0
Home  ›  Chapter  ›  Gundik Rahasia Tuan Muda

Bab 35 – Dijemput Paksa

Bab 35 – Dijemput Paksa-1

Dina mulai terbiasa dengan adanya Wiliam setelah tau jika Wiliam bisa membantunya menyelesaikan tugas prakaryanya dari sekolah. Wiliam juga tak keberatan ketika Susi memintanya membantu mengganti bolam lampu yang mati. Dina jadi bisa mulai memandang Wiliam dengan sedikit positif, paling tidak sudah tidak canggung dan berprasangka buruk lagi.

“Kakak tidur bertiga sama aku sama Ibu?” tanya Dina yang sudah sikat gigi sambil melihat Juwita yang baru selesai menyetlika dan memasukkan pakaian-pakaian ke lemari.

“Iya dong,” jawab Juwita yang membuat Wiliam murung.

“Terus aku gimana dong? Masak aku tidur sendiri?” protes Wiliam tak setuju.

“Ih udah gede gak berani tidur sendiri, payah,” ejek Dina lalu masuk kedalam kamar duluan.

Wiliam makin cemberut mendengar ejekan Dina. Juwita hanya tersenyum lalu mengedikkan bahunya.

“Kalo aku gak di temenin kamu aku bakal duduk di depan kamar Bi Susi sampe kamu nemenin aku!” ancam Wiliam yang tak di gubris Juwita.

“Nanti kalo gerah kipasnya di nyalain,” ucap Juwita sebelum masuk ke kamar ibunya.

“Juwita…” panggil Wiliam yang sudah tidak di pedulikan Juwita lagi.

Bukan karena Juwita tidak sayang pada Wiliam, tapi karena ia ada di rumah dan masih belum bisa bicara yang sesungguhnya pada Dina. Kalau ia tidur berdua dengan Wiliam pula Juwita juga takut jika Dina akan salah paham. Jadi ia terpaksa meninggalkan Wiliam sendirian.

Dina tidur lebih awal dan merasa lebih nyaman akhirnya bisa berkumpul lagi bersama ibu dan kakaknya. Ia tak perlu lagi khawatir soal pencuri, hantu atau monster yang masuk ke rumahnya karena sekarang ia tidak sendirian. Beberapa lemari etalase juga sudah datang dan mulai mengisi warungnya yang masih perlu banyak persiapan jadi Dina semakin tenang karena tau ia tak akan berpisah dengan ibunya lagi.

“Mau kemana?” tanya Susi yang masih melihat-lihat website online tempat Dina akan sekolah SMP nantinya.

“Mau cek Tuan Wiliam,” jawab Juwita lalu bangun dan keluar kamar sendirian.

Juwita sempat ragu pada ucapan Wiliam yang akan menunggu di depan pintu. Tapi mengingat Wiliam adalah orang yang nekat Juwita jadi khawatir. Apa lagi sebelumnya Wiliam sudah nekat jauh-jauh ke rumahnya, di tambah juga dengan tempat tinggalnya yang terasa jauh dari kata mewah dan mungkin membuat Wiliam tidak nyaman.

“Astaga!” pekik Juwita kaget yang melihat Wiliam duduk meringkuk di depan kamar.

“Ayo bobo bareng,” ajak Wiliam memelas dan sedikit merengek pada Juwita.

Juwita menghela nafas lalu mengangguk dan menutup pintu kamar ibunya sebelum pindah ke kamarnya. “Tempat tidurnya sempit,” ucap Juwita sambil menggendeng tangan Wiliam.

“Tidak apa-apa aku bisa sedikit miring,” paksa Wiliam sambil mengunci pintu kamar Juwita lalu tidur bersama Juwita.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

Juwita mengecup kening Wiliam lalu memeluknya. “Sampai kapan ya kita bisa bareng gini?” lirih Juwita sambil menatap Wiliam sembari mengusap wajahnya dengan lembut. “Tapi kalo cuma bisa sebentar aku sudah senang,” lanjut Juwita lalu menundukkan pandangannya dan membenamkan wajahnya di dada Wiliam.

Wiliam mengelus punggung Juwita dengan lembut lalu memeluknya erat. “Kita bisa sama-sama terus, gak cuma sebentar. Selamanya, tapi harus sabar dulu ya,” ucap Wiliam berusaha tetap optimis lalu mengecup kening Juwita.

Juwita mengangguk airmatanya mulai berlinangan. Hari ini adalah hari yang indah bisa berkumpul bersama semua orang yang di sayangi, tidak ada pengawasan, tidak perlu ketakutan jika di marahi, bisa lebih leluasa. Juwita begitu senang.

“Jangan sedih nanti Dedeknya ikut sedih,” ucap Wiliam berusaha menghentikan tangisan Juwita.

Juwita mengangguk lalu membiarkan Wiliam mengelus perutnya seperti biasanya.

“Juwita, kalo kita pindah ke apartemen gimana? Sementara waktu saja…” pinta Wiliam sembari menatap Juwita lembut.

“Aku takut di marahi…”

“Tidak, aku sudah bilang pada Ayah kalau menghamilimu. Aku tidak yakin Ayah akan suka, tapi sepertinya dia tidak marah,” ucap Wiliam meyakinkan Juwita lalu mengecup kening Juwita berharap mampu meluluhkan hati Juwita.

Juwita mengangguk pelan. “Coba minta ijin Ibu dulu,” ucap Juwita lalu membiarkan Wiliam melumat bibirnya.

Malam ini tak ada keintiman seperti biasanya. Wiliam dan Juwita terus bercerita mencurahkan isi hati dan perasaan serta kekhawatiran selama ini dari hati ke hati. Keduanya saling memeluk, berpegangan tangan dan menguatkan satu sama lain.

***

Kartika mencari kesemua tempat sampai akhirnya ia teringat pada Juwita dan Susi. Kartika langsung pergi mencari Susi dan Juwita benar saja begitu ia sampai di rumah Susi, Kartika langsung melihat mobil Wiliam terparkir disana. Kartika langsung turun untuk menggedor pintu rumah Susi.

Susi, Dina, dan Juwita langsung bangun dan bergegas keluar melihat siapa yang begitu arogan menggedor pintu rumahnya. Tak berselang lama Wiliam juga ikut bangun dan memeriksa. Pikiran Susi dan Juwita sudah khawatir dan takut jika akan di grebek masyarakat, tapi begitu pintu dibuka orang yang mereka lihat jauh lebih menakutkan daripada di grebek masyarakat.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

“Wiliam! Pulang!!!” perintah Kartika dengan begitu tegas dan penuh amarah.

Wiliam mengerutkan keningnya lalu menatap Dina yang sudah bersembunyi di belakang Susi dengan ketakutan dan Juwita yang sama takutnya dengan Dina.

“Pulang sekarang atau…”

“Iya aku pulang!” geram Wiliam yang tak mau jika Juwita maupun keluarganya kembali terkena imbas dari kemarahan Kartika.

Wiliam langsung di seret pulang oleh Kartika. Ajudannya juga langsung masuk begitu saja mengambil koper milik Wiliam dan membawa mobil yang di kendarai Wiliam. Tak ada pamitan, tak ada kata perpisahan Wiliam dan Juwita hanya bisa pasrah. Keduanya terlalu lemah dan naif untuk menghadapi kerasnya dunia.

Dina menangis begitu Wiliam pergi. Dina begitu takut pada Kartika dan kepanikan di pagi hari ini. Dina yang sudah siap ke sekolah jadi trauma dan enggan berangkat karena takut Juwita dan Susi akan pergi juga jika ia tidak di rumah.

“Aku mau sama Ibu, aku takut Ibu pergi juga!” ucap Dina sambil memeluk Susi dengan erat.

Susi langsung mendekap erat Dina yang menangis ketakutan. Begitu pula dengan Juwita yang terlihat sedih dan menahan tangisnya.

Tak berselang lama mobil milik Antonio dan Tamara datang. Keduanya tampak kebingungan mencari tempat tinggal Susi, namun melihat deretan pot bunga yang dirusak membuatnya langsung tau jika Kartika baru saja meluapkan amarahnya disana.

“Susi…” panggil Tamara yang langsung turun dan menghampiri rumah Susi.

Susi menatap Tamara yang datang bersama Antonio. “Terlambat, Wiliam sudah di bawa pergi ibunya,” ucap Susi dengan suara gemetar menahan tangis dan emosinya.

Tamara mengangguk lalu menyeka airmatanya. “Tidak apa-apa, kalian baik-baik saja?” tanya Tamara lalu mendekat ke arah Juwita dan Susi.

“Tidak! Kalian pulang saja! Kalian jahat! Pergi!” jerit Dina mengusir Tamara dan Antonio dengan histeris.

Antonio mendekat pada Juwita dan Susi. “Kalau boleh, kali ini. Beri aku kesempatan terakhir. Aku akan menjaga Juwita,” ucap Antonio yang sudah tau semuanya.

Juwita dan Susi saling tukar pandang. Kedua wanita itu saling menatap dengan penuh keraguan dan ketakutan sampai keduanya menatap Dina yang menggeleng tak rela jika anggota keluarganya pergi.

“Jangan pergi sendirian, Ayah dulu pergi sendirian terus gak pulang lagi. Aku takut…” lirih Dina sambil memegangi Juwita.

“Kita hadapi semua kegilaan ini, aku janji,” ucap Antonio membujuk Susi dan Juwita.

Juwita terdiam sejenak. Ia tak mau kehilangan keluarganya, namun juga tak mau kehilangan ayah dari bayi di rahimnya. “A-aku pergi Bu…” putus Juwita.

Susi langsung menggeleng tak setuju. Namun melihat kesungguhan Juwita dan celah pembalasannya yang masih ada akhirnya Susi mengalah untuk melepaskan Juwita.

“Semua akan baik-baik saja, aku janji,” ucap Juwita lalu memeluk erat ibu dan adiknya.

Bab 35 – Dijemput Paksa-2


 

39
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share