0
Home  ›  Chapter  ›  Gundik Rahasia Tuan Muda

Bab 21 – Taman Sekolah

Bab 21 – Taman Sekolah-1

Pembalasan dendam Camila terhadap Juwita terasa begitu berat. Sejak kejadian beberapa waktu lalu, Wiliam dan Juwita terlihat semakin dekat. Kedekatan itu juga semakin menjadi ketika sepeda milik Juwita rusak dan tak bisa di perbaiki lagi yang membuat Juwita jadi berangkat sekolah dan pulang bersama dengan Wiliam. Saat makan siangpun begitu, karena semua orang takut terkena imbas dari kemarahan Camila pada Juwita, semua jadi menjauhi Juwita. Sehingga mau tidak mau Wiliam yang menjadi Tuan atas Juwita membiarkannya makan bersama dalam meja yang sama.

Bila hanya makan siang bersama dan berangkat juga pulang sekolah bersama saja dirasa sudah sangat kelewatan. Rupannya itu tidak cukup, Wilian memilih makan berdua dengan Juwita di taman karena masih tak suka dengan cara Camila memukul Juwita beberapa waktu lalu. Wiliam benar-benar menunjukkan kemuakannya pada Camila tanpa basa-basi dan tak sebatas gertakan seperti sebelumnya.

Camila yang merasa bisa leluasa mengadu pada Kartika juga beberapa waktu ini kesulitan untuk menghubunginya. Apa lagi Antonio yang memang selalu sibuk dan tak pernah ada waktu untuk urusan asmara anaknya. Camila mulai merasa kehilangan kekuatannya dalam mengendalikan Wilia yang semakin hari semakin bebas dari kekangannya.

“Aku mau ini,” ucap Wiliam sambil menunjuk nuget dalam bekal yang di bawa Juwita.

Juwita mengambilkan nugetnya lalu meletakkan pada wadah makanan yang dibeli Wiliam.

Wiliam cemberut. “Aku mau di suapi seperti biasanya,” rengek Wiliam manja.

Juwita langsung menoleh ke kiri dan kanan memastikan jika tak ada yang melihatnya bersama Wiliam. “Aaa…” ucap Juwita menyuapi Wiliam seperti biasanya saat di rumah.

Wiliam langsung tersenyum ceria menerima suapan dari Juwita. “Nanti kita ke tempat rahasia kita lagi yuk!” ajak Wiliam dengan manja.

Juwita langsung cemberut. “Kalau aku menemanimu sekarang berarti nanti malam kita tidak usah bertemu ya?” tawar Juwita yang membuat Wiliam kesal.

“Pelit sekali kamu ini,” kesalnya namun juga tak keberatan jika harus menunggu sampai nanti di rumah toh sampai rumah Wiliam bisa lebih bermanja-manja lagi.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

Juwita hanya tersenyum mendapati protes dari Wiliam. Wiliam masih manja dan sama seperti dulu, akan selalu mengeluarkan jurus andalannya dengan merajuk tak ada yang berubah. Hanya saja sekarang Wiliam sudah besar dan tidak malu-malu menunjukkan perasaannya pada Juwita.

“Bulan depan Doni mau ngadain camping di rumahnya, kamu mau ikutan gak?” tanya Wiliam tiba-tiba ditengah rasa ingin merajuknya dan kemenangan yang belum ia dapatkan dari Juwita.

Juwita terdiam sejenak, lalu menggeleng. “Aku kan tidak di undang. Aku juga tidak kenal dengan Tuan Doni…”

“Doni! Hanya aku yang boleh di panggil Tuan!” sela Wiliam yang langsung mengerutkan keningnya dan menunjukkan kecemburuannya pada Juwita yang memanggil Doni dengan tambahan Tuan.

Juwita tersenyum mendengarnya lalu mengangguk pelan. “Aku takut merusak suasana,” lanjut Juwita lalu menghela nafas dan kembali melanjutkan makannya dengan lahap.

“Tidak, tidak akan merusak suasana. Aku ingin mengajakmu,” Wiliam memaksa lalu memberikan potongan dagingnya kedalam tempat makan Juwita.

Juwita tersenyum lalu mengangguk. “Kalo Ibuku tidak mengajak pulang kampung aku ikut,” ucap Juwita tak mau memberi janji manis pada Wiliam.

Wiliam terdiam mendengar jawaban Juwita. Ia merasa takut dan terpukul di saat bersamaan. Ia tak mau berpisah dari Juwita, ia tak mau kehilangan Juwita lagi. Wiliam takut Juwita tak akan kembali lagi ke rumahnya jika ia sudah pulang ke kampungnya lagi.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

“Jangan pulang, jangan pergi…” lirih Wiliam lalu menggenggam tangan Juwita.

***

Camila terdiam menatap Wiliam dan Juwita yang begitu mesra dan akrab dari jendela kelas. Air matanya sudah tak bisa ia bendung lagi, ia begitu cemburu dan merasa sudah di khianati Juwita habis-habisan. Terlebih Juwita yang sudah coba ia usik dan singkirkan malah mendapat begitu banyak perhatian dan kasih sayang Wiliam.

“Camila…” sapa Putri yang melihat Camila terus memperhatikan taman di luar.

“Bagaimana caranya agar aku bisa menyingkirkan pelayan murahan itu?” gumam Camila sapaan Putri.

Putri mendekat ikut melihat ke arah yang terus Camila perhatikan, ia langsung melihat Wiliam dan Juwita yang tengah mengobrol di taman sambil menikmati bekal makan siang. Keduanya tampak begitu hangat dan nyaman, asik dengan entah apa yang sedang di bicarakan. Putri cukup kaget dan heran melihat Wiliam yang begitu ceria bersama Juwita.

Wiliam yang selalu dingin, pendiam dan terkesan arogan juga cuek. Tiba-tiba bisa jadi sehangat dan seceria itu. Belum lagi senyuman dan ekspresi wajah yang begitu ekspresif yang Wiliam tunjukkan. Bahkan sejak awal mereka kenal selama SMA pun Wiliam tak pernah semudah itu tersenyum atau paling tidak bisa seekspresif dan secerewet saat bersama Juwita.

Camila mengepalkan tangannya menahan amarahnya. Memang di awal ia tak terlalu setuju dan bahkan tak menyukai ide orang tuanya akan perjodohannya dengan Wiliam. Camila hanya merasa tertantang dan tertarik karena Wiliam begitu cuek dan dingin padanya. Belum ada pria yang bisa begitu jual mahal pada Camila sebelumnya. Wiliam berbeda, begitu pikir Camila hingga begitu ingin mempertahankan Wiliam.

Tapi sekarang ia jadi merasa kalah dan terhina karena Wiliam terkesan lebih memilih Juwita daripada dirinya. Kekalahannya juga semakin terlihat karena Wiliam semakin menjauh darinya, bahkan sudah tak mau duduk sebangku lagi dengannya. Meskipun semua orang masih menjauhi Juwita, bahkan Rani dan Adi yang juga ikut menjauhinya juga tetap tidak membuat Camila puas. Karena ada Wiliam yang selalu disisi Juwita, itu terasa sudah lebih daripada seluruh orang yang menjauhinya.

“Dia mencuri punyaku! Wiliamku!” geram Camila yang begitu kesal hingga matanya berkaca-kaca antara sedih dan marah yang sudah bergabung jadi satu. “Aku akan membuatnya menyesal sudah lahir di dunia ini!”

Putri hanya menatap Camila dengan iba dan bingung bagaimana ia harus bersikap sekarang. Putri memang biasa membully orang yang dirasa lebih rendah darinya bersama Camila dan Karin. Tapi kali ini terasa berbeda dari biasanya, Camila benar-benar serius dan marah. Sementara mereka biasanya hanya sebatas iseng dan hanya lucu-lucuan saja, meskipun tetap saja orang yang mereka bully akan memilih pindah sekolah.

“Daren ngajak ikutan camping di rumah Doni. Kalian ikut?” tanya Karin yang baru selesai menemui tunangannya.

Camila langsung tersenyum lalu mengangguk seolah dapat ide brilian. “Undang Juwita!” perintahnya pada Putri selaku tunangan Doni.

Karin menaikkan sebelah alisnya dengan heran. Sementara Putri langsung mengangguk patuh mendengar perintah Camila.

39
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share