0
Home  ›  Bad Brother  ›  Chapter

Bab 15 – Antara Kita

Bab 15 – Antara Kita-1

Sebelum sampai ke rumah Jalu dan Lily menyempatkan makan terlebih dahulu di restoran cepat saji salah sebuah mall. Jalu menggenggam tangan Lily dengan erat sesekali menciuminya lalu saling tatap dan tersenyum ceria. Masih ada rasa sesal dan bersalah di hati Lily. Tapi sisi lain dalam dirinya juga menikmati semuanya dan merasa lega setelah mendapatkan semuanya.

“Itu temenmu bukan?” tanya Jalu sambil melirik gerombolan anak SMA yang baru pulang sekolah.

Lily menatap arah yang Jalu lirik lalu menggeleng. “Kayaknya adek kelas,” jawab Lily lalu melahap kentang gorengnya.

Jalu mengangguk paham lalu kembali menggenggam tangan Lily. “Rasanya aku pengen kabur berdua sama kamu selamanya. Aku bosen sama Alma. Kalo bukan karena perusahaan keluarganya aku ga bakal kayak gini,” ucap Jalu lalu menghela nafas.

Lily mengangguk pelan. Ada rasa senang di hatinya mendengar Jalu yang jelas jauh lebih menyukainya daripada Alma. Tapi seketika itu juga hatinya juga terasa sakit saat membayangkan bagaimana bila posisi Lily yang ada di posisi Alma saat ini. Betapa jahatnya Jalu yang hanya memanfaatkan gadis polos itu.

“Masih mau tambah gak?” tanya Jalu setelah Lily menghabiskan ice creamnya dan meminum soda.

Lily menggeleng. “Ayo pulang,” ajak Lily lalu bangun dari duduknya setelah merapikan mejanya agar cleaning service bisa membersihkan mejanya dengan mudah.

Tak banyak pembicaraan yang Jalu dan Lily bicarakan. Meskipun Jalu berusaha memulai pembicaraan dan mencari topik pembicaraan. Sampai akhirnya Jalu menyadari ada yang salah pada adiknya yang sama sekali jadi tak bersemangat setelah berhubungan intim dengannya.

“Lily, ada apa?” tanya Jalu. “Aku tidak mau di diamkan lagi,” sambung Jalu sambil menghentikan mobilnya di tengah halaman rumahnya.

Lily menggeleng. “Aku bingung kak sama perasaanku. Aku seneng akhirnya bisa sama kakak, tapi disisi lain aku merasa bersalah sama Kak Alma. Aku merasa jahat sebagai seorang perempuan. Aku gak mau kayak gini lagi,” ucap Lily dengan mata berkaca-kaca.

Jalu menggeleng, jelas Jalu tidak mau awal kebahagiaannya hari ini juga menjadi akhir kebahagiaannya di waktu yang bersamaan. Jalu tentu saja tak mau melepaskan Lily begitu saja setelah sekian lama menanti hari ini datang.

“Aku ga mau jadi orang yang merebut kebahagiaan orang lain. Aku bukan orang yang egois kak! Aku ga bisa gini terus. Aku ga mau di hantui rasa bersalah. Harus sembunyi-sembunyi. Main rahasia-rahasiaan. Aku ga mau hidup di hantui bayang-bayang, aku capek kayak gitu terus,” ucap Lily lalu melepaskan sabuk pengaman yang ia pakai dan berusaha keluar dari mobil.

Jalu jelas dengan sigap menahannya. Tapi Lily langsung mengibaskan tangannya tak mau di tahan dan tak mau di rayu lagi oleh Jalu. Lily tetap keluar dan berlari ke rumah meninggalkan Jalu sendirian di mobil.

Baca juga Bab 37 – Tabir Kelam

Jalu mengusap wajahnya dengan gusar sambil menghela nafasnya, sebelum akhirnya frustasi dan mengadu kepalanya dengan stir mobilnya.

●●●

Alma terus bersama Jalu begitu ada di rumah dan berusaha menunjukkan kemesraan layaknya pasutri baru yang sedang kasmaran. Jalu tak terlihat bersemangat saat bersama Alma apa lagi ia baru saja bertengkar dan belum berhasil membujuk Lily lagi, meskipun Jalu juga tidak menolak saat Alma melayaninya di meja makan juga tetap memakai pakaian yang di siapkan Alma untuknya.

Lily juga mendapat beberapa hadiah dari Alma. Sebuah selimut yang sama seperti yang dulu ia berikan pada Jalu, sebuah ponsel baru, beberapa perhiasan dan satu set alat make up. Lily hanya menyingkirkan pemberian Alma ke atas meja belajarnya. Lily sudah dapat semuanya dari Jalu, selain itu rasanya terlalu jahat bila Lily tetap menerima pemberian Alma setelah ia berhubungan intim dan merasakan betapa nikmatnya Jalu.

“Lily,” Alma langsung membuka pintu kamar Lily dan melongokkan kepalanya memastikan Lily ada di dalam sana.

Lily terkejut, Lily yang awalnya ingin mengganti pakaiannya jadi mengurungkan niatnya. “Hai…” sapa Lily canggung.

“Aku ga tau Lily suka apa, suamiku ga pernah bicarain apa-apa soal Lily,” ucap Alma yang sungguh membuat hati Lily hancur dan merasa bersalah di saat bersamaan. “Aku ga pernah punya adik perempuan, aku gak paham apa yang lagi hits di remaja seumuranmu,” sambung Alma lalu duduk di atas tempat tidur Lily.

Lily menatap Alma lalu tersenyum canggung. “Kak Alma anak tunggal?” tanya Lily mengalihkan pembicaraan.

Alma diam cukup lama untuk menjawab pertanyaan sederhana itu. “Em… secara de jure aku anak tunggal, tapi secara de facto aku punya kakak perempuan,” jawab Alma sambil tersenyum berusaha menguatkan hatinya.

Baca juga Bab 36 – Lily Hamil

“Oh, sorry. Aku ga tau, turut berbela sungkawa kak,” ucap Lily yang malah membuat Alma tertawa terbahak-bahak.

“Kakakku belum meninggal. Dia Cuma di coret dari KK dan sebagai pewaris saja. Dia lebih memilih buat menikah sama pasangan lesbinya yang jadi transgender. Sttt! Jangan bilang siapa-siapa ya, ini rahasia kecil kita,” ucap Alma ceria sambil berkedip pada Lily.

Lily mengangguk sambil tersenyum.

“Aku baru tau kalo Lily sekolah pakek jilbab. Lily keliatan cantik, kayak ukhti-ukhti. Bikin iri deh, Lily pakek baju sexy cantik pakek hijab juga cantik,” ucap Alma berusaha menyanjung Lily agar bisa dekat dengannya.

Lily hanya tersenyum lalu mengusap tengkuknya yang tak gatal.

“Besok abis aku ngajar, pulang sekolah kita belanja yuk, shopping beli baju,” ajak Alma tiba-tiba.

“B-besok?” Lily teringat pada janji Jalu yang akan membawanya memasang suntikan hormon progestin agar bisa aman berhubungan intim dengannya.

“Iya, aku pengen dandanin Lily pakek baju-baju muslim gitu. Kemarin waktu Lily nyanyi di resepsiku banyak coeok hidung belang deketin Lily. Papa bilang tadi katanya Lily pengen cepet punya pasangan juga. Aku jadi semangat buat bantu Lily,” ucap Alma begitu terus terang.

“Adek!” seru Taji yang masuk ke kamar Alma bersama Amanda. “Lily aku sama kak Amanda mau main trampoin, mau ikut ga?” ajak Taji.

“Nanti ada adekku juga,” ajak Amanda dengan ceria. “Adekku yang pemain basket itu,” sambungnya.

“Wuuuu pemain basket!” seru Taji ikut mengompori.

Lily menggeleng sambil tertawa mendengar ajakan Taji dan kekasihnya itu. “Aku mau belajar,” tolak Lily. “Kita main malem minggu aja,” tawar Lily.

Taji dan Amanda terlihat sedih Lily tak bisa ikut tapi mereka tetap pergi. Sementara Alma merasa bila Lily cukup pemilih dan akan sulit bisa dekat dengannya. Sementara Lily sebenarnya merasa ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu setelah melalui begitu banyak hal hingga memberikan keperawanannya pada Jalu pada akhirnya. 

Bab 15 – Antara Kita-2


36
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share