0
Home  ›  Bad Brother  ›  Chapter

Bab 34 – Sekertaris Baru

Bab 34 – Sekertaris Baru-1

Jalu menerima beberapa laporan dari pelayannya di rumah. Ia hanya menghela nafas dan tak ambil pusing. Lagi pula Alma juga pernah menceritakan soal Andre psikiaternya, tapi begitu pelayannya mengirimkan gambar-gambar dimana Alma berpelukan dan menangis dalam dekapan Andre, senyum langsung tersungging di bibir Jalu. Ia memiliki kesempatan untuk menggugat Alma nantinya.

Setelah kejadian itu Jalu juga makin dingin pada Alma. Setiap ia selesai berhubungan intim, Jalu akan langsung mandi dan tidur atau menyibukkan dirinya agar bisa mengabaikan Alma dan membuatnya tidak betah dengan hubungannya sendiri. Jalu juga mulai sering membuat ijin yang cukup mengada-ada agar ia bisa keluar kota tanpa mengajak Alma hanya demi bisa menginap di apartemen milik Lily selama kuliah.

“Mas, kita perlu bicara,” ucap Alma dengan matanya yang sembab menyambut kepulangan Jalu.

Jalu menghela nafas lalu duduk di samping Alma untuk mendengarkan apapun yang akan Alma ucapkan padanya.

“Kamu berubah, kamu mengabaikan aku, kamu sering pergi keluar, kamu bahkan bohong soal acara kantor yang mengharuskan kamu menginap. Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari aku? Apa ada sesuatu yang ingin kamu katakan padaku? Apa aku bikin salah sama kamu?” cecar Alma langsung.

“Aku memang begini Alma. Aku tidak berubah, mungkin kamu yang baru melihat sisi diriku yang lain. Aku juga kaget dan merasa kamu berubah waktu kamu benci sama Lily dan gak bisa benar-benar akur dengan keluargaku,” jawab Jalu membalikkan keadaan.

“Kamu tau aku ga punya keluarga yang harmonis, kamu tau aku punya masalah dengan kepercayaan, kamu tau kamu satu-satunya orang yang kucintai dan kumiliki saat ini,” ucap Alma memelas.

Baca juga Bab 37 – Tabir Kelam

Jalu menggengga tangan Alma. “Berapa kali aku mencoba membawamu merasakan keluarga ideal dan harmonis dalam keluarga besarku? Berapa kali aku berusaha memberikan kasih sayang sesuai yang kamu inginkan? Berapa kali aku bersabar dengan sikapmu? Aku mencoba yang terbaik yang aku bisa Alma. Tapi kamu yang selalu merasa tidak pernah cukup,” ucap Jalu menenangkan Alma.

Alma mulai menangis sambil menatap Jalu. “Sebelumnya kamu ga pernah gini, kamu selalu baik ke aku. Hangat, sabar, penuh kasih sayang, kamu gak pernah diemin aku tanpa alasan yang tidak jelas seperti ini, kamu juga gak pernah meninggalkan aku setelah kita bercinta. Kamu berusaha menghindari aku Mas,” ucap Alma berusaha tegar.

Jalu diam lalu mengusap wajahnya dengan gusar. “Terus kamu mau aku gimana? Kamu bahkan selalu mencurigai Sari padahal kamu tau dia lebih tua dari aku dan punya suami, kamu terus-terusan menuduhku dengan hal-hal yang bahkan tidak benar-benar nyata Alma. Kamu menuduhku dengan hal-hal yang ada di pikiranmu, di dalam khayalanmu lalu menganggap semua itu nyata! Bahkan sekarang kita sedang memperdebatkan sesuatu yang tidak seharusnya kita perdebatkan,” tegas Jalu lalu mendekap Alma.

Alma menangis begitu tersedu-sedu dalam pelukan Jalu. Sudah lama sekali sejak Jalu memeluknya terakhir kali. Alma begitu merindukan Jalu lebih dari apapun, bukan hanya urusan ranjang saja tapi juga sikap dan kebersamaannya bersama Jalu.

“Aku kangen kamu Mas, aku kangen kamu yang dulu. Aku capek di diemin terus, aku capek kamu cuekin terus, aku pengen di perhatikan, aku pengen di sayang juga kayak kamu sayang ke Lily, kayak kamu sayang ke mama, aku pengen di perlakukan seperti itu juga, aku iri,” Alma menangis sambil memeluk erat Jalu.

Baca juga Bab 36 – Lily Hamil

Sejenak Jalu merasa bersalah pada Alma. Alma adalah gadis kaya yang ia gunakan untuk memenuhi egonya. Semata hanya agar bisa lebih keren dari papanya saja. Alma tidak salah dalam segala masalah bahkan sampai perubahan sikap Jalu. Semua Jalu yang membuatnya jadi runyam seperti ini.

“Aku capek ngerasa sendirian terus Mas,” rengek Alma mencurahkan isi hatinya. “Aku gak masalah kamu anggap aku berkhayal atau apalah terserah, aku merasa lelah harus mengemis dan memohon hanya demi sebuah perhatian kecil dari suamiku sendiri,” ucap Alma.

Jalu hanya diam. Rasa egoisnya dulu ternyata berbada dengan Alma yang ternyata mencintainya dengan sepenuh hatinya. Bahkan meskipun Jalu akui Alma menyebalkan, setidaknya sikapnya pada Lily menyebalkan, tapi Alma sudah mencoba dan berusaha menjadi menantu yang baik untuk orang tuanya.

Alma juga tetap berusaha menjadi istri yang baik untuk Jalu. Ia tetap ada di rumah menunggu Jalu pulang dan menemaninya di tiap kesempatan. Meskipun dengan segala sakit hati yang ia dapatkan, kesepian yang ia rasakan, Alma bisa pergi kemanapun dan dengan siapapun yang ia mau. Tapi ia memilih tetap di rumah, tetap menunggu suaminya pulang bekerja. Hanya demi bisa merasakan sedikit perhatian. Setiap hari, selalu begitu.

“Oke aku bakal bagi waktu dengan lebih adil sekarang. Aku berusaha lebih adil ke kamu,” ucap Jalu mengalah sambil mengelus punggung Alma.

Dalam hati Alma ia menginginkan Jalu yang menyadari betapa perlunya ia untuk memperhatikan Alma, memiliki waktu berdua, dan bersikap adil dengan apapun atau siapapun yang membuat perhatiannya teralihkan. Tapi Alma tak bisa banyak berharap. Dari awal ia menikah rasanya Jalu bukan pria yang memiliki inisiatif seperti itu. Paling tidak, tidak pada dirinya.

“Aku makan di luar tidak usah siapkan makan malam,” ucap Jalu pada pelayan yang hendak menyiapkan makan malam. “Ayo pergi keluar, kita perlu kencan sesekali,” hibur Jalu pada Alma.

Alma langsung mengangguk dengan senyu sumringah yang mengembang di bibirnya. Ia begitu senang suaminya kembali memperhatikannya.

Bab 34 – Sekertaris Baru-2

36
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share