0
Home  ›  Chapter  ›  My Perfect Husband 2

Bab 17 - Copet 🌈

 

Bab 17 - Copet 🌈-1

Semenjak Claudia dan Patricia memergoki Bara yang tengah bersama Tina. Bara mulai berhati-hati pada kedua teman Clara tersebut. Bahkan Bara jadi makin posesif pada istrinya tersebut. Meskipun Bara harus menahan semua rasa rindunya pada Tina.

Inget Tina oon, Tina jelek! Batin Bara menguatkan dirinya tiap kali ingin berlari menemui Tina.

Bara juga berusaha tenang dan fokus ke istrinya saja. Meski ia akui sangat sulit.

"Lama?" tanya Clara pada Bara yang menunggunya di depan ruang kelas.

Bara hanya menggeleng lalu membawakan barang-barang milik istrinya dengan senyumnya yang mengembang.

Ini hubunganku halal, aku gak bisa egois. Batin Bara saat melihat istrinya yang mudah lelah dan berkeringat saat hamil.

"Adek laper deh, cari makan yuk Kak!" ajak Clara pada suaminya.

"Oh, anak ayah laper ya? Mau makan apa sayang?" tanya Bara antusias.

"Em, apa ya? Aku jadi bingung," jawab Clara sambil berjalan beriringan dengan suaminya ke mobil.

"Ke hotel gimana? Habis ini jamku kan?" tanya Bara.

"Iya, boleh. Eh ada bakwan malang Kak!" ucap Clara saat melihat gerobak bakwan malang yang terparkir di ujung parkiran.

"Mau itu?" tanya Bara.

Clara langsung mengangguk dengan antusias lalu menggandeng suaminya dan duduk manis setelah memesan.

"Dulu aku sama Bob suka makan bakwan malang. Aku mau bawain buat Bob juga ah," ucap Clara sambil menerawang membayangkan masa nakalnya dulu.

Bara hanya diam dengan wajahnya yang cemberut dan langsung bad mood mendengar ucapan istrinya.

"Pak pesen empat di bungkus ya," ucap Clara lalu menatap suaminya yang cemberut.

"Makan yang banyak aja di sini gak usah di bawa!" ketus Bara .

Baca juga Bab 39 – Positiv

"Aku mau berbagi masa laluku sama kakak. Kok malah marah gini," ucap Clara lalu menggenggam tangan suaminya.

"Yaudah boleh bawa pulang. Tapi Bob jangan dibagi," ucap Bara yang langsung posesif.

"Dibagi sesuap?" tanya Clara pada suaminya sambil menatapnya geli.

"Gak boleh juga! Adek dukung ayah dong bunda nakal tuh!" ucap Bara ngotot sambil meminta dukungan pada bayi dalam kandungan Clara.

"Hahaha kakak ada-ada aja adek mana ngerti gituan," ucap Clara sambil tertawa terbahak-bahak.

***

Perasaan Tina benar-benar hancur saat melihat Clara dan Bara yang begitu mesra. Bahkan saat melihat Bara yang bertingkah kekanak-kanakan pada Clara pula yang membuatnya makin tersakiti dan sadar dimana tempatnya bila di banding Clara.

Dengan perasaan yang berkecamuk Tina meninggalkan Clara dan Bara. Niat awalnya yang ingin mengabari Bara ia urungkan. Sesak dan sakit. Hanya itu yang Tina rasakan hingga ia hanya bisa terdiam di dalam mobilnya yang terparkir tepat di samping mobil Bara.

Candaan dan kemesraan Bara dan Clara terlihat begitu jelas dari posisinya saat ini hanya saja suara Bara yang tak terlalu jelas terdengar. Tina makin kesal dan cemburu di buatnya.

"Harusnya aku yang disana!" gumam Tina sambil menggebrak setir mobilnya saat membayangkan bila ia bertukar posisi dengan Clara.

Tiap suapan Bara terlihat bagaikan sayatan bagi Tina. Bagaimana tidak, Bara hampir selalu bermanja-manja dan tak melepaskan pandangannya dari Clara. Tangannya juga kerap sekali mengelus perut Clara. Senyuman seolah tak pernah luntur dari wajah tampan Bara yang sangat berbeda saat bersama Tina. Jangankan untuk senyum, tenang pun Bara tak mampu.

Dengan perasaannya yang tersakiti. Tina pergi meninggalkan suguhan keharmonisan rumah tangga mantan pacarnya itu. Tanpa tujuan jelas Tina pergi dan terus menginjak pedal gasnya. Hingga ia berhenti di salah satu kafe.

"Americano satu!" pekik Tina begitu masuk ke dalam kafe yang cukup sepi itu.

"Kamu ngapain kesini?" tanya Robi yang sedari tadi sudah ada disana bersama Bob yang bingung memilih menu yang akan dipesannya.

"Bukan urusanmu!" jawab Tina lalu duduk begitu saja dengan kesal.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

"Bang gue pesen ayam kremes boleh?" tanya Bob yang meminta ijin pada Robi.

"Ah iya boleh," jawab Robi lalu menerima buku menu dan catatan dari Bob.

"Lo mau apa kesini? Bikin gak mood makan tau gak! Mati sana!" umpat Bob yang langsung emosi saat melihat Tina.

Beberapa pengunjung langsung menatap ke arah Bob yang membuat keributan. Robi yang refleks langsung mendorong Bob hingga terduduk di bangku milik Tina.

"Kamu kenapa sih Bob, jangan teriak-teriak," bisik Robi yang ikut duduk bersama Bob yang baru saja duduk.

"Barbar," sindir Tina lalu memutar bola matanya dengan jengah.

"Kamu mau ganti tempat makan siang dimana?" tanya Robi yang tak menghiraukan Tina.

"Pantas Bara gak suka sama kamu. Aku yakin Clara juga terpaksa jadi temenmu, arogan, pecandu, gak punya sopan santun. Gak ada orang yang mau sama sampah masyarakat kayak kamu! Liat gimana kamu. Ngomong gak sopan, sama cewek lagi. Penampilan gembel. Apa kamu gak pernah diajari tata kra_"

Ucapan Tina terpotong karena Robi yang langsung menamparnya dan menarik Bob pergi begitu saja. Bob hanya diam pasrah mengikuti langkah Robi.

###

"Maaf soal Tina tadi," ucap Robi memulai pembicaraan memecah keheningan dalam mobilnya.

"Apa yang di bilang Tina gak salah juga. Aku emang kaya gitu, apa yang perlu di maafkan? Apa yang perlu ku sangkal?" ucap Bob sambil menghela nafas.

Robi langsung menepi begitu mendengarkan ucapan Bob yang tak tersinggung bahkan cenderung melunak.

Ekspresi itu, ekspresinya selalu jujur apa adanya. Aku suka! Batin Robi yang makin terpesona pada Bob.

"Eh Bang! Gue laper cari makan yuk! Yang ini gue yang traktir!" ucap Bob ceria.

Robi hanya menyeringit bingung mendengar ajakan Bob yang mendadak ceria. Tak hanya itu Bob bahkan menawarinya traktiran makan siang pula.

"Duit gue banyak Bang!" ucap Bob lagi ketika melihat reaksi Robi. "Lo mau makan apa? Sate kuda liar? Bakso? Iga? Sebut aja sebut! Gue traktir!" ucap Bob girang lalu mengeluarkan dompet Tina yang diambilnya.

Robi langsung membelalakkan matanya begitu melihat apa yang ditunjukkan Bob.

"Kapan kamu ambilnya?" tanya Robi cukup terkejut.

"Ada deh," jawab Bob santai lalu tertawa kecil. "Aku yakin pasti dia lagi repot sekarang. Sukurin biar tau rasa!" sambung Bob.

Robi hanya terdiam saat mendengar ucapan Bob sambil menatap Bob yang begitu senang dan puas. Sadar Robi tak ikut tertawa bersamanya Bob langsung terdiam sambil menatap Robi.

"Pantesan dari tadi anteng," komentar Robi lalu mulai tertawa bersama Bob. "Ayo cari tempat makan siang paling mahal!" ucap Robi semangat lalu tancap gas.

"Mantap Bang!" sahut Bob yang senang bukan main saat Robi menyetujuinya.

Rasain lo! Susah-susah noh! Emang gue pikirin! Malu-malu sana lo! Batin Bob girang karena bisa membalaskan sedikit dendam Clara yang akan muncul nantinya.

Bab 17 - Copet 🌈-2

39
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share