Bab 12 – Rahasia Kita🔞
Wiliam
membelalakkan matanya kaget dengan ciuman dari Juwita yang begitu mendadak
namun juga membuatnya begitu senang dan berbunga-bunga. Namun belum Wiliam
membalasnya tiba-tiba Juwita sudah melumat bibirnya dengan cukup berani yang
seketika membuat adrenalin Wiliam naik layaknya menaiki rollercoaster.
Wiliam
tentu tak mau kalah dengan apa yang dilakukan Juwita padanya. Wiliam membalas
lumatan Juwita, Wiliam tentu tak ingin kalah dari Juwita yang sudah memulai dan
menunjukkan keagresifannya. Wiliam tak mau melewatkan kesempatan yang begitu
jarang ia dapatkan ini.
Wiliam
mulai melumat bibir Juwita lalu menghisapnya pelan, lalu mulai menjulurkan
lidahnya dan menjelajahi mulut Juwita. Beradu dengan lidah Juwita yang terus
bersilat dengannya. Saling hisam sembari bertukar saliva seolah sedang kehausan
dan terdampar di gurun yang panas.
Nafas
Juwita mulai tersengal seiring Wiliam yang mulai menindihnya seolah berkuasa
seutuhnya atas tubuh Juwita yang lemah. Juwita meraba bahu dan punggung Wiliam
dengan lembut, sembari perlahan melepaskan kancing kemeja Wiliam secara
perlahan.
“Juwita,
jangan pergi…” lirih Wiliam sambil menatap Juwita dengan pandangan sedih dan
sayu juga nafas yang masih tersengal.
Juwita
mengangguk sambil mengatur nafasnya dengan pandangan yang sama sayunya dengan
Wiliam.
Wiliam
kembali mencumbu bibir Juwita lalu menciumi pipi hingga telinganya, mengigit
pelan daun telinga Juwita hingga ia memekik menahan geli. Jemari lentik Juwita
masih melepaskan kemeja yang digunakan Wiliam. Wiliam juga tak mau kalah dan
tinggal diam, ia mulai menciumi leher hingga ke dada Juwita lalu memberikan
sebuah tanda kepemilikan disana.
Wiliam
terus bergerak kebawah. Juwita membiarkan Wiliam yang ingin menjamah tubuhnya
lebih lagi itu dengan pasrah. Bahkan hari ini Juwita sengaja menggunakan set
bra g-string kali ini berjaga-jaga jika Wiliam menginginkannya, mengingat
Wiliam yang selalu menginginkan keintiman dengannya. Tepat saja, sekarang
Juwita mengenakannya dan ia bisa menunjukkan kemolekannya pada Wiliam.
“Juwita,
aku ingin memilikimu. Aku ingin bercinta denganmu!” seru Wiliam yang sudah tak
tahankan diri lagi dan langsung melepaskan celana dan atasannya yang sudah
dibuka oleh Juwita.
Juwita
mulai ragu dengan apa yang ia lakukan. Ia teringat pada ucapan ibunya untuk
tidak menggoda Wiliam atau tergoda akan bujukan Wiliam. Namun disisi lain ada
rasa egois yang menyelimutinya, ada hasrat dan keinginan untuk memiliki Wiliam
seutuhnya. Seperti saran Camila dan Wiliam hari ini.
“Tuan, jika
kita melakukannya kita akan menyesali ini semua,” tahan Juwita berusaha
menyadarkan Wiliam.
Wiliam
menggeleng pelan. “Aku tidak akan menyesalinya, toh aku juga ingin membuatmu
hamil. Aku menginginkanmu, aku mencintaimu. Tidak ada hal yang perlu di
khawatirkan!” Wiliam berkeras sambil menelanjangi Juwita.
Juwita
terdiam pasrah. Ia menginginkan Wiliam juga. Ia merasa sesekali berhak juga
untuk egois dan memikirkan kebahagiaannya juga.
Seiring
dengan pikirannya tersebut dan perasaannya yang sedang dimabuk asmara oleh
Wiliam. Juwita membiarkan Wiliam menjamah tiap jengkal tubuhnya. Membiarkan
Tuannya itu menjilati dan menumpahkan hasratnya yang sudah ditahan pada tubuh
indahnya.
“Shhh…ahhh…Tuanhhh…”