gue gemesin banget. Batin Bara senang lalu membalas
pelukan Clara.
"Bara!
Bara!"
teriak Fajar
yang kembali datang ke kamar dan langsung membuka pintu kamar Clara.
"Iya
Yah?"
jawab Bara
yang masih memeluk Clara.
"Buruan
turun bantuin ngomong sama bundanya Clara," ucap Fajar.
"Bentar
ya sayang,"
ucap Bara
yang akhirnya bangun dan menuruti permintaan mertuanya.
"Ayahmu
dah jadi punya kita lagi Dek.
Nanti kalo bunda gak ada kamu boleh minta apa aja ke ayah," ucap Clara sambil mengelus perutnya.