0
Home  ›  Chapter  ›  My Perfect Husband 2

Bab 14 - dr. Tina

 

Bab 14 - dr. Tina-1

Pagi-pagi Bara sudah dikejutkan dengan Clara yang tiba-tiba membangunkannya. Bukan apa-apa, Bara juga tidak marah saat dibangunkan istrinya. Tapi karena istrinya yang tiba-tiba menanyakan soal noda di kemejanya.

Wah gawat! Mampus gue! Batin Bara panik.

"N-No-Nod-Noda apa sayang?" tanya Bara yang langsung bangun dan terduduk.

"Lipstik ini loh kak. Dah ku samakan sama lipstikku tapi beda, aku juga jarang pakek warna merah gini keluar," ucap Clara bingung dan penuh selidik.

"B-Bu-Bunda Caca mungkin," jawab Bara sekenanya.

"Dah ku kirim gambarnya ke bunda Caca, katanya enggak. Lipstik merahnya bunda juga habis," ucap Clara.

"Bunda Anna?" tanya Bara beralibi.

"Ah masa? Tapi bunda Anna belum jawab sih," ucap Clara.

Gawat bini gue gerak cepat! Batin Bara panik.

"Kak, kakak gak main api kan? Kakak gak macam-macam kan di belakangku?" tanya Clara dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

"Gak mungkinlah Cla aku macam-macam di belakangmu," jawab Bara meyakinkan istrinya.

Kling! Sebuah pesan masuk ke ponsel Bara yang langsung dibuka Clara.

Bab 14 - dr. Tina-2


Belum Clara membaca semua pesan dari Tina yang masuk ke ponsel suaminya, Bara sudah meraihnya dari tangan Clara dengan cepat dan wajahnya yang cukup panik. Clara cukup terkejut dengan reaksi suaminya yang sangat panik hingga untuk pertama kalinya merebut ponsel di tangan Clara.

Tes....

Air mata Clara mengalir begitu saja. Dadanya benar-benar sakit, rasanya seperti ada belasan hingga puluhan jarum yang ditusukkan ke hatinya di saat yang bersamaan.

"Sayang, jangan salah paham," ucap Bara berusaha menenangkan istrinya.

"Argh! Sakit," rintih Clara lalu memegangi dadanya yang tiba-tiba terasa sangat nyeri.

Bara bukannya memperhatikan istrinya yang kesakitan dan tersakiti malah sibuk membalas pesan dari Tina dan menghapusnya begitu saja.

Bruk! Tak selang lama setelah merintih Clara terjatuh. Bara cukup panik. Dengan gerak cepat ia mengangkat tubuh istrinya dan menidurkannya di tempat tidur.

###

Jantungnya lemah, tekanan darahnya rendah, pasti dia banyak pikiran sampe down gini, dari jatuhnya juga cukup bahaya buat janin sama ibunya. Batin Tina yang tengah memeriksa Clara.

"Gimana?" tanya Bara yang melihat istrinya masih belum sadar.

"Gapapa. Babynya juga gapapa, cuma banyak pikiran sama darah rendah aja. Jadi down, nanti ku kasih obatnya sekalian ya," ucap Tina.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

"Tina please ya. Jangan menyisakan apapun saat bertemu aku. Aku gak mau pisah dari Clara," ucap Bara lalu mengantar Tina keluar dari kamarnya.

Emang paling benar aku gak usah kasih tau yang sebenarnya sama Bara. Batin Tina cemburu saat Bara tetap memperhatikan kondisi istrinya di atas segalanya.

"Apa berbekas? Ku kira sudah rapi semua. Maaf kalo sampai bikin ketauan istrimu," ucap Tina pura-pura menyesal dan sedikit meninggikan suaranya karena melihat karyawan Bara yang lewat.

"Aku dah bilang biar aku yang hubungi, jadi jangan ngeyel. Atau kita gak usah ketemu lagi," gertak Bara.

"Iya maaf," cicit Tina.

Pelan-pelan Bara akan kembali. Dan aku akan tunjukkan keberadaanku ke semuanya juga. Batin Tina lalu tersenyum sinis.

Bara hanya mengangguk lalu kembali ke kamarnya menemani istrinya dengan cemas.

"Kakak," lirih Clara memanggil suaminya.

"Iya sayang ada apa?" jawab Bara lalu cepat-cepat datang ke arah suara Clara.

"Aku sakit. Kakak main rahasia sama aku lagi," ucap Clara lalu menangis tersedu-sedu sambil memeluk bantal di sampingnya erat-erat.

"Enggak sayang, gak rahasia," ucap Bara yang berusaha menenangkan istrinya.

Clara terus menangis, perasaannya benar-benar bercampur aduk antara sedih, marah, cemburu, kecewa dan penasaran lebur menjadi satu. Clara bahkan menolak sentuhan suaminya karena terlalu kecewa. Penjelasan Bara juga terasa sia-sia karena hanya Clara terlanjur kecewa.

"Sayangku, Clara kakak selalu hapus chat dari Tina yang masuk bukan karena main api di belakangmu. Tapi karena gak mau kamu cemburu dan kayak gini," ucap Bara yang kembali menjelaskan pada Clara yang mulai tenang meskipun dengan kebohongannya.

Maaf Clara. Aku bohong sama kamu. Tapi ini demi kebaikan semuanya. Batin Bara menyesal.

"Aku playboy. Kamu paham gimana bejat, nakal, mesum dan bajingannya suamimu ini. Tapi kamu tau kan aku serius sama kamu Cla. Aku bukan anak kemarin sore. Aku serius sama kamu, sama si adek juga masa depan kita. Jadi please, tolong banget jangan cemburu. Jangan marah, jangan kecewa ya sayangku. Aku gak mau kamu sedih," sesal Bara, untuk kali ini ia benar-benar serius.

"Kamu jahat kak," ucap Clara lalu memukul muka Bara dengan bantal di tangannya dan kembali memeluk bantal nya lagi.

Bara hanya diam, pasrah menerima pukulan dari bantal sang istri yang tak begitu keras. Meskipun begitu Clara juga tak menolak sentuhan Bara lagi. Bahkan Clara membalas pelukannya dan melumat bibirnya dengan sangat buas lain dari sebelumnya yang selalu lembut dan manja.

"Kakak nyebelin!" maki Clara setelah melepas lumatannya tak selang lama Clara kembali melumat bibir Bara.

"Umph maki aku sayang," ucap Bara pasrah lalu membalas lumatan istrinya.

Plak! Sebuah tamparan keras dilayangkan Clara ke pipi mulus suaminya.

"Kakak nakal!" maki Clara lalu mengecup pipi Bara dan kembali mencumbu bibirnya lagi sambil mengelus rahang dan leher suaminya.

Ugh Claraku liar sekali! Pakik Bara girang dalam hati.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

Clara benar-benar mendominasi permainan kali ini, dari bercumbu hingga masuk. Meskipun Bara yang meneruskan dan terpaksa tak bisa keluar di dalam karena ada si kecil. Tapi tak dipungkiri Bara benar-benar puas apalagi Clara kerap menyakiti fisiknya dengan tamparan, cakaran, cengkraman, dan gigitan Clara di tubuh atletisnya yang gagah.

"Lagi?" tanya Bara setelah mencapai klimaksnya sambil mengelus perut Clara dengan lembut.

Clara hanya menggeleng lalu kembali murung.

"Kok masih sedih?" tanya Bara lalu memeluk istrinya.

"Aku gak suka kakak deket sama kak Tina," jawab Clara lalu kembali menangis dalam diam.

"Iya maaf, kakak janji gak deketin dia lagi," ucap Bara lalu mengecup kepala Clara yang bersembunyi di dadanya.

Clara pasti kecewa banget sampe kayak gini. Padahal ku kira tadi sudah puas. Batin Bara sedih dan menyesal sambil mengelus istrinya hingga ia puas menangis.

Usai Clara puas menangis ia memilih untuk membersihkan tubuhnya tanpa memperdulikan Bara yang mengikutinya bahkan ikut mandi dengannya. Clara terus memunggungi Bara hingga akhirnya ia keluar dari bak mandi dan mengering tubuh. Clara terus mendiamkan suaminya bahkan saat sarapan bersamanya.

"Cla, kalo kayak gini aku jadi inget waktu kita pertama ketemu tau gak sih," ucap Bara memecah keheningan meskipun masih di diamkan Clara.

Clara terus melanjutkan makannya seolah tidak ada Bara di sekelilingnya, usai makan Clara melanjutkan aktivitasnya merapikan semua kado dan memasukkannya ke dalam kardus besar yang disiapkan Bara.

"Kak Robi, bantuin bawa barang-barangku bisa?" tanya Clara yang menelfon Robi melalui telfon hotel "Oke ku tunggu ya," ucap Clara lalu melanjutkan aktivitasnya .

"Oke gak pertama ketemu, maksudku pertama kita dijodohin itu loh, dulu kamu juga diemin aku gini," ucap Bara yang melanjutkan ceritanya meskipun Clara masih mendiamkannya.

Clara terus melanjutkan aktivitasnya meskipun sesekali mendesah menahan sakit dan mengeluarkan perutnya sambil memejamkan matanya erat.

"Sayang gapapa?" tanya Bara khawatir.

Apa tadi aku terlalu keras genjot Clara ya? Batin Bara cemas.

"Sakit kak, gak bisa bangun," ucap Clara pada akhirnya karena tak kuat menahan sakit entah karena apa bahkan hingga ia meneteskan air mata.

Dengan sigap Bara langsung membantu Clara dan menggendongnya untuk berbaring ke tempat tidur.

Duh apa Clara salah makan ya kayak dulu. Batin Bara khawatir.

"Shh akh sakit banget," rintih Clara sambil meremas bantalnya.

Tadi Tina bilang Clara gapapa, semuanya normal, ini Clara kesakitan kenapa? Apa si adek nendang terlalu keras lagi. Batin Bara menduga-duga.

"Kak sakit," adu Clara pada suaminya perihal dadanya juga kandungannya.

"Adek jangan nendang keras-keras ya sayang si perut bunda. Kasian bundanya," ucap Bara menenangkan Clara dan bayinya seolah apa yang dilakukannya akan membuahkan hasil.

"Argh sakit kak!" rintih Clara lagi kini lebih kesakitan bahkan hingga berkeringat dingin.

"Cla ya ampun!" ucap Robi yang langsung bergerak cepat begitu melihat Clara yang kesakitan dan Bara hanya diam mengelus tangannya.

Dengan cepat dan tanpa izin dari Bara, Robi langsung menggendong Clara untuk membawanya ke dokter. Sementara Bara jauh tertinggal, Bara sendiri juga bingung harus bagaimana selain mengikuti Robi yang bergerak cepat.

"Tahan ya Clara," ucap Robi lalu membawa Clara dan Bara yang mengikutinya ke klinik dokter Wulan, dokter kandungan Clara.

Bugh! Brak! Plak!

Semua umpatan dan hantaman langsung dilayangkan Robi pada Bara yang tak kunjung sadar untuk memprioritaskan Clara. Bahkan Bara dan Robi sampai adu jotos setelah Clara mendapat perawatan.

"Gila lu! Clara kesakitan gitu lo malah diem?" ucap Robi yang akhirnya dipisah bagian keamanan.

"Lo tuh yang gak ngerti! Gue suaminya! Gue yang lebih paham!" ucap Bara membela diri.

"Lo liat Clara kesakitan sampe keringet dingin gitu lo bisa santai? Lo bilang lo lebih ngerti? Lo argh bajingan lo!" ucap Robi kesal bukan main.

"Tadi pagi Clara dah diperiksa Tina, Tina bilang gapapa. Jadi ak_"

Bugh! Robi langsung memukul pipi Bara dengan kuat.

"Sadar! Tina gak suka sama Clara! Tina mau singkirin Clara! Dia cuma mau sama lo!" bentak Robi yang sudah hilang kendali.

"Diem lo ya! Lo gak paham gimana mereka! Tina bilang gapapa! Ya berarti gapapa! Tina mau dimadu! Kurang baik apa dia!" balas Bara tak terima Robi menuduh Tina.

Kesal dengan jawaban Bara, Robi langsung menarik kerah baju Bara begitu pula sebaliknya.

"Lo pilih salah satu, atau akan hilang salah satu," ucap Robi lalu menghempaskan tubuh Bara hingga menatap para bagian keamanan yang kewalahan menahan Bara dan Robi yang mengamuk.

 

39
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share