Bab 29 – Mediasi
Alma
menatap Lily yang keluar terakhir dari kamarnya dengan murung. Lily di minta
Robi untuk tidak berangkat ke sekolah hari ini meskipun ia tetap memakai
seragam dan berpamitan pada Naila untuk pergi sekolah bersama Robi. Tentu saja Naila
tidak curiga pada suami juga anggota keluarga yang lain karena memang sudah
seperti biasanya ia di rumah dan menunggu suami juga anak bungsunya pulang
setelah berkegiatan di rumah.
“Kenapa
mamamu gak di ajak sekalian biar tau kelakuanmu sama Lily,” sindir Alma yang
duduk di samping Jalu.
“Kalau
sampai bulan depan aku tidak mendapatkan kabar baik sedikitpun dari
kehamilanmu, kita sudahi saja semua ini,” ucap Jalu yang benar-benar sudah
lelah dengan Alma.
Alma makin
kalut dan bingung untuk mempertahankan rumah tangganya. Apa lagi masalah yang
sudah dua kali muncul dalam rumah tangganya yang karena masalah yang hampir
sama. Bila Alma hanya pusing karena ucapan Jalu yang terasa benar-benar serius
untuk berpisah darinya. Sekarang Alma di buat kaget karena melihat mobil kedua
orang tuanya yang terparkir di depan hotel yang di tunjuk mertuanya.
“Masalah
ini akan lebih mudah di selesaikan bila kedua belah pihak ada di sini,” ucap
Robi lalu duduk bersama Jalu dan Lily sementara Alma duduk di antara kedua
orang tuanya.
Surya dan
Suzan menatap Alma sebentar lalu menatap Robi dan kedua anaknya.
“Ini kali
kedua masalah rumah tangga Jalu dan Alma yang terjadi di rumahku. Aku tidak
ingin menghakimi siapapun. Aku hanya ingin agar masalah ini cepat selesai dan
dapat solusi yang terbaik,” ucap Robi dengan bijak karena benar-benar sudah
tidak tahan dengan sikap Alma.
“Ada apa
lagi Alma?” tanya Suzan lembut.
“Mas Jalu
berpelukan dengan intim sama Lily, aku cemburu. Aku minta dia buat singkirin
Lily tapi tidak mau,” ucap Alma jujur dengan wajah tertunduk.
“Kenapa?”
tanya Lily dengan berani sebelum Jalu dan Robi memberinya kesempatan untuk
bicara.
Surya dan
Suzan menatap Lily.
“Kenapa aku
harus keluar dari rumah orang tuaku? Kenapa bukan Kak Alma sama Kak Jalu yang
pulang ke rumah kalian sendiri? Kenapa harus aku yang di usir dari keluargaku?”
tanya Lily dengan airmata yang langsung mengalir.
Robi
mengelus punggung dan bahu Lily agar tenang. Jalu menatap adiknya yang menangis
dengan sedih.
“Aku tau
kamu berusaha merebut suamiku, aku tau kamu sengaja mencari kesempatan buat
deketin suamiku!” bentak Alma.
“Apa
buktinya?” tanya Robi membela putri bungsunya dengan tenang.
“Dia pakai
pakaian sexy, sengaja pamerkan bentuk tubuhnya, pamerkan bodinya, itu sudah
lebih dari cukup untuk menunjukkan bukti,” jawab Alma.
Suzan dan
Surya geleng-geleng kepala mendengar ucapan Alma yang begitu mengada-ada hingga
mereka malu di buatnya.
“Alma cukup!”bentak
Surya begitu melihat Jalu dan Robi mendengus kesal dengan sikap Alma.
“Pakaian
Lily cukup sopan bila di rumah, bisa di lihat dari seragam sekolah yang dia
pakai sekarangpun juga sopan bahkan berhijab. Bila memang apa yang di sampaikan
Alma itu benar dan mengganggu. Itu juga tidak bisa di rubah, karena itu tubuh
Lily dari lahir dan tumbuh jadi begini. Tidak bisa di rubah,” jelas Robi
berusaha tenang.
“Lily hanya
berpakaian sexy sekali saat resepsi kita dulu, itupun karena ada pria yang
sedang dekat dengannya,” ucap Jalu membela adiknya lalu mengusap wajahnya
dengan gusar. “Apa yang kamu takutkan sebenarnya?” tanya Jalu lalu menghela
nafas.
Alma hanya
bisa diam. Tak seorangpun disana yang membelanya. Bahkan kedua orang tuanya
juga tidak membelanya.
Suzan
tersenyum canggung lalu mengusap punggung Alma. “Bagaimana kalau hari ini Alma
pulang dulu agar bisa menenangkan pikirannya,” ucap Suzan memberi saran.
“Besok atau
lusa aku akan menjemputnya, kurasa Alma terlalu tertekan hingga menuduh yang
tidak-tidak,” ucap Jalu lalu menggandeng Lily keluar dari ruangan. “Cup, udah
adek ga usah nangis.”
Suzan juga
membawa Alma pergi hingga tinggal Robi dan Surya yang duduk berhadapan.
“Aku
mendengar berita bila Lily bukan anak kandungmu,” ucap Surya membuka
pembicaraan yang lebih serius dengan Robi.
Robi
mengangguk sambil mengangkat sebelah alisnya menatap Surya dan memperhatikan
kemana arah pembicaraannya.
“Mungkin
yang di khawatirkan anakku benar…”
“Ku dengar
kamu memiliki istri kedua dan lebih nyaman dengan istri mudamu, Suzan juga
punya beberapa berondong yang di biayai, dan Dahlia kita tidak akan melupakan
anak sulungmu bukan?” potong Robi yang selangkah lebih maju di banding Surya
dan sukses membuatnya tak berkutik sedikitpun.
Surya
tertawa mendengar ucapan Robi yang tak dapat ia bantah. “Kita kan besan…” ucap
Surya yang kembali melembut dan berusaha merayu Robi agar tidak marah.
“Aku muak
dengan sikap putrimu yang kekanak-kanakan. Kalaupun benar apa yang dituduhkan
putrimu, memangnya kamu mau apa? Menuntut Jalu karena incase? Menggugat cerai?
Menuntut keluarga kami?” tantang Robi dengan senyum meremehkan yang begitu
menginjak harga diri Surya lalu pergi meninggalkannya terlebih dahulu.
Surya memukul meja dan
membanting kursi di hadapannya begitu Robi keluar dari ruangan. Ia benar-benar
kesal karena segalanya jadi berantakan dan lebih menyebalkannya lagi Robi tau
segalanya tentang ia dan perselingkuhannya. Sementara ia nyaris tak tau apapun
soal Robi dan keluarganya yang benar-benar nyaris tanpa celah.
●●●
“Kenapa kamu ini tidak
bisa mendengarkan nasehat sedikitpun Alma!” bentak Suzan yang sudah hilang
kesabaran karena tingkah Alma yang begitu gegabah dan sudah kelewat batasan.
Menuduh Lily dan
meminta keluarganya sendiri untuk mengusir anak bungsunya benar-benar sudah di
luar nalar. Benar-benar tidak bisa di maafkan. Bahkan untuk keluarganya yang
tidak harmonispun permintaan seperti itu terdengar begitu kurang ajar. Apa lagi
pada keluarga Jalu yang memang terkenal solid dan harmonis.
“Terserah kalian mau
marahin aku kayak gimana tapi aku yakin suamiku punya selingkuhan,” ucap Alma
terus terang menyampaikan isi hatinya.
“Hah?! Jangan gila deh
kamu. Mama pernah nemenin suamimu waktu kamu sakit. Dia ngobrolin soal kamu
terus, itu cuma ketakutanmu aja Alma,” ucap Suzan kaget dengan kecurigaan Alma.
“Kamu perlu dokter,” ucap Surya setelah lama diam dan langsung berencana membawa Alma kembali menjalani terapi dengan psikiaternya.