0
Home  ›  Chapter  ›  Gundik Rahasia Tuan Muda

Bab 34 – Rumah Juwita

Bab 34 – Rumah Juwita-1

Dina menatap Wiliam dengan perasaan campur aduk antara canggung dan kagum melihat paras Wiliam yang tampan. Wiliam juga tak kalah canggungnya dengan Dina, ia tak memiliki adik sebelumnya apa lagi terpaut usia cukup jauh dan tak pernah bertemu sebelumnya pula. Dina terus menempel pada Susi dan mengikutinya sembari mengawasi Wiliam dengan penuh kecurigaan dan kewaspadaan tinggi.

“Itu Tuan Muda, pacarnya Kakak. Gak usah takut,” bisik Susi memberitau Dina yang memegangi dasternya.

Dina mengerutkan keningnya lalu mengangguk. “Jahat tidak?” tanya Dina ikut berbisik sembari terus menatap Wiliam yang duduk di sofa bersama dengan Juwita.

“Baik, sana diajak ngomong,” jawab Susi meyakinkan Dina sembari menyiapkan makan siang.

“Gak ah, Dina mau sama Ibu aja. Kalo baik pasti gak bikin Ibu sakit kayak sekarang,” ucap Dina yang memilih membantu Susi daripada mendekati Juwita.

Susi tersenyum mendengar jawaban Dina yang begitu polos. “Kalo Tuan Muda baik, buktinya sayang sama Kakak. Dia jauh-jauh kesini cuma buat ketemu Kakak loh!” ucap Susi meyakinkan Dina lagi.

Dina menggeleng pelan. “Tapi orang tuanya gak baik, udah bikin Ibu sakit. Ibu juga masih di pecat juga, jahat.”

Susi tertawa kecil mendengar Dina yang begitu kekeh dengan pemikirannya. “Tapi kan Ibu jadi bisa bikin warung di rumah, bisa temenin Adek juga,” ucap Susi lembut lalu memberikan piring berisi tahu goreng pada Dina untuk diletakkan di meja makan. “Sana Kakak sama Tuan Muda diajak makan!” perintah Susi agar Dina dan Wiliam tidak canggung.

Dina mendengus pelan lalu berjalan mendekat ke arah Wiliam dan Juwita. “Makan!” ajak Dina dengan ketus karena malu dan bingung harus bilang apa pada Wiliam.

Wiliam menatap Juwita begitu mendengar perintah dari Dina. “Adekmu galak…” lirih Wiliam mengadu pada Juwita.

Juwita tersenyum mendengar ucapan Wiliam dan ajakan Dina. “Adek bilangnya yang baik dong,” tegur Juwita lembut pada Dina.

Dina terdiam sejenak, wajahnya mulai bersemu malu karena teguran kakaknya. “Sana kalo laper boleh makan!” ucap Dina lagi yang lebih ketus dari sebelumnya lalu berlari ke kamar karena malu.

Juwita tertawa kecil melihat tingkah Dina, begitu pula dengan Susi. Mereka memang tak bisa berharap Dina akan berbuat baik dan sopan seperti orang dewasa yang bekerja di rumah keluarga Philips. Dina masih kelas 6 SD, Dina juga hampir selalu sendirian di rumah. Kalaupun  ia ikut ke rumah om dan tantenya, mereka juga tak sempat mengajari Dina apapun karena sibuk kerja.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

“Dina kayaknya gak suka aku…” lirih Wiliam sedih lalu cemberut.

“Enggak, Dina itu lagi salting, gak pernah ada tamu sebelumnya nanti lama-lama baik kok. Dia baru beradaptasi,” jelas Juwita sebelum Wiliam makin salah paham.

Wiliam tersenyum mendengar penjelasan Juwita. “Gitu ya.”

Juwita langsung mengangguk lalu bangun untuk makan siang bersama. Wiliam mengikuti Juwita yang langsung mengambilkannya makanan. Sementara Dina tampak canggung dan memilih makan di depan TV sambil menonton Si Bolang.

“Adekmu gak suka makan bareng aku ya?” tanya Wiliam yang kembali pesimis.

Susi tersenyum mendengar pertanyaan Wiliam. “Dina emang gitu, suka makan sambil nonton TV. Beda sama Tuan_”

“Wiliam, panggil Wiliam saja. Bibi kan bukan pelayanku lagi. Aku juga numpang di rumah Bibi,” ucap Wiliam yang tak nyaman di panggil Tuan oleh Susi.

Susi mengangguk. “Beda sama Wiliam, kalo makan harus di meja makan. Dina sering di rumah sendirian. Jadi apa-apa temennya TV,” lanjut Susi berusaha menjelaskan agar Wiliam kembali optimis.

“Tapikan…” Wiliam tak jadi menyampaikan bantahannya. Ia memilih untuk memahami kultur keluarga Juwita. Tak berapa lama juga Susi ikut makan bersama Dina.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

Wiliam memperhatikan dari meja makan. Melihat Susi yang begitu menyayangi Dina meskipun Dina hanya anak tirinya. Susi terlihat begitu perhatian pada Dina, begitu berbeda dengan Kartika yang jarang menemaninya. Sudah lama Wiliam tidak merasakan keluarga yang hangat dan penuh kasih sayang seperti ini.

“Sayang tidak suka?” tanya Juwita lembut karena Wiliam tak kunjung memakan makanannya.

“S-suka…” jawab Wiliam gugup.

“Mau di suapin?” tawar Juwita yang langsung di angguki Wiliam dengan ceria. “Suapin pakek tangan ya tapi,” ucap Juwita yang kembali di angguki Wiliam.

***

Kartika begitu panik ketika dalam perjalanan menuju rumah mertuanya tiba-tiba mendapat kabar jika Wiliam kabur membawa koper. Kartika langsung kembali ke rumahnya dan memastikan laporan terkait Wiliam yang kabur dengan panik. Kepanikan Kartika semakin menjadi setelah tau jika ponsel Wiliam tak dapat di lacak juga mobil Wiliam yang mati sehingga GPS di dalamnya tak dapat di ketahui juga.

Kartika merasa sangat marah dan kesal karena tak memberikan pengawasan ekstra pada Wiliam. Kartika semakin kesal lagi ketika menyadari jika Wiliam sangat berpotensi untuk pergi ke tempat Tamara dan Antonio. Tapi ia ingat sekali, tadi ia baru saja menemui Antonio di kantornya sebelum pergi ke rumah mertuanya.

“Wiliam pergi kemana?!” teriak Kartika begitu marah.

Semua pelayan saling tukar pandang ketakutan. Wiliam yang marah tadi pagi saja sudah mengerikan, sekarang masih harus berhadapan dengan Kartika. Kartika langsung menelfon suaminya dengan begitu panik.

“Wiliam hilang! Kembalikan Wiliamku!!” teriak Kartika begitu histeris.

“Apa? Aku tidak tau apa-apa,” ucap Antonio berusaha menutupi kepergian Wiliam. “Kita baru bertemu satu jam yang lalu. Aku masih di kantor.”

Kartika mematikan ponselnya lalu melirik satu persatu pelayan di rumahnya dengan pandangan yang begitu tajam. “Kemana Wiliam?!” tanyanya kembali dengan penuh amarah.

Bab 34 – Rumah Juwita-2




 

39
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share