Bab 38 - Melahirkan
Clara makin lama makin
merasakan kontraksinya. Nafasnya makin tidak beraturan meskipun ia sudah
mengatur nafasnya agar tenang. Hingga akhirnya ia merasa tak kuat dan meminta
diantarkan ke rumah sakit oleh pak Man yang ditemani bibi pula.
"Sabar non. Tenang,"
ucap bibi sambil menggenggam tangan Clara sepanjang perjalanan.
"Bi, kakak tolong
dikabarin," perintah Clara yang langsung di turuti.
"Gak aktif non,"
jawab bibi cemas.
"Kabarin ayah,"
perintah Clara.
***
"Gimana?" tanya Bara
to the point saat menemui Tina.
"Temani aku ke bandara.
Setelah itu kita sudahi semuanya seperti mau mu," jawab Tina.
"Gak!" jawab Bara
menolak Tina. "Kita gak pernah menaruh komitmen apapun. Gak ada yang perlu
dibicarakan lagi," sambung Bara.
"Aku mohon. Setelah ini
aku akan pergi. Sesuai permintaanmu. Aku bakal menetap di Australia," ucap
Tina memohon pada Bara.
Bara terdiam sejenak,
memikirkan banyak hal. Komitmen dan janjinya pada Clara juga kondisi Clara saat
ini terus membayanginya.
"Lain kali saja. Aku
mau pulang. Perasaanku gak enak. Aku khawatir sama Clara," tolak Bara lalu
bangun.
"Kamu pergi aku bunuh
diri!" ancam Tina lalu memecahkan gelas dan mengarahkan pecahannya ke
nadinya.
Bara kembali duduk dengan
tatapan kesal dan perasaannya yang makin tak tenang meninggalkan istrinya.
"Ku temani. Hanya ke
bandara," ucap Bara menuruti Tina.
###
"Bara mana?" tanya
Fajar yang keluar dari ruang bersalin.
"Belum bisa
dihubungi," jawab robi yang masih berusaha menghubungi bara.
Fajar hanya mengangguk lesu
lalu kembali masuk untuk mendampingi putrinya.
"Clara gimana?"
tanya anna yang datang bersama suaminya.
"Di dalam sama pak
Fajar, bu Caca," jawab Robi sambil tersenyum.
"Bara?" tanya Anna.
"Masih kita coba buat
hubungi. Tapi tidak bisa," jawab Robi.
"Aku khawatir,"
bisik Bob yang tak bisa tenang bahkan tangannya sangat terasa dingin.
"Sstt gapapa Clara
bisa," ucap Robi lalu menggenggam tangan Bob.
"Kamu siapa?"
tanya Adam yang merasa baru pertama kalinya bertemu Bob.
"Saya Bob, temennya
Clara. Asistennya juga," jawab Bob.
"Yang kemarin bantu
bikin vlog waktu pemotretan itu Pak," sahut Robi menambahi.
"Oh iya. Saya Adam
mertuanya Clara," ucap Adam lalu menyalami Bob.
"Kok Clara dah lairan
sih Yah. Bukannya masih satu setengah bulan lagi ya?" tanya Anna yang
cemas.
"Bunda jangan bilang
gitu. Ayah jadi khawatir," jawab Adam yang langsung duduk dengan panik dan
pucat seperti biasanya saat ia menunggui istrinya atau menantunya melahirkan.
"Ini bukan pertama
kalinya ayah liat orang melahirkan kan Yah?" tanya Anna.
"Iya tapi ayah tetep
panik bunda," jawab Adam.
***
"Suamiku dimana?"
tanya Clara sambil mengelus perutnya.
"Perjalanan,"
jawab Fajar berdusta.
"Sakit," keluh Clara
sambil menggenggam tangan bundanya.
"Sabar sayang,"
jawab Caca sambil mengelus tangan Clara.
"Bunda pasti gini juga
waktu melahirkan aku," ucap Clara lalu menitihkan air mata karena teringat
bagaimana kurang ajar dan durhakanya ia.
"Setiap ibu pasti
mengalami yang kamu alami. Gak cuma bunda. Jangan khawatir," ucap Caca
lalu memyeka air mata clara lalu mengecup keningnya.
"Maaf ya bunda,"
ucap Clara yang tak mampu menghentikan air matanya yang terus mengalir.
"Ayah juga. Maaf," sambung Clara.
Caca dan Fajar hanya bisa
tersenyum. Anaknya jauh lebih baik saat bersama Bara. Caca bahkan tak pernah
menyangka bila ide suaminya ternyata begitu sukses untuk menangani Clara yang
sangat sulit diatur.
"Gapapa sayang,"
jawab Fajar dan Caca bersamaan.
Clara hanya mengangguk dan
terdiam. Pikirannya terlalu kalut antara memikirkan dosanya, anaknya, bahkan
hingga suaminya yang tak kunjung datang untuk mendampingi.
"Bunda, apa kak Bara
bohong ya?" tanya Clara sedih.
"Bukan bohong. Bara kan
baru perjalanan," hibur Caca.
"Bunda nanti kalo aku
sama kak Bara susah buat jagain dedek bayiku, bunda sama ayah bantuin ya,"
pinta Clara sambil menggenggam tangan bundanya sembari menunggu pembukaan demi
pembukaan kelahiran anaknya.
"Iya dong. Gak usah
kamu minta juga bunda jagain. Kan cucu bunda," jawab Caca dengan senang
hati.
"Tenang aja pasti ayah
sama bunda jagain," sahut Fajar.
Clara hanya mengangguk dengan
seulas senyum di wajahnya. Clara terus saja melirik pintu masuk barang kali suaminya
datang. Berulang kali Clara kecewa karena bukan Bara yang datang.
Kadang suster, dokter,
ayahnya yang dari tadi keluar masuk, ibu mertuanya atau Bob yang datang
memvideonya sebentar.
"Bob, suamiku
mana?" tanya Clara sebelum Bob keluar dari ruang bersalin.
Bob hanya diam lalu keluar kamar
tanpa menjawab pertanyaan Clara. Bukan Bob tak mau menjawab, tapi Bob tak mau
memperburuk kondisi. Clara melahirkan saja sudah banyak yang panik dan
khawatir. Kalau Bob bilang Bara tak bisa di hubungi bisa jadi kondisi makin
buruk.
***
"Hubby, kamu aja yang cari Bara. Aku gak
tega liat Clara nunggu suaminya terus gini," ucap Bob lalu membenamkan
wajahnya di dada Robi.
"Clara gimana?"
tanya Robi sambil mengelus bahu Bob.
"Gak tenang dia,"
jawab Bob lalu melepaskan pelukannya. "Kasih aku kado itu buat pernikahan
kita. Selebihnya aku gak minta apa-apa. Cuma ini saja, cari Bara biar dia bisa
temenin Clara melahirkan. Please,"
bisik Bob memohon.
"Oke," jawab Robi
yang tak mau membuat Bob makin cemas.
Tapi belum juga Robi jauh
melangkah Adam sudah menahannya lalu memberikan ponsel miliknya.
"Kamu ikutin aja yang
ada di GPS ayah. Ajak Bob juga. Pasti berguna," ucap Adam yang sama cemas
nya dengan yang lain.
"Bob gak stabil. Biar
disini aja," jawab Robi lalu segera pergi mencari Bara.
Robi jelas sangat benci
dengan kebodohan Bara kali ini. Bahkan posisi Bara saat ini pun tak berada di
kampus atau hotelnya. Entah bagaimana Bara saat ini. Tapi yang jelas ia sudah
melampaui batasannya.
"Gimana Clara?"
tanya Adam saat melihat besarnya keluar dari ruangan bersalin.
"Anakmu mana?
Bisa-bisanya pergi waktu istrinya melahirkan gini!" ucap Fajar ketus.
Adam hanya diam begitu pula
dengan Anna. Tak ada yang berani buka suara menanggapi Fajar. Hanya Bob yang
akhirnya memberanikan diri untuk bangun dan masuk ke ruangan Clara.
Mengabadikan momen kelahiran bayi Clara yang begitu dinanti.
Tak selang lama setelah Bob
masuk ke dalam ruangan, Caca keluar menyusul suaminya sekaligus memberi waktu
pada Clara untuk bicara dengan Bob. Pembicaraan pribadi hanya antara Bob dan Clara.
"Clara sendirian?"
tanya Fajar.
"Enggak, mau ngomong
sama Bob bentar dia," jawab Caca lalu duduk di luar bersama yang lain.
"Bara mana?" tanya Caca pada Anna dan Adam.
"Masih belum
ketemu," jawab Anna sedih dan khawatir.