BLANTERORBITv102

Bab 07 – Plaster Demam

Sabtu, 20 Juli 2024

 

Lily samar-samar mendengarkan suara Jalu dan aroma maskulinnya semalam. Lily sedikit mengingat ketika Jalu memeluknya dan juga plester demam yang menempel di keningnya. Lily tersenyum senang, perasaannya jauh lebih baik sekarang. Setidaknya Jalu masih peduli dan sayang padanya, meskipun Lily sendiri tak paham apa yang benar-benar ia inginkan sekarang. Untuk tetap bersama Jalu seperti sebelumnya atau pada obsesinya untuk memiliki Jalu sebegai sebuah pasangan. Lily tak yakin lagi pada apa yang ia inginkan. Tapi yang jelas sadar pada posisinya sekarang dan menerima segala keputusan Jalu dengan ikhlas adalah hal terbaik yang bisa ia lakukan. Toh bisa terus melihatnya dan ada di dekatnya saja sudah cukup baik.

Lily sudah kembali ceria bahkan demamnya juga sudaah reda. Lily memutuskan untuk fokus dengan hal baik dan positif yang bisa ia terima daripada larut dalam patah hatinya yang tidak tau diri itu. Tapi begitu Lily hendak keluar dari kamarnya, Amanda masuk dengan membawakan nampan berisi sarapan dan plester demam yang baru.

“Oh Lily sudah bangun,” sapa Amanda ramah lalu berjalan masuk di ikuti dengan Taji di belakangnya.

“Loh ada kak Amanda,” ucap Lily sedikit kaget melihat kehadiran Amanda di rumah padahal seingat Lily semalam Amanda tidak ada.

“Amanda semalem kesini, ini dia nginep disini,” ucap Taji dengan senyum sumringah dan ceria bisa menghabiskan malamnya dengan sang kekasih. “Padahal dia sibuk di bela-belain kesini,” sambung Taji lalu memeluk Amanda dari belakang.

“Ah tidak juga, ini weekend aku juga perlu sedikit bersantai,” jawab Amanda lalu meletakkan nampan makanannya.

Lily mengangguk canggung sambil tersenyum. Ternyata bukan Jalu yang mengurusnya semalam. Ternyata Amanda. Tapi kenapa pelukan itu, suara itu, aroma maskulin itu semuanya terasa begitu nyata. Perasaan Lily yang sempat membaik tadi kembali sendu. Sekilas Lily melihat Jalu, Jalu hanya menengok kamarnya sejenak melihat siapa saja yang ada di sana lalu berlalu begitu saja dengan santainya.

Setelah mengantarkan makanan untuk Lily dan memastikan kondisinya baik Taji juga pergi kencan bersama Amanda dan gantian akan main ke rumahnya hingga nanti malam. Lily merasa lebih baik ketika ia bisa menghabiskan waktu di kamarnya. Lily sempat ingin menanyakan soal plester demam pada Jalu. Tapi ia segera mengurungkan niatnya karena merasa tak perlu menanyakan apa-apa lagi dan merasa sudah jelas bila yang samalam hanya mimpi dan Amanda yang sudah merawatnya semalam.

“Lily,” panggil Naila memastikan kondisi putrinya.

●●●

Jalu makin intens menghabiskan waktunya dengan Alma. Alma merasa begitu bahagia bisa menghabiskan waktunya dengan Jalu dan makin yakin bila ia bisa punya hubungan serius atau bahkan melabuhkan hatinya pada Jalu.

Tak ada hal yang lebih baik daripada memiliki pasangan yang tampan dan penuh kasih sayang juga penyabar seperti Jalu. Belum lagi Jalu bisa begitu memahaminya dengan baik. Tak ada keraguan lagi di hati Alma, tidak sedikitpun.

“Alma, kita udah saling mengamati satu sama lain sejak lama. Kita banyak mengobrol dan ku rasa kita bukan orang yang saling asing. Menurutmu kalau aku melamarmu, apa aku sudah cukup baik untuk di terima?” tanya Jalu sambil menyetir dan sedikit malu-malu menanyakan hal seperti itu.

Alma menatap Jalu dengan mata terbelalak tak percaya. Pertanyaan seindah itu bagaikan mimpi yang tak mungkin jadi kenyataan bagi Alma dan sekarang ia mendengarnya. Langsung dari Jalu bukan hanya di hayalannya saja.

“Maksudku tentu saja diterima keluargamu juga. Aku tidak mungkin hanya menikahimu, aku perlu akrab dan di terima keluargamu juga. Minimal orang tuamu, kurasa…” sambung Jalu lalu menghela nafas pelan dan menatap Alma sekilas.

“A-aku tidak tau, h-hub-hubungan kita saja juga belum jelas,” jawab Alma lirih. Jelas ada harapan kejelasan hubungan secara tersirat dalam jawabannya dan Jalu jelas sudah memprediksi hal itu.

Jalu tersenyum lalu mengangguk. Jalu sempat melirik Alma dan terlihat jelas betapa Alma berharap Jalu akan menyatakan perasaannya. Tentu saja ini bukan momen yang tepat dan ingin Jalu lakukan. Jalu ingin memberikan momen besar yang membuat Alma tak bisa menolaknya atau lepas dari kendalinya.

“M-Maksudku, m-mungkin mungkin keluargaku akan menerimamu,” Alma buru-buru meralat ucapannya karena tak mau terlihat murahan. “K-kita kan t-teman,” sambungnya agar ia tak kehilangan nilai jualnya sebagai perempuan.

Jalu tersenyum lalu mengangguk dan memberikan undangan pestanya pada Alma. “Harus dateng ya,” ucap Jalu lalu turun dari mobilnya dan membukakan pintu untuk Alma.

“Makasih Mas, aku pasti dateng,” ucap Alma senang lalu berjalan masuk ke rumahnya sambil melambaikan tangan.

Jalu langsung masuk ke mobilnya dan melaju pulang. senyum cerianya langsung hilang. Jalu benar-benar lelah harus berpura-pura ramah dan menahan dirinya untuk tidak meluapkan emosi.

“K-kak Jalu,” panggil Lily pelan menyambut kepulangan Jalu yang baru masuk.

Jalu mendengus kesal lalu berjalan melewati Lily begitu saja masuk ke dalam kamarnya dan pergi lagi karena ada pekerjaan yang harus ia tangani.

“Kakak semalem masuk ke kamarku?” tanya Lily begitu Jalu melewatinya lagi setelah keluar dari kamarnya.

Jalu terdiam sejenak lalu melanjutkan langkahnya tanpa memberikan jawaban apa-apa pada Lily seolah tak mendengar pertanyaan yang Lily sampaikan. Lily hanya bisa diam tanpa berani mengajukan pertanyaan lagi.

Lily mengikuti Jalu hingga keluar dan pergi berlalu dengan supir dan mobil perusahaan. Lily tertawa kecil, menertawakan kekonyolan pertanyaannya tadi. Apa yang ia harapkan dari Jalu? Diam-diam masuk ke kamarnya? Merawatnya? Atau diam-diam mencintainya juga? Konyol sekali. Jelas-jelas Jalu menyukai putri keluarga Waloh. Bagaimana bisa ia memikirkan hal konyol itu soal Jalu. Bodoh dan jelas mustahil. [Next]




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.