Jalu melihat pesan dari Lily yang ia
arsipkan setelah sekian lama. Lily sempat menelfonnya dan mengirim beberapa
pesan padanya. Jalu begitu merasa bersalah pada Lily yang sudah ia abaikan.
Mungkin bila ia menanggapi pesan itu semalam ia bisa menjenguk Lily dan
membawanya pulang secara paksa, atau paling tidak membawanya kerumah sakit atau
hotel untuk merawatnya. Tapi ia malah kalah dari Taji.
Ada rasa takut di hati Jalu,
bagaimana bila Taji memperlakukan Lily lebih baik dan membuat Lily nyaman juga
menukai Taji lebih daripada dirinya. Meskipun Jalu juga tak pernah menunjukkan
perhatian sebaik Taji yang ceria dan hangat. Taji idola meskipun ia berhenti
jadi idol setelah baru setahun ia debut dan tiba-tiba tertarik dengan politik dan
terkena skandal dengan beberapa wanita.
Sementara Jalu selama ini begitu
dingin dan kasar pada Lily sejak ia jatuh hati, demi menutupi perasaannya. Tapi
Jalu tetap percaya semakin sedikit kebaikan yang ia tunjukkan pada Lily maka
akan semakin membekas kebaikan itu. Tentu saja teori itu hanya di yakini Jalu
tanpa ada pembuktian dari teorinya. Tapi Jalu tetap yakin.
“Kak, kamu suka sama anaknya pak
Surya?” tanya Robi setelah Alma dan mamanya pulang.
Jalu menghela nafas pelan lalu
mengangguk. Sial aku di tahan lagi, batin Jalu yang kesal tak bisa langsung
tancap gas menemui Lily menyusul taji yang sudah duluan kesana.
“Apa mau langsung kita lamar aja
besok? Sekalian waktu pesta kelulusanmu,” tawar Robi yang merasa semakin cepat
anak-anaknya berrumah tangga semakin baik.
Jalu mengangguk pelan. Ia juga
berpikir begitu. Tapi dari semuanya atau pilihan yang akan ia ambil bersama
Alma kedepannya. Jalu ingin memberitahu Lily terlebih dahulu.
“Oke, bagus kalo kamu mau. Papa
seneng, Alma juga keliatannya baik penyayang. Orang tuanya juga jelas,
pendidikannya bagus,” ucap Robi memberi restu tanpa di minta.
Jalu mengangguk sambil tersenyum
penuh kemenangan. Rasanya sebentar lagi kemenangan atas papanya yang tak pernah
bisa bekerja sama dengan keluarga Waloh itu akan segera ia raih. Mungkin ia
bisa mengakuisisi semuanya. Ia tinggal memanipulasi perasaan Alma dan pelan
tapi pasti ia akan memenangkan semuanya.
“Terus kamu mau nyiapin apa buat
lamar dia besok?” tanya Robi memastikan persiapan putranya.
“I don’t know, aku mau
nengokin Lily dulu,” jawab Jalu yangmasih teringat pada Lily.
“Jangan terlalu memfokuskan dirimu
sama adikmu itu, dia punya kehidupannya sendiri. Dia bakal punya keluarganya
sendiri juga. Selain itu dia juga cuma perempuan yang di adopsi mamamu. Cepat
atau lambat dia bakal pergi juga,” ucap Robi mengingatkan karena tak suka
melihat Jalu bila terlalu posesif dan protektif pada Lily. “Papa pengen punya
tambang minyak, mungkin Lily bakal papa jodohin sama anaknya temen papa,”
sambung Robi lalu melangkah meninggalkan Jalu.
“What?! Kenapa di jodohin?
Apa masih kurang yang sekarang?” tanya Jalu kaget dan tak terima dengan rencana
papanya.
“Apa salahnya jadi lebih kaya?” Robi
mengembalikan pertanyaan pada Jalu.
Jalu hanya bisa geleng-geleng
kepala.
Robi tertawa kecil. “Calm down, baru
rencana,” ucap Robi santai sebelum ia ribut dengan putranya dan istrinya tau
dengan rencananya.
●●●
Lily yang semula ingin berlama-lama
menikmati jamborenya memilih untuk ikut pulang bersama Taji. Karena ia tak bisa
menahan tangisnya dan terlanjur beralasan bila perutnya kembali sakit hingga ia
menangis. Alasannya juga di dukung dengan suhu tubuhnya yang kembali demam.
“Loh adek pulang awal, jamborenya
gimana?” tanya Naila yang menyambut kepulangan Lily dan Taji di tengah dinnernya
bersama Robi.
“Lily demam Ma, sakit. Aku bawa
pulang aja,” jawab Taji sambil merangkul Lily.
“Ya Allah, udah ke dokter belum
Kak?” tanya Naila yang beralih ke Taji karena Lily tampak begitu lemas.
Taji mengangguk lalu berjalan menuju
kamar Lily, karena harus melewati tangga ia jadi sekalian menggendong Lily.
Jalu yang ada janji dengan Alma
melihat betapa lemasnya Lily hingga harus di gendong Taji. Jalu ingin mengambil
alih Lily dan menghujaninya dengan banyak perhatian. Tapi ada janji yang harus
ia temui dan Jalu juga tak mau lepas kendali terhadap Lily saat ini. Tidak.
Tidak saat ini.
“Kencan Kak?” tanya Naila yang
melihat Jalu turun dari kamarnya.
Jalu mengangguk lalu tersenyum dan
memeluk mamanya sebelum pergi.
“Hati-hati ya anak gantengnya mama,”
ucap Naila lalu kembali melanjutkan dinnernya bersama suaminya lagi.
Tak selang lama Taji kedatangan
tamu, pacarnya yang sekalian datang untuk menjenguk Lily setelah mendapat kabar
dari Taji kalau malam ini tak dapat pergi kencan karena adiknya sakit. Tentu
saja Taji dan Amanda kekasihnya tidak sekedar mengobrol atau makan malam berdua
di taman belakang. Biasanya Amanda akan menginap di rumahnya juga karena memang
sudah akrab dengan Naila dan Robi juga mengijinkan.
●●●
Setelah Taji meninggalkannya sendiri
di kamar. Lily mulai membersihkan wajahnya. Ia sudah sempat mandi saat di rawat
di rumah sakit sebelum pulang. Tak ada skincare routine yang Lily
lakukan. Airmatanya masih berjatuhan mengingat Jalu yang akan segera menikah.
Ia tau ia tak berhak sedih atau melarang keputusan Jalu dan keluarga yang sudah
memungutnya ini. Tapi dari hatinya ia sungguh sangat sedih, patah hati, dan
sakit. Bahkan menangisi keputusan Jalu seperti saat ini pun rasanya begitu tak
tau diri dan lupa daratan.
“Lily…” panggil Jalu pelan dan
nyaris berbisik sepulangnya dari acaranya.
Lily sudah terlelap setelah lelah
menangis dan memang kondisi tubuhnya yang kurang fit.
Jalu duduk di temmpat tidur Lily
lalu menempelkan plester demam ke keningnya. Jalu mengecup ujung kepala Lily
lalu tiduran di sampingnya setelah membenarkan selimutnya.
“Kamu ngapain sakit, bikin khawatir aja,” bisik Jalu lalu memelu Lily dan kembali mengecup kepalanya sambil menghirup aroma manis dan bunga dari tubuh Lily dalam-dalam sebelum ia pergi kembali ke kamarnya.
0 comments