Bab 28 - Apartemen Robi
Sofia akhirnya pulang ke
rumah orang tua Clara. Karena Clara sudah mulai tenang dan mau disentuh
suaminya. Meskipun Sofia sangat ingin mencakar wajah Bara yang kerap menyakiti
hati sepupunya ini.
"Istriku percaya
dong sama aku, aku gak pernah cari pengacara buat ceraiin kamu. Gak mungkin
sayang! Gak bakal pernah mungkin aku mau cerai dari kamu!" ucap Bara
meyakinkan Clara sambil menatap matanya yang sendu.
"Tapi tadi Claudia
bilang kakak gak tega bilang kalo bosen sama aku, dia juga bilang kal_"
"Kapan kamu tau aku
sama Claudia ngobrol? Aku cinta kamu, banget Cla. Kamu kok bisa percaya sama Claudia?"
potong Bara dengan tatapannya yang makin serius.
"Kak, kalo aku emang
ngerebut kakak dari kak Tina gara-gara Kakak dulu dijodohin sama aku. Nanti
waktu aku dah melahirkan aku mengijinkan kakak nikah sama kak Tina," ucap
Clara lalu tersenyum sambil menggenggam tangan suaminya yang dari tadi
terkepal.
Bob dan Robi tak bisa
menyembunyikan keterkejutannya saat mendengar ucapan Clara yang mengambil
keputusan dengan tegas. Bahkan senyum manis Clara mulai tersungging di bibirnya
untuk menguatkan hatinya.
"Gak! Istriku cuma
Clara!" ucap Bara yang langsung menolak ucapan istrinya.
"Kakak gak bisa
benar-benar bahagia kalo sama aku," ucap Clara lalu mengeratkan
genggamannya.
"Bunuh aja aku
sekarang Cla. Aku gak mau punya istri baru, aku mau sama kamu. Sama Clara aja.
Kenapa sih kamu pengen banget pisah?" ucap Bara menggebu-gebu.
"Aku mau kakak
bahagia. Itu aja. Kak aku mau lihat kakak bahagia, lihat anakku juga bahagia
sama ayahnya. Mungkin juga bahagia sama istrimu nanti," ucap Clara sambil
beberapa kali menghela nafas.
Bob langsung menitipkan
air matanya apalagi ia tau sahabatnya tengah down dan menahan sakit sendirian. Robi juga ikut sedih dan menarik
Bob masuk ke kamar agar tidak mengganggu Bara dan Clara.
"Aku gak tega Clara
sampe kayak gitu. Aku gak tega liat Clara putus asa," ucap Bob sambil
membungkam mulutnya dan mulai menangis.
Robi hanya bisa diam dan
mendekap kekasihnya itu. Ia sendiri juga dalam posisi yang sulit. Ingin memberi
tahu Clara, tapi Clara dalam kondisi hamil dan menahan sakit yang mulai menggerogotinya,
ingin menahan Bara, Bara sendiri kerap lupa daratan. Bahkan Robi sempat ingin
memberi tahu orang tua Bara atau Clara. Tapi mulutnya langsung kaku saat
berhadapan dengan mereka.
"Aku gak mau
kehilangan Clara. Gapapa aku gak jadi siapa-siapanya asal Clara bahagia dan
sehat aku dah senang. Bukan kayak gini," ucap Bob miris karena benar-benar
mengenal Clara.
"Sstt baby, iya aku paham. Kita gak bisa
apa-apa. Kita cuma bisa support
mereka. Sabar. Kita harus kasih banyak support
buat mereka. Clara sama anaknya," ucap Robi yang di angguki Bob.
###
Bara sama sekali tak bisa
tidur, bukan karena ia menginap di kandangnya Robi. Tapi karena ucapan istrinya
yang pasrah dan penuh tanda tanya besar. Bahkan Bara juga tak merasa puas dan
lega meskipun langsung memecat orang tua Claudia dari hotelnya. Bahkan Bara
juga mencabut semua fasilitas dan pemecatan nya pun tanpa pesangon sama sekali.
Tapi apapun yang ia lampiaskan
tetap tak mampu untuk membuatnya terpejam. Ucapan Clara yang pasrah dan seolah
tak mampu mendampinginya lagi membuatnya tak bisa tidur dengan nyaman.
"Pagi," sapa Bara
pada istrinya yang bangun karena mendengar suara adzan subuh.
"Kakak," lirih
Clara lalu bangun dan mengikat rambutnya. "Solat dulu yuk," ajak Clara
lembut.
"Iya ayo,"
jawab Bara lalu mengikuti istrinya keluar kamar.
"Bangunin Bob sama
kak Robi gak?" tanya Clara sambil menggulung bajunya dan bertingkah seolah
tak ada apa-apa dan yang semalam sudah berlalu begitu saja.