0
Home  ›  Chapter  ›  My Perfect Husband 2

Bab 16 - Kencan

 

Bab 16 - Kencan-1

"Heran deh gue bang, lu ngapain coba berantem sama lakinya Clara?" tanya Bob yang mengobati luka di wajah Robi.

"Gara-gara Clara, aku over khawatir shh pelan-pelan! Perih tau!" jawab Robi sambil memarahi Bob.

Bob hanya nyengir lalu melanjutkan acara mengobatinya dengan lebih lembut.

"Tadi Clara kesakitan banget, Bara santai. Aku khawatir aja sama kondisinya sampe keringat dingin gitu pasti dah sakit banget, jadi inget sama Alin dulu," ucap Robi yang kembali bercerita.

"Bangsat amat ya temen lu. Coba tadi ngajak aku," ucap Bob menanggapi cerita Robi. "Bibirmu luka juga. Buka mulut," perintah Bob yang dituruti Robi dengan ragu dan deg-degan.

"Obat herbal, yang kasih Clara kayaknya belum basi. Gue sering pakek jangan khawatir," ucap Bob lalu mengoleskan obat ke bibir Robi dengan lembut. "Hah, akhirnya kelar juga!" desah Bob yang bangga sudah mengobati Robi.

Tangannya, gaya bicaranya, wajahnya. Aku suka semuanya. Detak jantung ini juga. Argh Bob! Batin Robi mulai gila.

Kayaknya gue cocok deh jadi perawat. Batin Bob lalu mengelus rahang Robi dan pipinya dengan lembut.

"Bang, gue cocok ya jadi perawat. Apa gue sekolah lagi aja ya," ucap Bob memecah keheningan.

"Ah iya bagus. Sip makasih," ucap Robi gugup dan salah tingkah.

"Oh iya bang! Gue hampir lupa!" pekik Bob sambil menepuk jidatnya "Gue mau tanya, lo itu di pihak siapa?" tanya Bob.

"Di pihakmu!" jawab robi cepat lalu membungkam mulutnya sendiri "Aw!" pekiknya kesakitan sendiri karena terkena luka di bibirnya.

"Sip deh," ucap Bob yang menatap depan tanpa melihat Robi sambil mengangguk.

"Kenapa?" tanya Robi yang kembali bisa menguasai diri.

"Tadi gue ketemu nona-nona temen kuliah Clara. Mereka gak tulus sama Clara, mungkin mereka juga gak mau kenal Clara kalo gak karena suaminya yang bangsat itu," ucap Bob lalu menunduk kepala dan mengepalkan tangannya.

"Semua cewek gitu ya, em ya meskipun gak semua. Tapi cari yang baik kayak Clara susah. Pasti ada maunya," ucap Robi maklum.

"Iya, temenku juga jadi lonte karena duit. Jadi lesbi juga ada, bencong juga ada, gay," ucap Bob lalu menatap Robi "Juga ada, aku biasa tinggal di lingkungan kotor. Aku suka dan dekat sama Clara cuma karena ingin menjaganya. Dia spesial," sambung Bob lalu tersenyum manis.

Ugh senyumnya. Batin Robi mengagumi Bob yang begitu menggoda di mata Robi apa lagi gayanya yang nyentrik dan tubuhnya yang kurus, benar-benar tipe favorit Robi.

"Aku suka Clara, aku taruhan sama Tina. Em maksudku aku ditantang Tina, kalau dia bisa nikah sama Bara aku jadi budaknya selama sepuluh tahun, tapi kalo tidak aku dapat vilanya di Raja Ampat," ucap Robi berbagi cerita yang sebenarnya rahasia pada Bob.

"Batasnya apa?" tanya Bob spontan.

"Dia ada beberapa pertemuan, semacam kencan sama Bara. Mungkin aku bakal perbaiki surat perjanjiannya," jawab Robi lalu menghela nafas.

Baca juga Bab 39 – Positiv

"Lo baik, jangan jadi budaknya Tina-Tina itu," ucap Bob yang ikut menghela nafas.

Kling! Sebuah pesan masuk ke ponsel Bob.

Bab 16 - Kencan-2


"Itu nomer gue, save," ucap Robi yang langsung dituruti Bob "Lo dah makan? Mau makan siang bareng?" tawar Robi ramah pada Bob.

"Ya tentu belum! Kuy lah makan!" ucap Bob sangat.

Observasi dulu. Kalau bisa ku dekati, Bob jadi punyaku! Batin Robi yang mulai jatuh cinta pada Bob.

###

"Aku suka deh kamu bisa luangin waktu buat aku akhirnya," ucap Tina yang akhirnya bisa makan bersama Bara di kaki lima.

"Hm ya," jawab Bara singkat dan cuek.

"Hey, kenapa? Ada masalah?" tanya Tina yang ingin menunjukkan perhatiannya pada Bara.

"Gapapa aku cuma khawatir sama Clara, centang di jadwalmu kalo kita dah makan bareng," ucap Bara lalu menghabiskan es teh nya.

"Clara kenapa?" tanya Tina kepo.

"Aku bonyok gini berantem sama Robi dia cuek. Eh Tin, tapi Tlara beneran gapapa kan?" ucap Bara.

"Gapapa kamu percaya aku kan?" jawab Tina yang malah balik bertanya agar Bara tenang dan tak peduli pada kondisi kesehatan Clara.

"Apa aku tanya dokter Wulan aja ya? Soalnya tadi, alah yaudah lah ya. Aku mau balik kerja," ucap Bara uring-uringan dan kesal pada Tina.

"Kita foto ya, satu aja," pinta Tina.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

"Argh oke," kesal Bara yang tetap menuruti permintaan Tina.

Tina langsung berpose dengan ponselnya yang ada di tangan Bara. Tina langsung memeluk Bara dengan mesra dan berpose seolah akan mencium pipi Bara.

"Dah tu," ucap Bara lalu pergi dan masih diikuti Tina .

"Bara, salam ya buat Clara. Aku minta maaf. Kalo aku gak becus periksa Clara," ucap Tina memelas.

"Gapapa, Clara bukan spesialisasimu lagian dah lah jangan dibahas," ucap Bara maklum dan enggan menanggapi Tina lagi.

"Hiks hiks ini salahku. Kalo ada apa-apa gimana?" tanya Tina sambil menangis dan langsung memeluk Bara.

Aih ini kenapa nangis sih? Batin Bara kesal karena Clara masih marah padanya hari itu.

"Aku pengen ketemu Clara," pinta Tina memelas dan masih memeluk Bara

"Pak Bara!" pekik Claudia dan Patricia begitu melihat Tina dan Bara yang berpelukan .

Refleks Bara langsung mendorong Tina, Tina juga langsung menjauh dan gelagapan menyeka air matanya.

"I-Ini gak kayak yang kamu lihat," ucap Bara lalu menghampiri Claudia dan Patricia.

"I-Iya ini gak kayak yang kamu lihat. Aku bisa jelasin," ucap Tina bertanggungjawab.

Kling!  Suara notifikasi ponsel Bara yang menerima pesan dari istrinya.


Bab 16 - Kencan-3


"Tina, kamu urus ini!" ucap Bara memerintah Tina lalu pergi begitu saja.

Tina hanya mengangguk pelan dan melihat mobil Bara yang pergi begitu saja dengan tatapan tajam dari Bara yang penuh amarah padanya.

"Argh! Kalian kenapa sih pakek nongol segala?" tanya Tina kesal pada Claudia dan Patricia.

"Jujur deh kak, kamu tadi sama pak Bara,"

"Gue mantannya, kita balikan. Puas?" potong Tina yang mengaku-ngaku sudah balikan dengan Bara.

"Hah?" pekik Claudia dan Patricia kompak tak selang lama keduanya langsung tertawa terbahak-bahak.

"Aduh kak Tina. Jujur ya, kita emang gak terlalu suka sama Clara. Kita juga temenan sama dia gara-gara suaminya. Tapi ya kita tau pandangannya pak Bara ke kamu itu gak ada perasaan cinta atau sayang beda sama Clara," ucap Patricia lalu kembali terbahak-bahak bersama Claudia.

"Bener banget kamu Pat, lagian Clara itu cuma cocok main sama orang-orang miskin! Kampungan! Kayak gitu kok bisa sama pak Bara," imbuh Claudia.

Tina senang bukan main karena ucapan Claudia dan Patricia yang dirasa makin memudahkan langkahnya.

"Well kita sama kalo gitu, gimana kalo kita yah. Minum teh bersama? Di rumahku?" tawar Tina yang langsung di setujui Claudia dan Patricia dengan anggukan.

Wanita sosialita memang terlihat sejak dini. Seperti aku, alhamdulillah ada yang sepaham sama aku. Batin Tina senang bukan main.

"Wait, semua pembicaraan kita tadi jelas ada tutup mulutnya kan?" tanya Patricia.

"Tentu saja," jawab Tina dengan senang hati pada dua orang teman dekat Clara itu.

39
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share