Bab 36 – Lily Hamil
Sudah
seminggu Jalu berusaha menghibur Alma yang berkabung sambil rutin memastikn
kondisi Lily agar dalam kondisi yang baik juga. Awalnya semua berjalan lancar.
Lily tidak keberatan bila Jalu fokus pada Alma terlebih dahulu. Apalagi kondisi
yang di alami Alma jauh lebih menyakitkan daripada yang Lily alami.
Jalu juga
mengirimkan seorang supir dan seorang perawat untuk menemani Lily selama ia
sakit dan harus beristirahat di apartemennya. Jalu juga tetap memperhatikan
dengan terus menelfon Lily hampir setiap lima menit sekali meskipun perawatnya
bilang bila Lily sedang beristirahat.
Tapi hari
ini berbeda. Lily tak mengaktifkan ponselnya. Perawatnya pun hanya mengatakan
bila Lily tidak mau di ganggu di kamarnya setelah melakukan uji kehamilan
dengan test pack. Tentu saja hal ini membuat Jalu panik. Antara kondisi Lily
juga bagaimana caranya bertanggung jawab atau menyembunyikan Lily kedepannya.
“Kakak
jemput aku bisa?” tanya Taji begitu Jalu mengangkat telfonnya.
“K-kamu
pulang? Kok gak ngabarim?” tanya Jalu balik yang begitu panik. Sudah istrinya
masih diam depresi, Lily yang belum jelas kabarnya apakah hamil atau tidak,
sekarang Taji tiba-tiba pulang dari studynya.
“Iya aku
mau kasih kejutan buat mama sama Lily,” ucap Taji yang makin membuat kepala
Jalu pusing karena masalah yang tiba-tiba menumpuk jadi satu padanya.
Sungguh
hari yang harusnya membuat Jalu bahagia karena adik-adiknya berkumpul terasa
begitu menyeramkan sekarang. Ia tak siap memberitau keluarganya bila sampai
Lily hamil. Setidaknya Jalu tidak siap mengatakannya pada Alma dan mamanya.
Jalu tak masalah bila papanya marah dan mengusirnya atau Taji yang akan
menghajarnya.
“Aku gak
bisa jemput, istriku sedih. Kamu di jemput supir aja ya Dek,” ucap Jalu.
“Oh, oke
deh nanti aku sekalian mampir ke apartemen Lily. Katanya Lily demam kemarin,
biar sekalian bisa pulang istirahat di rumah,” ucap Taji yang benar-benar
membuat Jalu panik.
“Lily sudah
pulang,” ucap Jalu yang akhirnya berbohong sebelum masalahnya makin berantakan
dan membesar.
●●●
“Mbak, ini
gimana aku hamil,” ucap Lily bingung antara senang dan takut pada perawat yang
di minta Jalu untuk menjaganya.
Perawat
yang menjaga Lily juga bingung harus memberi saran bagaimana. Karena mengira
Lily adalah adik Jalu dan tidak mungkin ada kejadian semembingungkan ini.
“Gimana
kalo USG dulu aja? Biar jelas,” saran si perawat yang di turuti Lily.
Airmata
Lily tak bisa ia tahan begitu ia di USG dan terlihat janin yang sudah berusia
dua bulan di dalam rahimnya. Ia senang bisa mengandung janin dari orang yang ia
cintai, tapi cinta saja tidak cukup. Perutnya pasti akan terus membesar dan
tidak mungkin selama 7 bulan kedepan ia tidak menemui keluarganya sama sekali.
Samahalnya
dengan Jalu. Hamil dan punya anak bukanlah hal yang berat. Tapi menghadapi keluarga,
lain lagi ceritanya. Apa lagi Lily berstatus sebagai anak angkat di keluarga
Jalu. Tentu saja akan sangat sulit untuk jujur dan mengatakan apa yang
sebenarnya terjadi.
Lily
berusaha tenang dan mengabari Jalu terlebih dahulu. Lily mengirimkan foto
USGnya dan hasil pemeriksaannya yang menyatakan janin dalam kandungannya yang
begitu sehat dan kondisinya yang juga baik-baik saja.
“Jangan
khawatir, nanti kita bilang ke papa. Kita jujur ke semuanya, jangan berfikiran
negativ semua akan baik-baik saja,” ucap Jalu meyakinkan Lily.
“Aku takut
di marahin Papa Mama,” ucap Lily sambil menangis.
“Tenang
saja, aku akan bertanggung jawab atas bayi kita,” ucap Jalu berusaha meyakinkan
Lily agar tenang dan tidak gegabah.
“Kak Taji
bilang dia pulang hari ini, aku takut kak Taji kecewa sama aku,” ucap Lily
sedih.
“Jangan
menangis, kita akan menghadapi semuanya sama-sama, jangan khawatir…”
“Mas, kamu
bayi kita? Kamu bicara sama siapa?” tanya Alma yang terdengar di telfon dan
cukup mengejutkan Lily juga Jalu.
Lily hanya
bisa diam sambil menangis. Ia sudah siap bila harus di usir dari keluarga yang
sudah mengadopsinya itu. Ia juga mulai menyiapkan diri bila ia harus kehilangan
Jalu sekalipun. Pikiran Lily begitu tidak tenang. Bahkan ada ketakutan bila ia
diminta untuk mengaborsi janinnya.
●●●
“Aku gak
gila, aku gak berkhayal! Selama ini ketakutanku benar! Kekhawatiranku benar!
Kamu benar-benar mengkhianati aku sama Lily!” ucap Alma begitu melihat foto
hasil USG Lily yang di kirimkan pada Jalu.
Jalu pasrah
menerima segala umpatan dan amukan Alma. Ia sudah tidak bisa mengelak
sedikitpun lagi. Bangkai tetap bangkai, serapat apapun ia menyembunyikannya
baunya tetap akan tercium.
“Lily itu
adikmu Mas! Gimana bisa kamu selingkuh sama adikmu sendiri!” teriak Alma
meluapkan emosi dan kekecewaannya pada Jalu. “Gimana bisa kamu tega lakuin itu
sama adik kandungmu sendiri?!” jerit Alma tak habis pikir pada apa yang sudah
di lakukan suaminya.
“Lily bukan
adikku,” lirih Jalu pelan yang membuat Alma terdiam lebih kaget daripada saat
ia mengetahui perselingkuhan Jalu.
“Apa
maksudmu?” tanya Alma tak habis pikir dengan ucapan Jalu setelah selama ini
begitu membela Lily sebagai keluarga dan adiknya sendiri.
“Lily di
adobsi keluargaku waktu umurnya 2 tahun gara-gara mama gak bisa lupain Zara
meskipun udah ada Taji,” jawab Jalu.
Alma begitu
kaget sampai hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar fakta yang baru di
ungkap suaminya.
“Mama
pernah ngalamin kecelakaan besar yang bikin Ibu Uti nenekku sama Zara adikku
meninggal ditempat, mama trauma berat dan terjebak dalam ingatannya waktu mau
pergi imunisasi sebelum kejadian itu. Meskipun papa berusaha memulihkan mama,
bawa mama ke psikolog sampai psikiater, kondisi mama gak membaik juga. Bahkan
meskipun mama udah melahirkan Taji, di beberapa hal yang bikin mamaku keinget dan
trauma sama kejadian itu. Habis itu karena dokter meyarankan mama buat rawat
inap di RSJ, papa gak terima dan gak mau. Papa marah besar. Akhirnya papa
memutuskan buat mencari anak perempuan yang sesuai untuk menggantikan Zara.
Dipilihlah Lily, anak kecil yang di buang orang tuanya,” dengan berat hati Jalu
menceritakan rahasia keluarganya.
Alma
mengusap wajahnya dengan perasaan yang begitu bercampur aduk. “Sejak kapan kamu
suka sama Lily?” tanya Alma.
“Sejak dia
kelas 5 SD aku tertarik sama dia, perasaanku makin gak terkontrol seiring
berjalannya waktu. Sampai akhirnya aku mengakui perasaanku dan Lily juga
menyimpan perasaan sama aku,” aku Jalu dengan jujur.
“Kenapa
kamu tetep nikahin aku?” tanya Alma tak habis pikir dengan segala kegilaan
Jalu.
“Ku kira aku bisa fokus ke kamu dan melupakan Lily, ku kira kamu bisa gantikan Lily di hatiku, aku menyiapkan diriku buat melupakan Lily tapi pada akhirnya aku gagal,” jawab Jalu jujur lalu duduk bersimpuh meminta maaf pada Alma yang menangis kecewa karenanya.