0
Home  ›  Chapter  ›  Gundik Rahasia Tuan Muda

Bab 05 – Anak Baru

 

Bab 05 – Anak Baru-1

Semalaman Wiliam tak melihat Juwita kembali, Wiliam juga tak menerima pesan dari Juwita lagi meskipun sudah hampir 20 pesan ia kirim. Wiliam benar-benar khawatir pada Juwita, namun melihat Susi yang masih bekerja dengan normal seperti biasa membuat Wiliam tidak terlalu khawatir. Sampai pagi dimana kali ini ia berangkat ke sekolah dan melihat Juwita yang menggunakan seragam yang sama dengannya menaiki sepedanya.

Wiliam tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Senyum sumringahnya tak dapat ia sembunyikan lagi. Ini adalah kejutan terbaik yang pernah ia dapatkan. Susi melihat Wiliam yang begitu berseri-seri melihat Juwita yang berangkat sekolah pagi ini. Susi belum pernah melihat Wiliam sebahagia ini sebelumnya.

Susi yang merasa keluarga Phillips ini begitu sulit untuk di jamah. Sekarang melihat salah satu sisi lemah keluarga tersebut. Susi yang mengira jika Juwita yang menggoda Wiliam pertama kali, menarik lagi tuduhannya tersebut. Juwita benar dan jujur, ia tak menggoda Wiliam sedikitpun, Juwita polos seperti dulu. Susi jadi paham jika senyum ceria Juwita pada Wiliam hanya sebatas sapaan hangat Juwita pada teman masa kecilnya. Namun senyuman dari Wiliam memiliki arti yang berbeda.

***

Tak satupun siswa yang mendekat pada Juwita yang datang kesekolah. Semua orang memandang rendah dirinya yang datang naik sepeda. Bahkan guru pun juga begitu karena tau latar belakang Juwita. Pembedaan murid berdasarkan status sosial dan ekonomi keluarga begitu terasa di sekolah. Sampai akhirnya Juwita sampai di kelasnya.

Wiliam menaruh wajah dingin dan angkuh seperti biasa begitu melihat Juwita masuk ke kelasnya dan langsung memperkenalkan diri, meskipun dalam hatinya Wiliam begitu senang dan bersyukur tau jika Juwita sekelas dengannya. Kalau saja ia tak sekelas dan duduk sebangku dengan Camila mungkin ia akan duduk bersama Juwita.

“Hai! Aku kamu pelayan keluarga Phillips ya?” tanya Adi yang langsung menyapa Juwita begitu ia duduk di belakang.

Juwita membelalakkan matanya dengan terkejut lalu menatap Wiliam sekilas sebelum mengangguk.

“Aku juga pelayan, keluarga Dirgaradja. Ku kira hanya sedikit anak pelayan yang akan sekolah disini,” ucap Adi begitu antusias menyambut kedatangan Juwita.

Juwita langsung tersenyum sumringah. Sementara Wiliam langsung terbakar cemburu melihat kedekatan Juwita dan para anak pelayan yang terlihat begitu akrab itu.

“Argh…sepertinya lebih baik kelas ini di penuhi OKB daripada di penuhi pelayan, aku jadi merasa tidak eksklusif lagi,” keluh Camila yang duduk di samping Wiliam.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

Wiliam hanya diam sambil menatap tajam ke arah Juwita yang langsung memiliki teman baru. Ada dua anak pelayan di kelasnya dan sekarang keduanya tampak akrab dengan Juwita karena memiliki nasip yang sama.

Begitu jam makan siang Camila dan Wiliam pergi berdua ke kantin untuk makan siang. Juwita dan anak-anak pelayan lainnya juga pergi ke tempat yang sama. Mereka memang tak makan di meja yang sama dengan Wiliam dan anak-anak keluarga terpandang lainnya namun kumpulan anak pelayan itu cukup senang bisa mengajak Juwita berkeliling di sekolah. Juwita juga terus terkagum-kagum yang membuat Adi dan Rani senang bercengkrama dengan Juwita.

Mereka juga tau jika di larang keras membicarakan keluarga tempat mereka bekerja. Maka sebagai gantinya mereka membicarakan soal diri mereka masing-masing dan sekolah tempat mereka belajar sebelumnya. Tidak ada gosip dan pertukaran informasi meskipun mereka dapat melakukannya kapanpun.

“Juwita!” panggil Wiliam yang sudah tidak tahan melihat Juwitanya bercengkrama dengan orang lain dan memamerkan senyum indahnya pada semua orang.

Juwita langsung bangun dan mendatangi Wiliam dengan patuh. Tapi begitu ia sampai Camila tak sengaja menumpahkan susu coklatnya pada Juwita.

“Ups! Maaf aku tidak sengaja!” ucap Camila sambil meringis dan membenarkan membenarkan posisi kotak susunya.

Wiliam semula ingin bicara dengan Camila langsung mengurungkan niatnya dan memberikan uang pada Juwita. “Belikan lagi susunya,” perintah Wiliam datar.

Juwita langsung mengangguk dan berjalan menuju mesin minuman untuk membelikan susu coklat. Camila tersenyum senang dengan reaksi Wiliam. Sebelumnya Camila cukup waspada dan takut jika Juwita akan menjadi pengganggu dalam hubungannya. Namun melihat reaksi Wiliam ia jadi memiliki ide brilian lain.

“Sepertinya dia baik,” ucap Camila pada Wiliam.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

Wiliam mengangguk pelan. “Dia anak kepala pelayan di rumahku,” ucap Wiliam yang membuat Camila kagum dan mulai mempertimbangkan Juwita sebagai anak buahnya.

“Ah begitu, aku akan menjadi teman baik untuknya kalau begitu,” ucap Camila senang.

“Ini Tuan,” ucap Juwita meletakkan susu yang di minta Wiliam dan meletakkannya di atas meja.

Camila tersenyum meraihnya lalu memberikan sekotak susu itu pada Juwita. “Aku minta maaf menumpahkan susu ke sepatumu. Ini,” ucap Camila ramah.

Juwita menerimanya dengan ragu dan tersenyum canggung.

“Duduk,” perintah Camila sambil menunjuk kursi di samping Wiliam yang kosong.

Wiliam memalingkan wajahnya dengan gugup. Ia merasa canggung duduk di samping Juwita dan berhadapan dengan Camila di waktu yang bersamaan.

“Wiliam ayo!” seru salah satu teman Wiliam yang mengajaknya pergi untuk bermain basket.

Wiliam langsung berlari ke arahnya memanfaatkan kesempatan untuk kabur dari situasi canggung ini. Sementara Camila tersenyum maklum dengan sikap cuek calon suaminya tersebut.

“Aku senang akhirnya memiliki kenalan yang bekerja pada keluarga calon suamiku,” ucap Camila yang sedikit membuat Juwita terkejut. “Kuharap kita bisa berteman dengan baik, mungkin sesekali kamu juga bisa mengawasi Wiliam untukku dan ya aku ingin mengenalnya lebih dalam lagi,” sambung Camila yang langsung mengatakan maksud dan tujuannya.

“S-saya minta maaf Non, tapi Nyonya bilang tidak boleh menceritakan apapun yang ada di rumah. M-mungkin nanti saya akan meminta ijin terlebih dahulu pada Tuan atau Nyonya Besar,” ucap Juwita dengan canggung dan tak ingin membuat Camila marah.

Camila langsung mengangguk sambil tersenyum. “Tidak masalah, tapi rahasiakan ini dari Wiliam ya,” ucapnya yang langsung di angguki Juwita.

Camila suka pelayan yang patuh pada majikannya. Camila senang dengan cara Juwita yang langsung memanggilnya Nona meskipun Juwita bukan pelayannya. Camila juga suka dengan cara Juwita yang gugup dan berusaha tetap mematuhi aturan. Juwita adalah tipe pelayan kesukaannya, Camila sudah membayangkan nanti saat ia menjadi istri Wiliam dan akan langsung mempekerjakan Juwita sebagai asistennya. Betapa indahnya.

 

Bab 05 – Anak Baru-2

39
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share