Bab 22 – Postingan Wiliam
Sudah lama
Kartika tak pulang ke rumah, begitu pula dengan Antonio. Ini bukan hal baru
lagi bagi Wiliam yang memang sering di tinggal sendirian, tapi ini adalah kali
pertamanya Wiliam merasa benar-benar bebas di rumahnya sendiri. Jika biasanya
Wiliam akan sembunyi-sembunyi mengajak Juwita untuk menghabiskan waktu bersama
di taman belakang dan bercinta di kamar tamu. Kali ini Wiliam ingin mencobanya
di kamarnya sendiri.
Setelah
pulang sekolah dan menyepatkan waktu untuk menanggapi Camila yang menanyakan
soal Juwita sekaligus makan malam bersamanya. Meskipun Wiliam sendiri tidak
terlalu suka dengan Camila dan caranya yang terus memberikan ancaman juga
paksaan. Tapi Wiliam juga belum berani 100% untuk membatalkan pertunangannya
secara sepihak, ia takut Juwita dan ibunya akan hidup lebih sengsara lagi jika
ia bertindak dengan nekat dan egois.
Wiliam
menghela nafas dengan berat lalu memejamkan matanya. Sebelum mengirim pesan
pada Juwita untuk menemaninya di kamar. Wiliam tidak ingin menutupi hubungannya
dengan Juwita, rasanya begitu iri ketika melihat banyaknya orang di luaran sana
yang bisa dengan leluasa memamerkan pasangannya.
Wiliam
terus memperhatikan postingan twitter Juwita yang memamerkan cincin yang ia
berikan padanya. Juwita mempostingnya di sosmed, meskipun twitternya sepi dan
hanya segelintir orang saja yang mengikuti Juwita. Namun dari pada Wiliam,
rasanya Juwita jauh lebih berani menunjukkan rasa cintanya pada Wiliam.
Begitu
berbeda dengan Wiliam yang hanya berani membalas saja dan tak mempostingnya
dimanapun. Wiliam tersenyum miris melihat dirinya yang begitu penakut. Wiliam
memandangi cincin baru yang melingkar di jarinya, cincin pasangan yang
benar-benar ia pilih dengan wanita yang bemar-benar ia cintai.
Wiliam
kembali menghela nafas dengan berat. Lalu melihat galeri di ponselnya. Wiliam
tersenyum tipis melihat fotonya yang sedang menggenggam tangan Juwita dengan
jemari lentiknya yang sudah terhiasi cincin pemberiannya. Wiliam terus
memikirkan caption apa yang paling tepat untuk postingannya kali ini
sambil terus memberanikan dirinya untuk mengunggah fotonya kali ini.
“Tuan…”
panggil Juwita yang akhirnya datang ke kamar Wiliam.
Wiliam
langsung melebarkan tangannya menyambut kedatangan Juwita. Sementara Juwita
mengunci pintu kamar Wiliam sebelum masuk kedalam pelukan Wiliam.
“Aku
merindukanmu…” lirih Wiliam sambil mengeratkan pelukannya pada Juwita dan
mengecup keningnya dengan lembut.
Juwita
tersenyum lalu mengangguk, Wiliam memang kaya dan memiliki banyak privilage
yang tak mungkin Juwita dapatkan. Tapi tiap kali Juwita bersama dengan Wiliam,
ia selalu merasa jika Wiliam selalu terlihat rapuh dan kesepian. Hampir setiap
hari Wiliam bermanja-manja dengannya dan meskipun setiap hari mereka bisa
bertemu, Wiliam akan selalu merindukannya.
“Bagaimana dinnermu?”
tanya Juwita lembut lalu tiduran di samping Wiliam sambil menatap Wiliam.
Wiliam
tersenyum lalu kembali mengecup kening Juwita. “Biasa saja, aku lebih suka
makan bersamamu,” ucap Wiliam yang diangguki Juwita. Wiliam mengelus rambut
Juwita dengan lembut lalu kembali mengecup keningnya. “Aku memposting foto
kita,” ucap Wiliam mendadak.
“Hah?! Yang
mana?” kaget Juwita yang tak ingin menambah masalah dalam hidupnya lagi.
Wiliam
menunjukkan ponselnya pada Juwita. Juwita membelalakkan matanya antara senang
dan takut jika sampai Camila tau.
“Hapus!”
ucap Juwita dengan tangan gemetar berusaha menghapus postingan Wiliam.
“Jangan!”
tolak Wiliam lalu menyaut ponselnya dari tangan Juwita. “Aku suka, tidak
apa-apa. Aku bisa mulai membuat Camila benci padaku dan menyerah dengan
hubungan ini dengan sendirinya. Tidak apa-apa,” ucap Wiliam lalu memasukkan
ponselnya kedalam laci.
Juwita
menghela nafas lalu mengusap wajahnya. “Apa aku saja yang menghapus
postinganku?” tawar Juwita lalu bangun dan bersiap keluar dari kamar Wiliam.
“Jangan!
Tidak usah! Biarkan saja!” bentak Wiliam yang tak mau melihat Juwita
menghilangkan momen indah yang sudah di bagikan ke sosmednya.
Juwita
bergidik ngeri dan takut mendengar bentakan Wiliam. Sadar ia sudah membuat
Juwita takut dan terkejut, Wiliam langsung memeluk Juwita.
“Maaf…”
lirihnya, Wiliam benar-benar mudah kehilangan kendali atas dirinya jika
menyangkut soal hubungannya dengan Juwita. Wiliam ingin memamerkan hubungannya,
ingin terus bersama dengan Juwita.
“Jangan di
hapus, aku suka. Semua orang bisa tau kalau kamu ada yang punya, biarkan saja,”
Wiliam kembali menjelaskan sambil mendekap Juwita.
Juwita
mengangguk dengan ketakutan, matanya sudah berkaca-kaca ia tak bisa berpikir
jernih lagi sekarang.
“Semua akan
baik-baik saja, kita akan menghabiskan waktu bersama, menua bersama. Hanya aku
dan kamu, anak-anak kita nantinya. Kita akan terus bersama,” ucap Wiliam
menenangkan Juwita sambil memeluknya erat dan kembali membawanya ke tempat
tidur.
***
Kartika
memejamkan matanya berusaha menahan emosinya setelah tak sengaja mendengar
pembicaraan Wiliam dan Juwita di dalam kamar. Kartika semula setuju untuk
mempertemukan Wiliam dengan Tamara kembali menarik ucapannya dan niatannya
setelah mendengar janji manis yang Wiliam berikan pada Juwita. Kartika merasa
Tamara tak berhak atas Wiliam, Kartika juga mulai khawatir jika akan lebih
sulit lagi mengatur Wiliam jika ada Juwita dan Tamara lagi di hidupnya.
Beberapa
kali Kartika mendengar Wiliam yang membentak Juwita dengan begitu posesif
menunjukkan betapa besar rasa cemburu dan cinta yang ia miliki untuk Juwita.
Serta keinginan besar Wiliam untuk hidup bersama Juwita. Kartika begitu gemetar
mendengarnya, ia tak mau hidupnya kacau dan berantakan serta kehilangan
segalanya jika Wiliam lepas dari genggamannya.
Kartika
masuk ke kamarnya melihat banyaknya pesan yang di kirimkan Camila padanya. Kartika
semakin geram dan yakin untuk menyingkirkan Juwita juga Susi yang ia anggap
lalai dalam mengawasi dan mendidik Juwita. Namun saat Kartika hendak
menghubungi seseorang tiba-tiba Antonio masuk ke kamar.
“Ku kira
kamu tidak akan pulang…” sindir Kartika berusaha menutupi ketakutannya jika
ketahuan oleh Antonio.
“Aku hanya
ingin mengambil pakaianku,” jawab Antonio dengan tenang meskipun kedatangannya
karena laporan dari Camila yang mengadu jika Wiliam lebih banyak menghabiskan
waktu dengan Juwita dari pada dengannya di sekolah.
“Aku akan
memecat Susi dan Juwita,” ucap Kartika begitu mendadak.
Antonio
hanya diam sambil memilih pakaiannya dan memindahkannya kedalam koper seolah
tak mendengar ucapan Kartika.
“Aku juga
tidak akan mempertemukan Wiliam dengan Tamara. Aku tidak mau membuatnya Wiliam
semakin liar dan sulit di atur,” ucap Kartika lagi mencoba membuat Antonio
sedikit mempedulikannya.
“Apa
hubungannya dengan Tamara? Kita sudah sepakat jika Tamara boleh menemui Wiliam,
kamu juga sudah berjanji tidak akan menghalangi Tamara menemui Wiliam,” ucap
Antonio yang kesal oleh ucapan Kartika yang begitu egois.
“Itu sudah
menjadi keputusanku,” ucap Kartika tak mau menurunkan egonya dan sedikit
mengalah.
“Apa
memecat Susi dan Juwita saja tidak cukup?” tanya Antonio tak terima dan kembali
bernegosiasi dengan istrinya kembali.
“Tidak! Aku
tidak mau mengendurkan ikatanku pada Wiliam. Aku juga yakin jika Wiliam akan
lebih bahagia jika bersama Camila,” Kartika benar-benar kekeh dan nekat dengan
apa yang sudah ia putuskan.
Antonio
menggeleng pelan lalu mengusap wajahnya. Ia benar-benar kesal pada Kartika yang
begitu keras kepala. Antonio ingin mempertemukan Tamara dengan putranya
kembali, ia juga ingin sesekali merayakan ulang tahun Tamara bersama dengan
Wiliam juga.
“Apa aku
perlu bersikap keras juga sepertimu?” tanya Antonio balas menggertak Kartika.
“Coba saja,
aku bisa lebih kejam daripada sekedar menyingkirkan supirmu itu,” balas Kartika
yang terang-terangan menunjukkan betapa kejam dirinya.
Antonio
mengepalkan tangannya menahan emosinya, teringat pada Budi supir pribadinya
yang ia pekerjakan untuk mengantar Tamara. Ingatan Antonio tentang kecelakaan
maut yang merenggut nyawa Budi waktu itu benar-benar membuatnya marah dan
kesal. Kartika bisa dengan mudahnya menyingkirkan orang yang ia rasa mengganggu
langkahnya, meskipun waktu itu sebenarnya ia menargetkan Tamara dan bukan Budi.