0
Home  ›  Chapter  ›  My Perfect Husband 2

Bab 34 - Berenang

 

Bab 34 - Berenang-1

Menjelang sore Bara bangun lebih awal dari pada Clara. Bara langsung menyiapkan peralatan renangnya. Sementara Clara jelas tak ia perbolehkan untuk ikut renang. Ayah mertuanya juga ternyata memang sudah ada jadwal berenang bersama Adam.

"Kakak," panggil Clara yang akhirnya bangun.

"Iya sayang?" jawab Bara lalu menghampiri Clara.

"Jadi berenangnya?" tanya Clara lalu memeluk suaminya.

"Clara berubah pikiran?" jawab Bara yang malah balik tanya sambil mengelus punggung Clara.

"Bukan. Aku pengen liat kakak berenang. Kak, aku gak tau gimana perasaan kakak sekarang. Aku gak tau gimana rasa cinta kakak ke aku sekarang. Tapi yang jelas aku. Aku mau kakak tetap ingat aku, sama anak kita. Aku ijinin kakak kalo mau sama kak Tina. Tap_"

"Tidak! Tidak Clara. Kakak sama kamu terus. Kemarin Tina yang goda kakak. Kakak bodoh kakak ke pancing. Kakak minta maaf. Tapi kakak gak pernah ngapa-ngapain sama dia selain jalan-jalan nostalgia waktu kuliah. Kakak gak ngapa-ngapain sumpah. Kakak tetap cinta sama kamu sama kayak dulu. Gak berkurang sama sekali. Percaya sayang. Kakak gak pernah cari istri lagi. Kakak cuma nikah sama kamu, punya anak cuma dari kamu. Sampai kapanpun. Kakak janji," potong Bara sambil menatap Clara serius untuk meyakinkannya.

Clara hanya tersenyum lalu mengelus pipi suaminya.

"Kak, kalo nanti aku mati. Adek siapa ya yang jagain?" tanya Clara lalu menyeka air matanya dan menyembunyikan wajahnya di bahu suaminya.

"Hus! Kamu ini ngomong apa sih! Ya kita lah yang gedein si adek. Kamu ngapain mati segala, dah ah jangan ngomongin yang serem-serem lagi!" ucap Bara panik menepis pertanyaan menyeramkan istrinya.

***

"Jadi kita?" tanya Bob pada Robi.

"Ya jadi lah, kan yang nyuruh Bara. Yang minta istrinya. Ya kita yang harus cariin. Lagian besok kamu jadi asistennya Clara ini," ucap Robi lalu menggandeng Bob keluar dari ruangannya.

"Aku gak tau banyak soal kamera," jawab Bob minder sambil mengikuti Robi.

"Kamu gak tau banyak soal aku, tapi kamu jadi asisten ku," saut Robi lalu merangkul pinggang Bob tanpa peduli pandangan orang lain padanya.

"Hubby, apa kamu perlu kayak gini di tempat kerja?" bisik Bob yang merasa tidak enak hati menjadi bahan tontonan.

Robi hanya tertawa dan terus berjalan meskipun kini berganti dengan menggenggam erat tangan Bob.

###

Clara hanya duduk memperhatikan suaminya yang jadi bahan cuci mata para ibu-ibu dan ABG yang berkunjung. Caca sendiri tak bisa ikut karena tengah pergi liburan dengan anggota arisan lainnya.

Cup. Bara dengan iseng mengecup pipi istrinya.

"Ih kakak basah," ucap Clara lalu mengambilkan handuk untuk Bara.

"Lain kali kita berenang di rumah aja," ucap Bara. "Kalo disini aku gak bisa renang sama kamu, malah tadi diajak balapan sama ayah lagi," adu Bara sambil mengeringkan rambutnya.

"Kakak kalo renang sama aku sibuk nempel mulu," sindir Clara.

"Akpol mas?" tanya ibu-ibu yang ada di sebelah Clara.

"Bukan," jawab Bara singkat lalu mengelus perut Clara.

"Kesini sama adek apa ibu?" tanyanya lagi.

"Sama istri saya!" jawab Bara yang langsung bad mood bila ada orang asing yang mengajaknya bicara.

Clara yang tidak enak hati hanya bisa senyum-senyum sungkan karena suaminya yang langsung ngegas.

"Sayang aku keliatan tua ya?" tanya Clara berbisik pada Bara.

Bara langsung melirik tajam pada ibu-ibu yang menanyainya barusan.

Plak! Clara langsung menampar bahu Bara.

"Kakak mandi sana. Ganti baju terus pulang," perintah Clara.

"Pulang kemana ini nanti?" tanya Bara.

"Rumah ayah dong. Kan ayah sendirian. Cuma sama Sofia. Jadi kita ngiep disana," jawab Clara.

"Yaudah tunggu bentar," ucap Bara lalu mengecup kening Clara.

***

"Suka tuksedo yang mana?" tanya Bob yang dari tadi mencoba tuksedo bersama Robi.

"Aku suka semua. Pilih juga yang buat kita nanti," jawab Robi lalu memeluk Bob dari belakang.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

"Apa maksudnya buat kita?" tanya Bob sok polos.

"Apa harus ku pertegas hmm," tanya Robi sambil mengecup tengkuk Bob yang sukses membuatnya tersipu.

"Hubby aku malu," lirih Bob sambil menyikut Robi.

Bukannya Robi melepaskannya, Robi malah mempererat pelukannya.

"Bob, aku serius. Ayo menikah. Dengan benar. Aku cinta kamu. Ku rasa kamu juga gitu," ucap Robi lalu membalik tubuh Bob dan memeluk pinggangnya, menjaga jarak agar tetap berdekatan.

"Hubby," lirih Bob yang masih menundukkan wajahnya dengan tangannya yang menahan dada Robi.

"Apa cuma aku yang jatuh cinta?" tanya Robi sedih sambil mengangkat dagu Bob agar menatapnya.

Tak ingin membuat Robi bersedih. Bob langsung mendorong Robi masuk ke dalam ruang ganti. Dengan memberanikan diri, akhirnya Bob mengambil langkah tegasnya yang pertama untuk melumat bibir Robi dengan lembut dan sedikit ragu.

"Jangan bilang begitu. Aku em aku. Ju-Juga. Men_"

"Jangan diteruskan. Aku paham," potong Robi lalu melumat bibir Bob sementara Bob hanya memejamkan mata dan membalas tiap lumatan Robi.

Ini salah, aku tau. Tapi aku tak bisa menghentikannya. Kak Robi. Biarkan dulu semuanya begini. Batin Bob lalu membuka matanya perlahan dan melepaskan lumatannya perlahan pula.

"Kita ambil semuanya," ucap Robi lalu keluar dari kamar pas lebih awal.

`Bob hanya mengangguk lalu mengikuti Robi dengan wajah yang tertunduk menyembunyikan wajahnya yang bersemu.

"Mau tambah lagi?" tanya Robi pada Bob.

Bob hanya menggeleng lalu meraih tangan Robi dan menggenggamnya.

"Ayo pulang," jawab Bob.

Robi hanya tersenyum lalu menyelesaikan pembayarannya.

Aku tidak salah pilih. Bob selalu menyenangkan dan membuatku berdebar. Batin Robi yang makin yakin dengan Bob.

"Hubby boleh malam ini aku yang masuk?" tanya Bob malu-malu dengan lirih saat berjalan bersama Robi.

"Tentu saja boleh. Hari ini kamu tuanku," jawab Robi menyanggupi permintaan Bob.

###

"Gimana rumahmu?" tanya Fajar yang akhirnya menanyakan perihal rumah tangga pada Clara dan Bara.

"Bersih," jawab Clara yang membuat Fajar tertawa.

"Kamar cucunya ayah gimana?" tanya Fajar lagi.

"Dah siap kemarin mulai renovasi, di rumah mertuaku juga ikutan bikin," jawab Clara santai.

Usai mendengar jawaban dari Clara tak di sangka-sangka. Fajar langsung mengambil ponselnya dan menelfon istrinya. Tak selang lama terdengar suara Fajar yang ribut ingin renovasi juga karena merasa disaingi besannya.

"Ayah kenapa sayang?" tanya Bara yang baru turun dari kamar dengan piyamanya.

"Pengen renovasi juga kayaknya," jawab Clara lalu menyuapi suaminya dengan potongan buah naga.

"Kenapa jadi semuanya renovasi? Kan babynya cuma satu," ucap Bara heran. "Sayang kayaknya kita perlu nambahin taman bermain sama kamar juga deh di hotel ku buat si adek. Menurutmu gimana?" tanya Bara yang malah ingin ikut-ikutan.

Clara hanya geleng-geleng kepala mendengar ucapan suaminya yang malah jadi ikut-ikutan.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

"Kenapa? Kan anak pertama kita. Nanti kalo ada adeknya lagi kan enak dah punya tempat main," ucap Bara memaksa.

"Hotelmu kan dah ada tempat mainnya," jawab Clara santai.

"Dimana?" tanya Bara bingung.

"Lah itu kalo ada pengunjung bocah. Bisa lari-lari di lobi dah pada girang. Liat ikan juga, main air juga," jawab Clara.

"Ya Allah istriku ini," ucap Bara sambil tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban istrinya yang sangat di luar dugaan.

"Apa? Kan bener?" tanya Clara bingung.

"Ya kali anakku cuma suruh liat ikan sama lari-lari di lobi," jawab Bara setelah puas tertawa. "Udah ah kamu ini terima jadi aja ya. Suamimu ini aja yang mikir. Yang penting babynya sehat kamu juga sehat. Dah ah pokoknya kakak mau bikin taman bermain," sambung Bara.

"Ayo ke mesjid!" ajak Fajar yang keluar kamar dengan bersungut-sungut.

"I-Iya Yah," jawab Bara takut-takut lalu menatap Clara meminta ijin sebelum pergi. "Aku ambil sarung dulu," sambung Bara.

"A-Aku mau solat," ucap Clara yang ikut pergi.

Brak! Fajar langsung menggebrak meja makan dan duduk menunggu.

"Kenapa?" tanya Bara sambil berbisik.

"Gak di ACC bunda paling Kak. Dah kakak buruan," jawab Clara yang juga berbisik.

"Bara buruan!" teriak Fajar tak sabaran.

"I-Iya Yah," jawab Bara yang langsung cepat-cepat menemui ayah mertuanya.

"Ayah sama embahmu pada gak sabar mau ketemu adek. Adek harus sehat ya Nak," ucap Clara sambil mengelus perutnya dengan lembut.

"Aku ke masjid dulu ya," ucap Bara lalu mengecup kening dan mengelus perut istrinya.

###

Selama perjalanan ke masjid Bara hanya menjadi pendengar setia ayah mertuanya yang uring-uringan karena tak boleh merenovasi rumah untuk waktu dekat. Bahkan ayah mertua Bara juga terang-terangan menyatakan bila tak mau dikalahkan besarnya dalam memanjakan cucu.

Selama di masjid juga Bara hanya diam tak berani menanggapi atau mengalihkan pembicaraan. Perjalanan pulang juga sama saja. Fajar benar-benar terlihat ambisius untuk menyambut cucunya.

"Kakak," panggil Clara dari kamarnya.

"Iya sayang?" sahut Bara yang merasa punya kesempatan kabur. "Bentar ya Yah, di cari Clara," ucap Bara meminta ijin lalu berlari ke kamar istrinya.

"Kakak punggungku sakit," rengek Clara yang sudah berbaring tanpa melepaskan mukenanya.

"Yang mana yang sakit?" tanya Bara sambil melepaskan mukena istrinya.

"Sebelah sini," jawab Clara menunjukkan bagian punggungnya.

"Eh Cla, bunda Caca di bujuk dong biar ngijinin ayah renovasi. Kasian," ucap Bara sambil memijat istrinya.

"Kasian sama ayah?" tanya Clara.

"Bukan. Ya kasian sama suamimu ini lah, bayangin aja kalo cuma gara-gara ayah gak bisa renovasi suamimu ini harus dengerin ayah ngedumel. Kamu gak kasian?" ucap Bara memelas.

"Jadi kakak gak suka?" tanya Clara yang sukses menyudutkan suaminya.

"Bukan gak suka. Tapi akunya serem liat ayah kayak gitu. Ayah biasa aja aku takut. Apalagi marah-marah," jawab Bara yang makin terdengar memelas.

"Bara!" teriak Fajar yang mencari Bara disertai suara langkah kakinya yang makin mendekati kamar Clara.

"Di dalem yah, masuk aja," jawab Clara.

"Oi, temenin ayah!" perintah Fajar.

"Aaa ayah. Besok lagi aja marahnya. Punggungku sakit, pinggangku juga. Cucumu juga pengen sama ditemenin ayahnya Yah," ucap Clara yang tak mau di tinggal suaminya.

"Yaudah iya," jawab Fajar mengalah lalu meninggalkan anak-anaknya.

"Sofia!" suara teriakan Fajar kembali terdengar saat mencari teman curhat.

Bara langsung mendekap istrinya sambil mengelus perut Clara.

"Emm kesayanganku semua," ucap Bara senang sambil mengecup bahu Clara.

Clara hanya tertawa melihat kelakuan suaminya lalu mengelus tangan Bara yang memeluknya.

"Hmm Kak, kapan ya kita terakhir nginep disini. Rasanya kayak lama sekali gak kesini," ucap Clara lalu membalik tubuhnya agar dapat menatap suaminya.

"Iya ya. Perasaan sejak kita pindah rumah jadi jarang nginep di rumah orang tua kita," jawab Bara lalu mengecup kening istrinya sambil mengelus rambutnya dengan lembut.

"Kak, aku punya banyak sekali kenangan di rumah. Punya banyak sekali kenangan di jalanan, sama temen-temenku, sama kantor polisi, klub malam. Semuanya. Aku ingat semua tapi tidak secara detail, aku takut yang lain melupakan aku. Aku takut Kak," ucap Clara yang tak berani menatap mata Bara.

"Besok mau jalan-jalan kesana? Biar kakak temenin. Kakak ajak Bob sama Robi juga, gimana?" tawar Bara menghibur istrinya.

"Makasih Kak," jawab Clara lalu mengecup bibir Bara sekilas.

"Sama-sama, tapi kalo anak kita dah lahir. Kamu gak boleh main kesana lagi. Ini yang terakhir gimana?" ucap Bara menawarkan kesepakatan yang langsung diangguki Clara.

"Aku sayang kakak," bisik Clara lalu memeluk Bara.

Rrr bini gue gemesin banget. Batin Bara senang lalu membalas pelukan Clara.

"Bara! Bara!" teriak Fajar yang kembali datang ke kamar dan langsung membuka pintu kamar Clara.

"Iya Yah?" jawab Bara yang masih memeluk Clara.

"Buruan turun bantuin ngomong sama bundanya Clara," ucap Fajar.

"Bentar ya sayang," ucap Bara yang akhirnya bangun dan menuruti permintaan mertuanya.

"Ayahmu dah jadi punya kita lagi Dek. Nanti kalo bunda gak ada kamu boleh minta apa aja ke ayah," ucap Clara sambil mengelus perutnya.

39
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share