0
Home  ›  Bad Brother  ›  Chapter

Bab 30 – PTSD

Bab 30 – PTSD-1

Setelah mediasi dadakan diluar prediksinya yang tiba-tiba di buat papanya. Benar-benar kejutan besar bagi Jalu ketika ia harus bertemu dengan mertuanya mendengar Lily yang membalas ucapan Alma. Meskipun pada akhirnya Jalu juga lega karena semua sudah selesai dan Alma juga kembali kerumah orang tuanya untuk menenangkan diri.

“Alma kemana? Kok ga ikut pulang?” tanya Naila yang sudah menunggu Alma ikut pulang.

“Alma pulang ke rumahnya Ma, Alma marahan sama aku, marah ke Lily juga,” jawab Jalu lalu menghela nafas dan duduk di samping mamanya yang menunggu Alma.

“Kenapa lagi, kok marah terus kalian ini?” tanya Naila cemas sambil menepuk bahu Jalu.

Jalu menundukkan kepalanya. “Alma cemburu sama Lily, terus minta usir Lily dari rumah,” jelas Jalu sesederhana dan sesingkat yang ia bisa.

Naila geleng-geleng kepala. “Aneh-aneh aja mintanya istrimu itu,” komentar Naila. “Mungkin Alma yang belum biasa sama kebiasaan di keluarga kita, harusnya kamu juga gak terlalu sering ajak Alma ke sini. Harus banyak fokus sama keluarga kalian sendiri, biar gak salah paham terus, gak cemburu terus,” ucap Naila menasehati putra sulungnya itu.

Jalu mengangguk patuh dan tak berani membantah mamanya.

“Dulu mama awal nikah sama papamu juga gitu berantem terus, marah-marah terus, papamu galak. Tapi lama-lama jadi baik, bisa mengerti mama, soalnya kita langsung tinggal berdua. Jadi apa-apa ya mama cuma bisa curhat ke papa sama ibu uti aja, kegiatannya mama juga cuma gitu-gitu aja, paling seneng kalo di ajakin papamu jalan-jalan keluar, pokoknya harus banyak habisin waktu berdua biar makin kenal, biar saling membutuhkan,” ucap Naila menasehati Jalu dengan lembut.

“Ma kalo misalnya aku cerai sama Alma gimana?” tanya Jalu pelan.

“Jangan! Gak boleh!” larang Naila. “Jangan jadi cowok jahat kayak gitu, papa sama mama gak pernah ngajarin buat kayak gitu. Ga boleh bilang gitu, istighfar!”

Jalu mendengus lalu menyenderkan kepalanya di bahu Naila.

“Jangan bilang gitu, gimana kalo ternyata Alma hamil? Gimana kalo kalian punya anak nanti? Apa gak kasihan liat anakmu sedih orang tuanya cerai?” tanya Naila dengan suara bergetar menahan tangis.

Baca juga Bab 37 – Tabir Kelam

“Sayang!” seru Robi yang langsung berlari ke arah istrinya begitu selesai menelfon dan langsung memeluk istrinya.

“Aku gak tega kalo Jalu cerai sama Alma,” ucap Naila sambil menahan tangisnya dan memeluk suaminya.

“Enggak, enggak cerai. Tenang sayang, semua baik-baik saja,” Robi langsung menenangkan istrinya.

Naila mengangguk dengan panik lalu mulai mengusap kedua tangannya dan berjalan ke kamar dengan airmata yang mulai berlinangan.

Jalu melihat mamanya yang kembali paranoid dan terkena serangan panik karena merasa di kembalikan ke masa-masa sulitnya. Jalu melihat mamanya yang terus memegangi papanya dengan rasa begitu cemas.

●●●

Alma terus mencuci tangannya tiada henti sambil menangis tersedu-sedu. Psikiaternya sudah mengingatkannya untuk berhenti mencuci tangannya dan mencari pelampiasan lain karena tangan Alma yang sudah memerah dan lecet karena terus di gosok dan terkena sabun juga airhangat.

“Aku menginginkan suamiku hanya peduli dan fokus padaku! Salahnya dimana?! Kenapa aku tidak bisa mendapatkannya juga!” jerit Alma kesal lalu mumukul-mukulkan handuk kecil yang ia gunakan untuk mengelap tangannya ke atas wastafel.

“Aku hanya ingin suamiku! Aku hanya ingin hamil! Punya anak dan keluarga kecilku sendiri! Kenapa rasanya begitu sulit!!!” jerit Alma lagi dan kembali mencuci tangannya dengan kesal lalu Alma menghentikannya sendiri dan mulai duduk bersimpuh di lantai.

Baca juga Bab 36 – Lily Hamil

Alma menangis tersedu-sedu, bahkan orang tuanya lebih memilih untuk tidak peduli padanya dan sibuk dengan dunianya masing-masing hingga ia jadi di temani oleh seorang dokter seperti ini. Bahkan satu-satunya pria yang ia cintai dengan sepenuh hati juga mengancam untuk meninggalkannya. Padahal ia sudah begitu yakin akan hubungannya bahkan hingga rela menikah seperti ini. Satu-satunya pria yang membuatnya merasa menjadi perempuan paling sempurna, satu-satunya pria yang pantas bersanding dengannya, dan ia malah menghancurkan perasaannya.

Alma berjalan dengan terhuyung-huyung ke tempat tidur lalu begitu mendengar ada panggilan masuk di ponselnya.

“Alma, Nak, pulang ya. Jangan pisah-pisah terus sama anak mama, mama sedih,” ucap Naila lembut yang langsung membujuk Alma begitu tefonnya di angkat.

Alma makin tak bisa menahan tangisnya begitu mendengar suara lembut mertuanya yang begitu penyayang itu terdengar di panggilannya.

“Mama dah marahin Jalu, Alma jangan pisah ya Nak. Mama sayang sama Alma,” ucap Naila membujuk Alma dengan penuh kasih sayang.

“Mas Jalu bilang mau ceraiin aku Ma kalo aku ga hamil, aku takut,” adu Alma di sela tangisnya.

“Alma tenangin diri Alma dulu, jangan stres, jangan banyak pikiran. Besok kalo Alma perasaannya udah baik kita sama-sama ke dokter ya nak buat program ya, nanti mama temenin ya,” hibur Naila berusaha menenangkan menantunya yang begitu mudah pulang ke rumah orang tuanya itu. “Nanti kalo misalnya adda masalah kita bisa pakek program bayi tabung, gak usah sedih sekarang semuanya sudah canggih. Ga usah khawatir.”

“I-iya Ma, besok Alma pulang ya Ma,” ucap Alma yang merasa lebih baik begitu berbicara dengan mertuanya.

●●●

Jalu masuk ke kamar Lily lalu langsung memeluk dan menindihnya tanpa paduli Lily yang sedang mengikuti kursus online.

“Kakak!” seru Lily pelan.

Jalu meraih ponselnya lalu mematikannya dan langsung melumat bibir Lily. “I want you.”

Bab 30 – PTSD-2


36
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share