Bab 25 – Program Hamil
Jalu
memikirkan benar-benar apa yang sebaiknya langkah yang ia ambil. Pertengkaran
kecil dengan Lily soal perasaan dan hati nuraninya membuat Jalu paham betapa
rumitnya perempuan dan hatinya. Jalu sadar hubungan rahasianya dengan Lily juga
salah dan karena hubungan itu pula rasanya sikap Lily jadi banyak berubah. Lily jadi lebih pendiam
dan pemurung, meskipun Lily juga tidak menolak ketika Jalu memeluknya atau
menciumnya dengan mesra. Awalnya Jalu bisa menikmatinya, tapi seiring
berjalannya waktu, Jalu jadi merasa hanya ia yang bersenang-senang dalam
hubungannya ini. Sementara Lily jadi banyak terbebani.
Jalu
mendatangi dokter yang sudah di jadwalkan papanya untuk mengetes kesuburannya.
Alma tak bisa melakukan pemeriksaan karena memang sedang haid. Jalu menjalani
pemeriksaannya dengan hasil yang tentunya sangat memuaskan. Sperma yang ia
hasilkan sangat bagus dan sehat serta baik untuk melakukan pembuahan.
Dua hari
setelah Alma selesai menstruasi. Jalu berencana mengajak Alma melakukan
pemeriksaan. Setidaknya meskipun Jalu tidak benar-benar ingin menghamili Alma,
ia juga penasaran apakah istrinya itu cukup subur atau tidak. Sekedar untuk
memastikan seberapa besar potensinya punya anak dari Alma. Paling tidak agar Jalu bisa mempersiapkan diri
dan menyiapkan hati Lily juga agar hubungannya tetap baik.
Tapi
masalah selalu muncul saat ia akan mengajak Alma periksa. Entah Alma yang
tiba-tiba haid lagi atau tiba-tiba nyeri dan kram perut yang membuatnya begitu
kesakitan. Jalu merasa kesal dan berfikir bila itu hanya alasan dan akal-akalan
Alma karena tak mau hamil. Meskipun Jalu juga tak mau menghamilinya juga.
Jalu sempat
ingin marah. Tapi ia ingat sudah dua hari ia menginap bersama Lily di rumah
tanpa gangguan dari Alma yang sakit. Sekarang Alma sudah selesai haid dan
seperti yang sudah-sudah biasanya Alma akan segera haid lagi sehari atau dua
hari setelahnya. Jadi malam ini Jalu bercinta dengan Alma.
Toh untuk
bersandiwara menjadi suami yang baik ia perlu melakukan ini juga. Jalu perlu
mencari alasan untuk berpaling dari istrinya pada usia pernikahan yang masih
seumur jagung ini. Perlu juga meyakinkan bila Alma yang membuatnya jadi
berpaling.
“Ku harap
kita bisa punya anak tanpa perlu program sebelumnya,” ucap Jalu pagi-pagi
setelah bercinta dengan Alma.
Alma
mengangguk sambil tersenyum tipis.
“Jangan
terlalu merisaukan soal bisnis keluargamu. Kita belajar secara pelan tapi
pasti. Selesaikan dulu kontrak kerjamu sembari fokus dengan keluarga kecil
kita. Setelah itu baru dengan bisnis keluargamu,” ucap Jalu yang hanya di
angguki Alma.
Alma sudah
tidak sabar ingin menguasai perusahaan. Tapi semakin ia memikirkan dan
memforsir energinya untuk itu, kondisi kesehatannya juga makin memburuk. Alma
juga melewatkan banyak malam tanpa bisa bercinta dengan suaminya. Alma sedikit
mengkhawatirkan bila sampai Jalu mencari kenikmatan dari tempat lain.
Alma mulai
mengendurkan semangatnya untuk mengejar ambisi yang baru ia miliki itu. Sakit
karena haid dan kram perut yang sering ia rasakan karena stres dan banyak
pikiran. Saraan dari suaminya sepertinya juga layak ia patuhi terlebih Alma
merasa belakangan Jalu sering menghabiskan waktu di luar dari pada bersamanya.
Meskipun Jalu juga selalu memberi tahu jadwal kegiatan hariannya dan mengatakan
bila ia di temani Lily atau orang tuanya. Kadang juga mamanya, Suzan, ikut
menemani Jalu.
Meskipun
lebih tepatnya Suzan yang minta ikut karena khawatir dengan hubungan rumah
tangga putrinya sekaligus menikmati ketampanan Jalu yang tak pernah bosan ia
lihat bila sudah bosan dengan brondong-brondong simpananya. Bahkan rasanya
Suzan jadi berdandan lebih sexy saat bersama Jalu. Meskipun Jalu menganggapnya
tak lebih dari mertua saja. Suzan tetap nekat dan gilanya lagi Alma menyadari
itu semua dan gelagat serta akal bulus Suzan. Suzan tak peduli.
●●●
“Kamu masih
haid ga teratur?” tanya Jalu setelah Alma tak pernah mengeluhkan soal haid atau
kram perutnya lagi.
Alma
mengangguk dengan ragu sambil mengingat kapan terakhir kali ia haid. “Udah
hampir sebulan Mas,” ucap Alma ragu.
Jalu diam
menghentikan sarapannya lalu memanggil pelayan di rumahnya. “Ambilkan test
pack,” perintah Jalu dengan wajah serius.
“A-aku ga
yakin kalo hamil Mas,” ucap Alma antara takut dan senang bila hamil.
“It’s
okey, kita cuma cek aja, siapa tau kamu hamil. Aku gak mau ketinggalan
berita,” ucap Jalu sedikit berusaha terlihat tenang sambil mengangguk dan
melanjutkan sarapannya kembali sampai pelayan datang membawakan test pack yang
ia minta.
Alma yang
menerima test pack dari pelayannya sedikit ragu untuk mencobanya. Ia sudah
membaca cara menggunakannya berkali-kali sebelum hari ini datang dan sekarang
Alma perlu mencobanya. Hasilnya muncul cukup cepat dan hanya hitungan menit.
Tapi baik Jalu dan Alma merasa menunggu hasil test packnya terasa begitu lama.
Hingga hanya muncul satu garis merah yang artinya Alma tidak hamil.
“Kalo
beberapa waktu kedepan kamu masih gak haid, kita periksa ke dokter,” ucap Jalu
sambil menghela nafas dan tersenyum lega namun di artikan Alma sebagai rasa
kecewa dan senyuman hanya agar kuat melihat fakta yang ada.
Alma
mengangguk pelan. Ada sedikit kekecewaan di hatinya karena tak bisa memberikan
hasil seperti yang di harapkan suaminya. Tapi ia tak bisa berbuat banyak toh
memang belum waktunya ia hamil.
“Mama
bilang dulu waktu hamil aku juga gitu, ga langsung positif gitu test packnya.
Mungkin kamu juga gitu,” ucap Jalu yang terdengar seperti sedang berusaha
menghibur Alma.
“Hari ini aku pengen ketemu Mama aja, aku pengen curhat,” ucap Alma sambil mengusap wajahnya dengan gusar yang di angguki Jalu.