Bab 27 – Curiga
Jalu terus
berusaha merayu Lily agar tidak merajuk dan mendiamkannya. Jalu tak peduli lagi
bila Alma memergokinya sedang merayu Lily atau bermesraan dengannya. Lily
merasa begitu kesal dan cemburu, terlebih Jalu tak pernah membicarakan ini
sebelumnya. Padahal Jalu tau bagaimana cara Lily memperolehnya.
“Aku marah
sama Kakak, udah sana keluar,” usir Lily lalu mendorong Jalu keluar dari
kamarnya.
“Aku minta
maaf Sayangku,” ucap Jalu lembut dan terdengar memohon sambil menahan tangan
Lily yang mendorongnya.
“Kakak ga
sayang aku, ga bener-bener sayang aku,” ucap Lily sambil meronta berusaha
melepaskan tangannya yang di genggam Jalu.
Jalu
langsung menggendong Lily dan menidurkannya di tempat tidur sambil menindihnya.
“Kita sudah sering bicarakan ini Lily, pembuktian apa lagi yang kamu minta? Apa
lagi yang mau kamu lakukan, hmm? Mendiamkanku? Mau sampai kapan kita gitu? Mau
sampai kapan kamu bersikap kekanak-kanakan begini?” cerca Jalu yang membuat air
mata Lily mengalir.
Lily langsung
memeluk erat Jalu dan mulai menangis. “Aku cemburu, aku marah, aku sebal, aku…
aku… aku ga tau harus gimana sekarang, aku ga ngerti perasaanku,” aku Lily
sambil menangis.
“Mas…”
panggil Alma yang tiba-tiba masuk ke kamar Lily dan mendapati suaminya sedang
berpelukan dengan Lily yang sedang menangis.
“Stt!” seru
Jalu lalu mengibaskan tangannya agar Alma pergi dan memberi isyarat bila ia
akan menjelaskan semuanya nanti.
Alma
mengangguk lalu menuruti Jalu untuk pergi dari kamar Lily. Perasaannya sedikit aneh
dan merasa ada yang janggal begitu melihat Jalu dan Lily dalam posisi seintim
itu di tempat tidur. Tapi Alma juga tau bila tak hanya Jalu yang bisa seintim
itu dengan Lily. Taji juga begitu, ia terlihat biasa minta di suapi, mencium
atau memeluk Lily.
Itu bila
hari biasa dan Lily tidak sedang menangis. Kali ini Lily menangis dan jelas
kakaknya pasti akan berusaha menghiburnya. Mungkin bila Taji di posisi Jalu
juga akan melakukan hal yang sama. Tapi tadi Alma melihat jelas betapa intimnya
Jalu. Bahkan Jalu tak pernah seintim itu dengannya. Membayangkan apapun alasan
yang Jalu ucapkan nanti Alma yakin tidak akan menyakitkan hatinya dan terdengar
rasional. Tapi ia tak bisa berbohong pada hati kecilnya, ia cemburu dan
airmatanya sudah mengalir dengan sendirinya.
“Lily tadi
sedih, di bikin cemburu sama cowoknya. Jadi aku coba hibur dia. Gak lebih dari
itu,” ucap Jalu setelah hampir sejam di kamar Lily.
Alma
mengangguk sambil tersenyum. Tentu Jalu akan mengatakan alasan-alasan yang
masuk akal untuk menjelaskan segala sesuatu pada Alma soal keluarganya.
“Mas, bisa
gak sih kamu ga terlalu dekat dengan Lily. Maksudku boleh dekat tentu saja
kalian dekat, kalian keluarga. Tapi jangan seintim itu,” ucap Alma lembut
berusaha menyampaikan kecemburuannya terhadap Lily selembut yang ia bisa.
“Kamu masih
ga suka Lily? Kamu masih ga bisa menerima anggota keluargaku?” Jalu membalikkan
pertanyaan pada Alma merasa kedekatannya dengan Lily akan terancam karena
kecemburuan Alma.
Alma
menggeleng dan langsung menyeka airmatanya. “Aku berusaha memahami keluargamu,
aku berusaha bisa menerima dan di terima keluargamu, aku berusaha. Tapi kalau
seperti tadi aku tak bisa memahaminya,” ucap Alma lalu duduk di tempat
tidurnya.
“Apanya
yang salah?” tanya Jalu tak mau di sudutkan dan ikut duduk di samping Alma.
“Kedekatanmu,
sentuhan itu, pelukan tadi, apa itu wajar di lakukan pada wanita lain?”
“Wanita
lain? Dia adikku, dia bukan wanita lain. Dia keluargaku.”
“T-tapi…”
“Apa kamu
bakal marah juga kalo aku peluk mama? Kalo aku cium atau di cium mamaku? Apa
kamu bakal marah juga kalo mamaku peluk aku sambil tiduran?”
“Tapi kamu
ga pernah seintim itu sama aku! Kamu ga pernah semesra itu sama aku!” bentak
Alma tak bisa menahan cemburunya lagi.
Jalu diam
sambil mengusap wajahnya. “Kita sudah pernah bertengkar karena masalah ini dan
kamu mengulang ini lagi. Kenapa kamu tidak bisa menerima Lily?”
“A-aku bisa
menerimanya. Tapi tadi, tadi kamu begitu mesra dan intim dengannya. Bagaimana
bisa aku tidak cemburu, sementara suamiku begitu intim dengan wanita lain!”
“Siapa yang
wanita lain? Dia adikku! Keluargaku, kamu yang jadi wanita lain disini!”
Alma
melotot kaget dan tak terima di sebut sebagai wanita lain padahal jelas bila ia
menikah dengan Jalu secara sah. Ia datang bukan karena kemauannya sendiri. Tapi
karena Jalu yang meminangnya, Jalu yang memintanya menjadi istri. Ia bukan
wanita yang mengemis dan memaksa untuk di cintai, tapi sekarang ia malah di
sebut sebagai wanita lain.
Alma
menunjuk Jalu. “Aku istrimu Mas, aku istrimu! Istri! Aku bukan wanita lain,”
ucap Alma tegas sambil menunjuk-nunjuk dada Jalu.
“Terus
maumu apa? Singkirin Lily? Buang dia? Gitu?” tantang Jalu.
“Iya!
Lakukan itu kalo kamu berani!” tantang Alma.
Jalu hanya
diam lalu pergi meninggalkan Alma di kamarnya. Alma berusaha mengejar Jalu tapi
Jalu terus melangkah pergi, tidak sendiri tapi mengajak Lily. Lily tampak
bingung dan terseret-seret mengikuti Jalu bahkan sampai tidak memakai sandal
dan hanya memakai pakaian rumahan sekenanya saja.
“Kakak!
Kakak kenapa? Aku mau di bawa kemana?” tanya Lily panik sambil berusaha meronta
tapi terus di seret Jalu hingga masuk mobil dengan begitu kasar.
Perasaan Alma jadi begitu campur aduk. Antara cemburu dan senang Jalu benar-benar menyingkirkan Lily. Apa lagi sikap Jalu pada Lily langsung berubah 180⁰ yang membuat Alma jadi senang. Kecurigaan Alma pada Jalu langsung hilang secara perlahan dan sekarang ia hanya perlu menutupi kecurigaan mertuanya bila menanyakan kemana Jalu dan Alma saat makan malam nanti.