Lily kembali sukses mendapat pujian
dan tepuk tangan serta kekaguman dari semua orang yang melihatnya. Satu persatu
tamu pria baik yang lajang sampai yang datang bersama istrinya mendekatinya.
Sekedar memberi pujian, mengajaknya berkenalan sampai memberikan kartu namanya
pada Lily. Lily juga tak segan untuk saling tukar kontak secara terang-terangan
tepat setelah ia turun dari panggung pembalasannya agar Jalu bisa melihat
betapa banyaknya pilihan yang bisa Lily dapatkan setelah lepas darinya. Antara
sombong dan ingin mengatakan aku baik-baik saja tanpamu.
“Oke that’s to much Lily,” ucap
Jalu seolah bercanda pada Lily dari atas panggung berusaha sekuat tenaga
menyembunyikan rasa cemburunya yang sekarang sukses terbakar karena sikap Lily
yang makin tak tau batasan.
Sudah cukup Jalu mengijinkan lagu
penuh sindiran yang sangat sensual itu Lily bawakan. Ia tak bisa memberikan
lebih banyak kelonggaran lagi pada gadis bergaun merah bak Jessica Rabbit itu
bertingkah sesuka hati malam ini. Jalu tak mau gadisnya itu lupa diri.
Lily tersenyum lalu kembali duduk
bersama keluarganya yang lain dengan para pemuja barunya yang berdatangan silih
berganti dan menikmati acara hingga selesai.
Seperti malam biasanya Jalu tak
pulang ke rumah. Jalu pulang ke rumah barunya yang langsung ia tinggali bersama
dengan Alma. Tapi begitu Lily sampai di rumah dan masuk ke kamarnya, ada sebuah
kado lagi dari Jalu. Sebuah lingerie berwarna merah yang super sexy dan
menggoda.
‘Belong to my only lovely girl’ tulis pesan yang ada di dalam box.
Lily merasa mungkin Jalu salah
mengirimkan kado kali ini. Ini malam terakhir acara pernikahannya. Untuk apa
Jalu mengiriminya kado lingerie seperti ini dengan kata-kata seromantis
itu pula. Bukankah seharusnya satu-satunya cinta Jalu adalah Alma? Lantas kenapa
malah dikirim pada Lily? Sudah pasti ini salah kirim, Lily yakin.
Kali ini Lily berencana untuk
mengembalikan hadiah dari Jalu. Keesokan harinya tepat setelah Lily mencoba
menggunakannya malam ini. Besok akan Lily kembalikan, sekaligus bertemu dengan
Alma agar bisa saling mengenal dengan baik.
●●●
“Minggu depan kita bulan madu ya?” tanya Jalu
memastikan jadwal acaranya pada Alma setelah sampai di rumah.
Alma mengangguk sambil tersenyum. Sudah ada begitu
banyak bayangan indah yang akan ia lakukan saat bulan madu dengan Jalu nanti.
Alma sudah menyiapkan banyak hal. Mulai membeli lingerie, bikini, sampai
beberapa botol wewangian untuk area intimnya agar Jalu nyaman dan betah
dengannya. Meskipun seharusnya Jalu memang betah dan nyaman dengannya karena
masih pengantin baru. Tapi tetap saja Alma ingin memberikan performa
terbaiknya.
“Besok Mas mau apa?” tanya Alma.
Jalu diam sejenak. “Mungkin aku mau pulang sebentar ke
rumah. Aku mau menginap dulu sebentar sebelum kita pergi bulan madu.”
Alma mengangguk mengijinkan. “Besok aku siap-siap
juga,” ucap Alma.
Jalu mendengus pelan lalu mengangguk dan memikirkan
alasan apa yang tepat agar Alma berhenti mengikutinya besok dan ia bisa leluasa
bersama Lily.
Semalaman Jalu tak jenak tidur bersama Alma. Alma
terus menempel padanya dengan manja. Tangan Alma juga teru berusaha mengelus
bagian sensitif Jalu yang jelas ia hindari sampai akhirnya Jalu tidur tanpa
bantal agar ia punya batasan dari Alma.
Pagi-pagi sekali Jalu pergi ke rumahnya tanpa pamit
pada Alma dan membiarkannya terlelap. Tapi Jalu tetap meminta pelayan di rumah
barunya untuk membuatkan makanan sederhana romantis untuk Alma agar Alma tidak
rewel mencarinya. Jalu menuju rumah secepat yang ia bisa. Ia ingin membawa Lily
pergi kali ini. Menculiknya sebentar. Sehari saja untuk bicara dari hati ke
hati.
Jalu langsung mengetuk pintu kamar Lily dan langsung
masuk karena pintunya tidak di kunci. Lily tampak rapi dengan seragam
sekolahnya sedang memakai jilbab dan merapikan tampilannya.
“Ikut aku!” ajak Jalu mendadak dan langsung
menggandeng tangan Lily sambil membawakan tasnya sementara Lily yang bingung
dan merasa perlu mengembalikan hadiah terakhir Jalu mengikutinya sambil
menenteng box hadiahnya. “Kalo mama tanya, bilang Lily berangkat sekolah bareng
aku. Nanti Lily pulang agak lama, main dulu di rumahku,” ucap Jalu pada kepala
pelayan sambil terus menyeret Lily secara paksa ke mobilnya.
“Kita mau kemana?” tanya Lily bingung dan kaget karena
Jalu tiba-tiba muncul dan sekarang tiba-tiba membawanya pergi.
“Ke tempat rahasia kita,” jawab Jalu sambil tersenyum
ceria namun tetap mengundang banyak tanya bagi Lily juga keambiguan.
Sejak kapan Lily dan Jalu punya tempat rahasia? Kenapa
Jalu harus berbohong pada kepala pelayan? Apa yang sebenarnya ingin Jalu
lakukan? Apakah Lily akan di buang? Benar-benar di buang lagi?! Rasanya itu
terlalu ekstrim. Atau jangan-jangan Jalu akan menghajarnya dan memarahinya
habis-habisan karena tingkahnya di resepsi semalam? Oh…apapun pilihannya
rasanya tak ada yang lebih baik dan menguntungkan.
“Kak, ini mau kemana?” tanya Lily lagi.
“Tempat persembunyian kita,” jawab Jalu sambil menatap
Lily lalu menggenggam tangannya dan mengecup punggung tangannya. “Udah deh
percaya aja, nurut aja, kamu bakal suka sama tempat ini. Aku dah siapin sejak
lama.”
Lily makin bingung sekarang. Di tambah lagi saat Jalu
mengecup tangannya.
“Sudah move on dari aku?” tanya Jalu sambil
tersenyum mengejek penuh kemenangan dan kesombongan.
“Aku mau bilang udah, tapi rasanya terlalu bohong,”
jawab Lily lalu menghela nafas.
Jalu tertawa bahagia mendengar jawaban Lily yang
terdengar frustasi itu.
“Oh iya, kayaknya kakak salah kirim kado ya ke aku?”
tanya Lily yang akhirnya menyinggung soal lingerie yang semalam ia
terima.
“Kado yang apa dulu nih?” tanya Jalu balik dengan
senyum jahilnya.
“Lingerie…”
“Itu gak salah kirim, emang buat kamu,” jawab Jalu lalu melaju hingga melintasi perbatasan kota dan terus melaju hingga kompleks perumahan di dekat bandara. [Next]
0 comments