Jalu tak pernah ada di rumah lagi
setelah pengakuan Lily. Bukan hari yang mudah juga untuk Lily melalui harinya
tanpa bisa melihat Jalu. Move on tidak semudah yang Lily bayangkan. Bila
sebelumnya ia hanya patah hati sekarang ia juga merasakan kesepian dan kekosongan.
Meskipun Jalu tak pernah hangat dan lembut padanya, tapi mendengar omelan dan
makian Jalu ternyata lebih baik dari pada saatt Lily sama sekali tak dapat
melihatnya begini.
Jalu membelikannya ponsel baru tentu
saja. Keluaran terbaru yang paling canggih. Jalu juga rutin mengiriminya
makanan manis atau apapun yang Jalu tau itu adalah hal-hal kesukaan Lily. Tapi
yang Lily rasakan setiap menerima barang dari Jalu yang di antarkan pelayan
padanya terasa seperti Jalu sedang menebus rasa bersalahnya. Jalu hanya sedang
membayar rasa sakit hatinya. Tidak lebih dari itu.
Persiapan pernikahan terus berjalan.
Bahkan hari menuju pernikahan Jalu terasa begitu dekat bagi Lily yang masih
saja belum siap melepaskan Jalu untuk wanita lain itu. Hari demi hari berlalu.
Kamar Jalu perlahan mulai di kosongkan. Lily dapat kabar kalau Jalu akan pindah
ke rumah barunya bersama Alma setelah menikah nanti. Lily langsung menyimpulkan
bila hanya ia yang jatuh cinta dan Jalu hanya berusaha menjadi kakak yang baik.
Tapi ia dengan bodohnya salah mengartikan sikap Jalu.
Kesimpulannya sudah jelas. Jalu
jijik padanya dan Jalu yang memutuskan angkat kaki dari rumah masa kecilnya itu
sudah sangat jelas. Memikirkan kesimpulan-kesimpulan yang Lily ambil sepihak
membuatnya makin sakit hati. Tapi saat ia masuk ke kamarnya sepulang dari
sekolah tiba-tiba ia mendapati kado dari Jalu yang terlihat cukup aneh.
“Ini apaan?” gumam Lily heran yang
melihat celana dalam dan bra lamanya yang ada dalam sebuah box hadiah dari Jalu
tanpa ada pesan apapun.
Lily ingin menghubungi Jalu dan
menanyakan apa maksudnya memberi kado itu padanya mengurungkan niatnya. Apa
Jalu bermaksud memberi tahu bila Lily sudah semurah itu? Atau Jalu ingin
menunjukkan kalau Lily tak lebih dari pakaian dalam bekas yang menjijikkan? Tak
berharga? Entahlah yang jelas begitu banyak pertanyaan liar di kepala Lily yang
tak mungkin di tanyakan lewat chat.
Dua hari setelah Jalu mengirimkan
hadiah pakaian dalam bekas milik Lily itu, Jalu kembali mengirimkan hadiah aneh
lainnya. Foto-foto Lily yang entah kapan di ambilnya baik saat cantik dan siap
di foto atau saat Lily tak siap difoto, dari foto yang Lily posting di sosial
media lalu dimarahi Jalu karena terlalu sexy sampai fotonya saat terlelap di
kamarnya. Tapi yang paling mencengangkan dari itu semua ada sebuah flashdisk
berisi vidionya saat sedang di kamar mandi. Banyak sekali videonya saat
sedang mandi dan telanjang di sana. Bahkan Lily sampai malu sendiri melihatnya.
Tapi Lily tetap tak berani
menanyakan apapun pada Jalu dan merasa mungkin itu bentuk ancaman Jalu padanya
kalau ia macam-macam dan bersikap tidak tau diri.
Dua hari setelahnya ada kado aneh
lagi dari Jalu. Sebuah sex toy dan gel pelumas yang sudah habis ada
begitu banyak di dalam box yang kali ini begitu besar. Berbeda dari sebelumnya
kali ini ada sebuah pesan yang di tinggalkan Jalu di dalamnya.
‘Ini belum semuanya, ada yang lebih
mengejutkan lagi nanti. Siapkan dirimu.’
Pesan ambigu yang tak bisa Lily
cerna dengan baik. Hingga akhirnya sampai pada hari baik yang terasa seperti
hari penghabisan untuk Lily. Pernikahan Jalu dan Alma. Lily tetap mengenakan
pakaian yang sudah ia pilih dan pesan sebelumnya. Tampil menawan dan sexy
seperti biasanya juga bertingkah seperti tak pernah terjadi apa-apa.
“You look good,” pujian yang
pertama kali Jalu lontarkan setelah lama tak bicara dan bertemu dengan Lily.
Jalu menatap Lily yang mengenakan
gaun berwarna merah dengan belahan kaki hingga nyaris ke pangkal pahanya itu
dengan santai dan tanpa penghakiman seperti sebelumnya. Lily merasa takut pada
Jalu yang tiba-tiba baik padanya begini.
“Balas aku Lily, tunjukkan
pembalasan terbaikmu,” ucap Jalu lalu mengelus punggung Lily yang terekspose
itu dengan punggung tangannya.
Lily menghindar dan langsung
berjalan keluar meninggalkan Jalu di ruang make upnya. Tak lama Jalu
ikut keluar bersama Alma yang ia gandeng dengan sumringah menenteng sebuah
buket bunga.
“Aku pengen nyanyi,” ucap Lily tiba-tiba.
Bila sudah terlanjur dan sudah
melangkah sejauh ini ia hanya bisa jadi berani dan melakukan apa yang di
katakan hati kecilnya. Hidup hanya sekali. Bila Lily di buang, ini juga bukan
kali pertamanya di buang. Lily siap menerima hal terburuk yang bisa ia terima.
Apapun konsekuensinya Lily siap.
Lily melangkah keatas panggung.
Semua tamu pesta resepsi Jalu bertepuk tangan riuh menyambut Lily yang naik ke
panggung.
“Di hari istimewa kali ini. Ini
pertama kalinya aku berani kepanggung buat nyanyi,” ucap Lily terlihat
malu-malu yang sebenarnya menahan takut. “Aku udah hafalin lagu ini dari lama
banget, lagu tersimpel dan terbaik dari Marilyn Monroe,” Lily memamerkan senyum
manisnya sebelum akhirnya musik berputar.
Jalu menatap Lily tak percaya. Ia
tak menyangka Lily akan benar-benar melakukan pembalasannya tapi di sisi lain
Jalu juga senang setidaknya sekarang ia merasa impas dengan Lily. Sementara itu
Taji merasa tidak sia-sia dirinya menjadi idol dulu, karena adiknya jadi
pemberani dan bisa menyanyi karenanya.
“My Heart Belongs To Daddy…” ucap
Lily lalu mulai menggoyangkan pinggulnya seiring musik dan penyanyi latar yang
mengiringinya.
“My name is Lolita
And I'm not supposed to play with
boys
Moi?
Mon cลur est ร papa
You know, le propriรฉtaire
No!
While tearing off a game of golf
I may make a play for the caddy
But when I do, I don't follow
through
'Cause my heart belongs to Daddy…”
Lily berusaha menyanyikan lagu yang
ia bawakan dengan penuh penjiwaan sambil menatap Jalu dengan centil dan menantang di saat yang bersamaan.
“I will be your specialy Daddy as you wish,” gumam
Jalu pelan sambil menunjuk Lily yang malah dapat kerlingan mata dari Lily.
“Ya?” saut Alma yang merasa mendengar sesuatu dari
Jalu.
“Apa?” saut Jalu yang berpura-pura tak mengucapkan apa-apa agar Alma tak menaruh curiga padanya. [Next]
0 comments