0
Home  ›  Bad Brother  ›  Chapter

Bab 17 - Menghina

Bab 17 - Menghina-1

Alma hanya bisa menangis. Kedua mertuanya datang menenangkannya. Robi tampak tak suka dengan ucapan Alma yang merendahkan anggota keluarganya begitu pula dengan Naila yang sebenarnya lebih emosi lagi dari pada suaminya ketika buah hatinya dihina dengan ucapan merendahkan dari orang yang mengenal dalam waktu singkat. Tapi baik Robi dan Naila juga tidak membenarkan cara Jalu yang menampar Alma. Bahkan Robi sudah menampar Jalu juga karena tak setuju dengan adanya tindak kekerasan pada menantunya itu.

Alma merasa ada keberpihakan dari kedua mertuanya dan ini kali pertamanya mendapat pembelaan dari orang yang lebih tua darinya. Orang tuanya tak pernah memperlakukannya sebaik kedua mertuanya ini. Alma juga paham bila ia sudah salah mengatakan hal seburuk itu di depan Jalu yang memang seorang pria dan kakak yang sangat menyayangi saudaranya.

“Lily hanya menikmati masa remajanya, dia tidak akan selamanya memakai pakaian yang sexy. Caramu mengatakan itu di depan kakaknya yang mengenalnya lebih lama juga salah, Alma. Tapi cara Jalu juga tidak benar,” ucap Naila lembut sambil memeluk Alma.

Alma mengangguk, ia paham ia salah. Tapi ada sedikit rasa ingin lebih banyak keberpihakan padanya lagi. Naila dan Robi yang begitu kesal dan harus meredam emosinya makin di uji kesabarannya.

“Aku mau pulang. Aku ga bisa di giniin sama Mas Jalu. Aku wanita terhormat yang bermartabat, aku ga sepantasnya di perlakukan begini,” ucap Alma yang malah ingin membesarkan masalah.

Naila berusaha mengejarnya agar masalah tak meluap kemana-mana. Tapi Alma sudah langsung pergi tanpa menghiraukannya. Robi menatap tajam dan kehilangan simpatinya pada Alma lagi. Alma membuat istrinya memohon dan membujuknya tapi ia malah nekat seperti ini. Tak hanya Robi yang kesal dengan Alma. Tapi Taji yang melihat Alma mengibaskan tangannya saat Naila mencoba menahannya membuatnya marah juga.

“Ya itu yang kuhadapi sejak awal sama dia,” ucap Jalu begitu seluruh keluarganya berkumpul.

“Ada apa? Kok pada kumpul di sini?” tanya Lily yang baru turun dari kamarnya sambil menggendong tas sekolahnya.

“Bukan apa-apa,” jawab Naila lalu tersenyum hangat dan menyambut Lily lalu mengajak anak-anaknya untuk makan bersama dan mengabaikan masalah Alma tadi.

●●●

Baca juga Bab 37 – Tabir Kelam

Jalu lagi-lagi tak mengantar Lily sampai ke sekolah. Jalu dengan kedoknya yang ingin mengantar Lily sekolah. Lily sudah pasrah dengan Jalu yang akan membawanya ke dokter. Pertama kali dalam hidup Lily ia mencoba testpack dan menjalani USG. Memastikan terlebih dahulu kalau tidak ada janin yang mulai hidup dan tumbuh di perutnya setelah bercinta kemarin. Jalu terus setia mendampinginya dengan perasaan cemas dan khawatir.

Benar Jalu akan bertanggung jawab bila Lily mengandung anaknya. Tapi Jalu juga tak mau merusak masadepan adik kesayangannya itu. Meskipun Jalu hanya mengijinkan Lily mendapat pendidikan hingga jenjang SMA saja sebenarnya, tapi Jalu juga tidak menolak dan menghalangi bila nanti Lily akan mengenyam pendidikan lebih tinggi lagi.

Baru setelah seluruh pemeriksaan selesai dan Lily mendapat suntikan hormon progestion sebanyak 3ml yang cukup bertahan selama kurang lebih 3 bulan membuatnya aman berhubungan intim dengan Jalu kapanpun. Tapi di hati Lily ia tetap bingung. Antara merasa bersalah dan sedikit tenang. Selain ia yang akhirnya menggunakan kontrasepsi suntik yang jelas menjamin ia tak akan hamil dalam jangka waktu yang di tentukan, ia juga merasa sedikit lega saat mendengar Alma yang mengoloknya di belakang. Rasa bersalah Lily sedikit hilang.

Jalu meminta surat ijin dokter yang jelas sudah di palsukan. Hari ini Lily ingin rehat sejenak dan tetap berangkat ke sekolah. Apa lagi minggu depan ada ujian dan sudah terlalu banyak mengambil libur. Jalu tau ia tak bisa memaksa Lily yang sudah mau bicara dengannya itu agar tidak kembali merajuk. Meskipun Jalu begitu merindukan himpitan hangat dari lubang surgawi milik adiknya itu.

“Nantiku jemput,” ucap Jalu sebelum Lily keluar dari mobilnya.

Lily mengangguk. “Kalo keduluan sama supir mama aku kabarin kakak,” ucap Lily lalu pasrah di cumbu Jalu sebentar sebelum turun dari mobilnya meskipun bagian bawahnya mendesir minta di jamah begitu pula milik Jalu yang jelas sudah siap tidak hanya menjamah tapi juga memanjakan Lily.

“Aku sayang kamu Lily,” ucap Jalu lalu mengecup kening Lily sebelum akhirnya Lily masuk sekolah seiring dengan ponsel Jalu yang berdering menerima telfon dari Alma dan ibu mertuanya.

Baca juga Bab 36 – Lily Hamil

●●●

Alma kena semprot habis-habisan dari keluarganya begitu tau bila ia membuat Jalu marah. Orang tuanya menganggap Alma tak bejus menjadi istri yang baik. Ini masih belum ada seminggu menikah dan ia sudah menyulut api di pernikahannya sendiri. Menggosipkan iparnya dengan kakaknya sendiri bukan hal yang baik. Suzan dan Surya juga tak habis pikir bagaimana bisa Alma yang pendiam berani bergosip seperti itu.

“Aku ga suka Mas Jalu terlalu akrab sama Lily, itu aja. Aku takut kalo suamiku selingkuh,” ucap Alma membela dirinya.

“Apanya yang harus kamu ga suka sama takutkan? Wajar kakak deket sama adiknya. Wajar juga kalo adiknya yang masih remaja itu pakek pakaian yang sedikit liar. Kayak kamu ga pernah muda aja. Inget gak kamu waktu SMA dulu ngapain?!” bentak Surya tak sabar lagi menghadapi omong kosong putrinya.

“Kalo kamu ga punya bukti dan ga bisa menyelesaikan masalahmu dengan baik, tidak usah membuat drama dan memperkeruh semuanya. Jangan  pulang kalau membawa masalah. Kami bosan harus mengurusi masalahmu juga masalah kakakmu. Kalau tidak bisa membantu agar lebih baik setidaknya diam,” ucap Suzan ikut menimpali.

Setelah dirasa suasana di dalam cukup baik dan memberinya waktu yang tepat Jalu langsung melangkah masuk. Ia mendengar semua omelan mertuanya pada istrinya. Jalu sedikit iba, tapi memang Alma yang membuat kekacauan ini.

“Maaf Ma, Pa. Aku hanya ingin membuat Alma sebagai istriku bisa akur dengan keluargaku. Aku tidak bermaksud untuk menyakitinya,” Jalu langsung menjelaskan maksud kedatangannya dan penyebab Alma sampai pulang meskipun kedua mertuanya sudah tau.

Surya menghela nafas lalu tersenyum bijak begitu pula dengan Suzan.

“Kalau di ijinkan dan Alma berkenan, aku ingin menjemputnya dan menyelesaikan kesalah pahaman ini agar tidak berlarut-larut,” ucap Jalu sambil merangkul Alma lalu mendekapnya.

Alma langsung memeluk Jalu dan menangis dalam diam. Jalu mengelus punggungnya. Seluruh aduan Alma terkait Jalu seketika tak di percaya orang tuanya yang melihat betapa lembut dan penyayangnya Jalu. Jelas Jalu menang banyak saat ini. 

Bab 17 - Menghina-2



36
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share