0
Home  ›  Chapter  ›  Gundik Rahasia Tuan Muda

Bab 13 – Baju Bekas

Bab 13 – Baju Bekas-1

Juwita tampak begitu lelah dan sedih ketika berpapasan dengan ibunya yang sedang mengatur jalannya pekerjaan para pelayan di rumah. Susi hanya diam seolah tak terjadi apa-apa lalu membiarkan Juwita masuk dan bersiap-siap berangkat sekolah. Susi juga tetap menyiapkan bekal untuk Juwita dan langsung bergegas pergi ke kamar tamu yang semalam Juwita gunakan untuk melepaskan keperawanannya bersama Wiliam.

“Jangan di ulangi lagi,” ucap Susi begitu Juwita menemuinya untuk pamit berangkat ke sekolah.

Juwita yang semula hendak merahasiakan semuanya langsung menangis penuh sesal pada ibunya dan langsung bersimpuh meminta maaf padanya. Juwita tau Ibunya tak akan membocorkan ini kepada siapapun, tapi ia tetap merasa begitu bersalah, merasa kotor dan sudah mengkhianatinya.

“Kamu akan di buang dan di singkirkan kalau sampai Nyonya tau semuanya,” lirih Susi sambil memeluk Juwita.

Juwita menggeleng. “Maaf Bu…” lirih Juwita ditengah tangisnya.

“Kamu harus rahasiakan semuanya, jangan sampai ketahuan. Tiga bulan lagi kelulusan, jangan sampai Nyonya tau semuanya!” ucap Susi yang sudah memikirkan banyak jalan keluar sejak semalam.

Juwita langsung mengangguk. “Aku bakal menjauhi Tuan Muda,” ucap Juwita dengan wajah tertunduk penuh sesal.

“Tidak perlu, tidak apa-apa kamu terus bersama Tuan Muda. Tapi jangan sampai Nyonya tau,” ucap Susi menguatkan Juwita.

Juwita langsung menatap ibunya dengan pandangan heran dan kaget. Juwita benar-benar heran setelah semalam ibunya tau jika ia sudah diperawani Wiliam. Bisa-bisanya ia tak diminta menjauhi Wiliam.

“Kalau kamu tidak yakin bisa mendapatkan Wiliam, maka jauhilah. Jika masih yakin, maka jangan di lepas,” ucap Susi lalu menggenggam tangan Juwita dengan erat.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

Juwita mengangguk pelan. Ia sedikit bingung dengan ucapan ibunya yang membiarkannya bermain api bersama Tuan Muda. Juwita berjalan keluar sembari menuntun sepedanya dan berusaha terlihat normal keluar dari garasi.

Tepat disaat yang bersamaan di kejauhan Juwita melihat Kartika yang begitu emosi meluapkan kemarahannya pada supirnya. Kartika tidak hanya berbicara kasar dan berteriak namun juga memukuli supirnya dengan tas hingga pot tanaman bonsai di dekatnya hingga si supir tersungkur di lantai dengan kepala yang berdarah.

Juwita langsung gemetar ketakutan menyaksikan kearoganan Kartika yang begitu semena-mena pada pekerja dirumahnya. Ingatannya soal Ibunya yang pernah menjadi sasaran kemarahan Kartika kembali terbersit di ingatannya. Betapa marahnya Kartika yang begitu kesal karena Wiliam bermain hujan-hujanan bersama Juwita.

Ingatan soal kearoganan Kartika itu juga membuatnya teringat pada ayah sambungnya yang tiba-tiba mengalami kecelakaan setelah mengantar ia dan ibunya juga anak sambungnya yang masih berusia 1 tahun kala itu pergi ke terminal. Budi yang berjanji akan menyusul pulang setelah menjemput seseorang itu tiba-tiba mati dalam kecelakaan yang terbilang cukup janggal.

“Juwita,” panggil salah satu tukang kebun yang langsung menariknya untuk bersembunyi begitu melihat Juwita yang mematung ketakutan. “Jangan dilihat, pura-pura saja tidak tau apa-apa!” bisiknya mengingatkan Juwita agar ia tak terkena masalah.

Juwita langsung mengangguk dengan cepat. Sementara tukang kebun itu mendekat ke arah supir yang tersungkur di lantai itu untuk membantunya. Tak selang lama Susi juga keluar dan mengibaskan tangannya memberi kode agar Juwita cepat berangkat.

***

Wiliam terus mencuri pandangan untuk melihat Juwita yang duduk sendirian di bangku paling belakang. Juwita tampak lesu dan tak seceria biasanya. Biasanya Wiliam benci dan akan cemburu ketika Adi mengajak Juwita berbicara, namun kali ini tidak. Adi dan Rani terus menanyakan kondisi Juwita secara berkala, Juwita masih menanggapinya seperti biasa dengan senyum sumringahnya namun tak selang lama Juwita kembali murung.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

“Juwita, nanti aku ke rumah Wiliam. Aku akan membawakanmu beberapa baju bekasku,” ucap Camila dari bangkunya sedikit berteriak hingga semua orang di kelas dapat mendengarnya.

Juwita mengangguk sambil tersenyum. Mengabaikan semua orang yang menatapnya dengan pandangan hina.

“Kamu apa gak berlebihan ngasih dia baju segala?” tanya salah satu teman Camila.

“Apa dia meminta baju bekasmu agar terlihat kaya?” tanya teman Camila yang lain.

Camila tersenyum lalu menggeleng. “Aku hanya sedang melakukan sedekah, mungkin kalian juga bisa melakukannya. Tinggal pilih pakaianmu yang tidak di pakai lalu berikan saja pada Juwita. Dia pasti senang,” ucap Camila yang terdengar begitu menghina Juwita.

Rani mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Juwita. “Tidak apa-apa, aku juga sering menerima baju bekas majikanku,” hibur Rani.

Adi ikut mengangguk. “Aku juga, kadang aku membawanya ke kampung dan menjualnya kembali. Aku menyebutnya sebagai barang trifting!” ucap Adi yang ikut menghibur Juwita.

Juwita tersenyum lalu mengangguk. “Aku punya adik di kampung, mungkin aku bisa membagi beberapa pakaian itu padanya juga,” ucap Juwita dengan ceria.

Wiliam yang melihat Juwita tengah menghibur diri tampak kesal dengan cara Camila mempermalukan Juwita, juga teman-teman satu gengnya yang begitu membenci orang-orang dari kalangan bawah seperti Juwita. Meskipun tak satupun yang melakukan tindakan pembulian seperti yang biasa mereka lakukan sekarang. Namun olok-olokan yang Camila dan gengnya lakukan terdengar begitu memuakkan.

Hingga jam makan siang datang. Juwita masih menahan nyeri diselangkangannya yang semalam dipaksa mengangkang oleh Wiliam tak kuat untuk berjalan ke kantin. Tenaganya sudah habis saat ia harus bersepeda ke sekolahan dan berjalan ke kelas. Sampai akhirnya ia nyaris pingsan ketika berjalan bersama Adi dan Rani yang langsung membantunya pergi ke UKS untuk dirawat.

“Mana Juwita?” tanya Camila begitu melihat Adi dan Ria masuk ke kantin tanpa Juwita.

“J-Juwita sakit, tadi sudah hampir pingsan. Dia di UKS,” jawab Rani lalu buru-buru pergi sebelum terjebak dan menjadi bulan-bulanan Camila dan gengnya.

Wiliam membelalakkan matanya terkejut mendengar Juwita yang sakit bahkan hampir pingsan. Wiliam begitu khawatir dengan kondisi Juwita. Namun untuk menemui Juwita sekarang juga jelas tidak mungkin.

Sampai akhirnya salah satu teman Wiliam mengajaknya untuk bermain golf. Wiliam langsung memanfaatkannya untuk kabur dari Camila dan bergegas menemui Juwita.

39
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share