Bab 21 – Taman Sekolah
Pembalasan
dendam Camila terhadap Juwita terasa begitu berat. Sejak kejadian beberapa
waktu lalu, Wiliam dan Juwita terlihat semakin dekat. Kedekatan itu juga
semakin menjadi ketika sepeda milik Juwita rusak dan tak bisa di perbaiki lagi
yang membuat Juwita jadi berangkat sekolah dan pulang bersama dengan Wiliam.
Saat makan siangpun begitu, karena semua orang takut terkena imbas dari kemarahan
Camila pada Juwita, semua jadi menjauhi Juwita. Sehingga mau tidak mau Wiliam
yang menjadi Tuan atas Juwita membiarkannya makan bersama dalam meja yang sama.
Bila hanya
makan siang bersama dan berangkat juga pulang sekolah bersama saja dirasa sudah
sangat kelewatan. Rupannya itu tidak cukup, Wilian memilih makan berdua dengan
Juwita di taman karena masih tak suka dengan cara Camila memukul Juwita
beberapa waktu lalu. Wiliam benar-benar menunjukkan kemuakannya pada Camila
tanpa basa-basi dan tak sebatas gertakan seperti sebelumnya.
Camila yang
merasa bisa leluasa mengadu pada Kartika juga beberapa waktu ini kesulitan
untuk menghubunginya. Apa lagi Antonio yang memang selalu sibuk dan tak pernah
ada waktu untuk urusan asmara anaknya. Camila mulai merasa kehilangan
kekuatannya dalam mengendalikan Wilia yang semakin hari semakin bebas dari
kekangannya.
“Aku mau
ini,” ucap Wiliam sambil menunjuk nuget dalam bekal yang di bawa Juwita.
Juwita
mengambilkan nugetnya lalu meletakkan pada wadah makanan yang dibeli Wiliam.
Wiliam
cemberut. “Aku mau di suapi seperti biasanya,” rengek Wiliam manja.
Juwita
langsung menoleh ke kiri dan kanan memastikan jika tak ada yang melihatnya
bersama Wiliam. “Aaa…” ucap Juwita menyuapi Wiliam seperti biasanya saat di
rumah.
Wiliam
langsung tersenyum ceria menerima suapan dari Juwita. “Nanti kita ke tempat
rahasia kita lagi yuk!” ajak Wiliam dengan manja.
Juwita
langsung cemberut. “Kalau aku menemanimu sekarang berarti nanti malam kita
tidak usah bertemu ya?” tawar Juwita yang membuat Wiliam kesal.
“Pelit
sekali kamu ini,” kesalnya namun juga tak keberatan jika harus menunggu sampai
nanti di rumah toh sampai rumah Wiliam bisa lebih bermanja-manja lagi.
Juwita
hanya tersenyum mendapati protes dari Wiliam. Wiliam masih manja dan sama
seperti dulu, akan selalu mengeluarkan jurus andalannya dengan merajuk tak ada
yang berubah. Hanya saja sekarang Wiliam sudah besar dan tidak malu-malu
menunjukkan perasaannya pada Juwita.
“Bulan
depan Doni mau ngadain camping di rumahnya, kamu mau ikutan gak?” tanya
Wiliam tiba-tiba ditengah rasa ingin merajuknya dan kemenangan yang belum ia
dapatkan dari Juwita.
Juwita
terdiam sejenak, lalu menggeleng. “Aku kan tidak di undang. Aku juga tidak
kenal dengan Tuan Doni…”
“Doni!
Hanya aku yang boleh di panggil Tuan!” sela Wiliam yang langsung mengerutkan
keningnya dan menunjukkan kecemburuannya pada Juwita yang memanggil Doni dengan
tambahan Tuan.
Juwita
tersenyum mendengarnya lalu mengangguk pelan. “Aku takut merusak suasana,”
lanjut Juwita lalu menghela nafas dan kembali melanjutkan makannya dengan
lahap.
“Tidak,
tidak akan merusak suasana. Aku ingin mengajakmu,” Wiliam memaksa lalu
memberikan potongan dagingnya kedalam tempat makan Juwita.
Juwita
tersenyum lalu mengangguk. “Kalo Ibuku tidak mengajak pulang kampung aku ikut,”
ucap Juwita tak mau memberi janji manis pada Wiliam.
Wiliam
terdiam mendengar jawaban Juwita. Ia merasa takut dan terpukul di saat
bersamaan. Ia tak mau berpisah dari Juwita, ia tak mau kehilangan Juwita lagi.
Wiliam takut Juwita tak akan kembali lagi ke rumahnya jika ia sudah pulang ke
kampungnya lagi.
“Jangan
pulang, jangan pergi…” lirih Wiliam lalu menggenggam tangan Juwita.
***
Camila
terdiam menatap Wiliam dan Juwita yang begitu mesra dan akrab dari jendela
kelas. Air matanya sudah tak bisa ia bendung lagi, ia begitu cemburu dan merasa
sudah di khianati Juwita habis-habisan. Terlebih Juwita yang sudah coba ia usik
dan singkirkan malah mendapat begitu banyak perhatian dan kasih sayang Wiliam.
“Camila…” sapa
Putri yang melihat Camila terus memperhatikan taman di luar.
“Bagaimana
caranya agar aku bisa menyingkirkan pelayan murahan itu?” gumam Camila sapaan
Putri.
Putri
mendekat ikut melihat ke arah yang terus Camila perhatikan, ia langsung melihat
Wiliam dan Juwita yang tengah mengobrol di taman sambil menikmati bekal makan
siang. Keduanya tampak begitu hangat dan nyaman, asik dengan entah apa yang
sedang di bicarakan. Putri cukup kaget dan heran melihat Wiliam yang begitu
ceria bersama Juwita.
Wiliam yang
selalu dingin, pendiam dan terkesan arogan juga cuek. Tiba-tiba bisa jadi
sehangat dan seceria itu. Belum lagi senyuman dan ekspresi wajah yang begitu
ekspresif yang Wiliam tunjukkan. Bahkan sejak awal mereka kenal selama SMA pun
Wiliam tak pernah semudah itu tersenyum atau paling tidak bisa seekspresif dan
secerewet saat bersama Juwita.
Camila
mengepalkan tangannya menahan amarahnya. Memang di awal ia tak terlalu setuju
dan bahkan tak menyukai ide orang tuanya akan perjodohannya dengan Wiliam.
Camila hanya merasa tertantang dan tertarik karena Wiliam begitu cuek dan
dingin padanya. Belum ada pria yang bisa begitu jual mahal pada Camila
sebelumnya. Wiliam berbeda, begitu pikir Camila hingga begitu ingin
mempertahankan Wiliam.
Tapi
sekarang ia jadi merasa kalah dan terhina karena Wiliam terkesan lebih memilih
Juwita daripada dirinya. Kekalahannya juga semakin terlihat karena Wiliam
semakin menjauh darinya, bahkan sudah tak mau duduk sebangku lagi dengannya.
Meskipun semua orang masih menjauhi Juwita, bahkan Rani dan Adi yang juga ikut
menjauhinya juga tetap tidak membuat Camila puas. Karena ada Wiliam yang selalu
disisi Juwita, itu terasa sudah lebih daripada seluruh orang yang menjauhinya.
“Dia
mencuri punyaku! Wiliamku!” geram Camila yang begitu kesal hingga matanya
berkaca-kaca antara sedih dan marah yang sudah bergabung jadi satu. “Aku akan
membuatnya menyesal sudah lahir di dunia ini!”
Putri hanya
menatap Camila dengan iba dan bingung bagaimana ia harus bersikap sekarang.
Putri memang biasa membully orang yang dirasa lebih rendah darinya bersama
Camila dan Karin. Tapi kali ini terasa berbeda dari biasanya, Camila
benar-benar serius dan marah. Sementara mereka biasanya hanya sebatas iseng dan
hanya lucu-lucuan saja, meskipun tetap saja orang yang mereka bully akan
memilih pindah sekolah.
“Daren
ngajak ikutan camping di rumah Doni. Kalian ikut?” tanya Karin yang baru
selesai menemui tunangannya.
Camila
langsung tersenyum lalu mengangguk seolah dapat ide brilian. “Undang Juwita!”
perintahnya pada Putri selaku tunangan Doni.
Karin
menaikkan sebelah alisnya dengan heran. Sementara Putri langsung mengangguk
patuh mendengar perintah Camila.