“Tadaa!” seru Jalu ceria begitu ia
memarkirkan mobilnya di sebuah rumah minimalis sederhana. “Mulai sekarang ini
bakal jadi tempat rahasia kita,” ucap Jalu lalu menggandeng Lily masuk.
“B-buat apa?” tanya Lily antara
gugup dan senang.
Jalu duduk di sofa kamasutra yang
berhadapan langsung dengan sofa biasa di ruang tamu. Lily ikut duduk bergadapan
dengan Jalu lalu meletakkan box hadiah berisi lingerie dari jalu di atas
meja kayu kecil yang disediakan hanya untuk pajangan.
“Lily, aku suka kamu. Sayang kamu,
cinta kamu melebihi apa yang kamu tau. Aku merahasiakan semuanya sama seperti
kamu. Kamu udah liat kan bukti-bukti yang aku kirimin ke kamu?” tanya Jalu
setelah akhirnya jujur pada Lily.
Lily kaget dan hanya bisa terdiam
tak menyangka dengan apa yang ia dengar.
“Kamu satu-satunya objek fantasiku
dari dulu. Meskipun baru lima tahun belakangan aku sadar kalo kamu doang
satu-satunya yang bisa bikin aku gak menentu, bergairah, merasa penuh cinta,”
aku Jalu lalu mendekat dan berlutut di hadapan Lily sambil melepas cincin
nikahnya.
“K-kenapa…”
“Aku ga pernah cinta sama Alma. Akan
ku buktikan kalau aku hanya akan mendapat kepuasan dari kamu. Melakukan semua
yang pertama sama kamu. Aku cuma terpaksa nikah sama Alma. Papa dah lama banget
pengen kerja sama sama perusahaan batubara keluarganya. Tapi selalu di tolak.
Papa punya rencana lain kalo dia ga bisa dapet perusahaan itu, dia pengen
jodohin kamu sama anak pemilik tambang minyak. Aku gak mau itu. Aku gabisa kalo
kamu jadi milik orang lain Lily,” Jalu akhirnya menjelaskan semuanya yang belum
bisa ia jelaskan pada Lily dengan mata yang berkaca-kaca dan penuh kesungguhan.
“K-kenapa kakak ga pernah bilang?”
tanya Lily dengan gemetar.
“Apa dulu kalo aku bilang semuanya
akan berubah? Aku ga tau gimana perasaanmu. Aku takut kalo ternyata kamu ga
punya perasaan sebesar yang aku punya. Gimana kalo dulu kamu tolak aku? Apa
yang bakal kamu ucapkan? Apa yang bakal Taji katakan? Mama Papa, orang-orang
semua yang ga tau gimana perasaan kita yang sebenarnya.”
Lily hanya diam. Jalu benar, itu
juga alasannya sedari dulu menyembunyikan perasaannya dari Jalu dan yang lain.
“Apa kata semua orang waktu tau aku
jatuh cinta sama adikku sendiri?!” Jalu masih berapi-api.
“Tapi aku bukan adikmu sungguhan.
Aku cuma anak pungut…”
“Iya! Benar! Kamu cuma anak pungut!
Cuma orang asing yang tiba-tiba masuk ke keluargaku!” sela Jalu. “Maka jadilah
seperti itu terus Lily, agar aku bisa terus bersamamu,” lanjut Jalu dengan
lebih lembut lalu mengecup bibir Lily juga keningnya dengan lembut. Secara
terang-terangan dan dalam kondisi sadar yang sudah lama Jalu impikan.
Lily membalas kecupan Jalu lalu
keduanya tersenyum lega dan saling memeluk satu sama lain dengan erat. Segala
beban dan rahasia yang selama ini mereka sembunyikan dengan perasaan takut dan
was-was hilang seketika. Lega, tidak ada beban lagi. Keduanya bisa lebih jujur
dan terbuka sekarang.
Kling! Pesan dari Alma yang langsung
di balas Jalu.
“Ih kakak bohong,” ucap Lily menegur
Jalu karena Jalu beralasan ada urusan mendadak di kantor.
Jalu hanya tersenyum lalu tertawa
dan kembali mencium Lily. “Ayo ku ajak berkeliling!” ajak Jalu sambil
menggenggam tangan Lily.
Jalu dengan ceria dan lembut juga
penuh kasih sayang menunjukkan tiap ruangan yang ada di tempat tinggal rahasianya
itu. Lily paham segala perlatan erotis yang sudah di siapkan kakaknya. Tak
hanya itu Jalu juga menyiapkan kamar yang nyaman meskipun tak seluas rumah yang
mereka tempati sebelumnya.
“Kita bisa dimana aja, ga cuma di
kamar. Bisa di kamar mandi, dapur, ruang tamu tadi, taman belakang, atap, kalo
kamu gak malu buat telanjang di sana,” ucap Jalu sedikit menggoda Lily yang
membuat Lily tersipu malu.
“Kakak ih dosa. Pikirannya kawin
mulu,” ucap Lily menegur Jalu.
Jalu tersenyum lalu mengangkat tubuh
Lily dan mendudukkannya di meja makan. “Di rumah ini gak ada pelayan, pembantu,
tukang kebun. Tempat ini tempat rahasia paling aman yang ku buat. Kita bisa
benar-benar bebas di sini,” ucap Jalu lalu memberikan botol obat berisi pil
penunda kehamilan. “Aku sudah siapkan semuanya Sayangku,” ucap Jalu lalu
mengecup bibir Lily.
Lily memandangi obat yang Jalu
berikan dan langsung meminumnya dengan bantuan sedikit air dalam sekali telan.
“Kita bisa sarapan dulu, kamu gak
usah masak. Hari ini, biar aku yang masak,” ucap Jalu lalu kembali mencium Lily
sebelum beranjak ke dapur dan menyiapkan makanan.
Lily mengangguk patuh lalu
melepaskan jilbabnya dan meletakkannya di atas kursi. Sementara Jalu terus
memasak sambil sesekali mengawasi gerak-gerik Lily.
“Aku bakal sering cari cara biar
bisa sering sama kamu, ga usah khawatir. Setelah perusahaan Waloh masuk ke FS
Group, aku bakal cari cara buat cerai dari Alma. Kita bakal bareng terus apapun
yang terjadi, bagaimanapun caranya. Aku janji,” ucap Jalu pada Lily yang tampak
begitu bahagia bersamanya.
“Kakak kenapa gak bulan madu sama
kak Alma?” tanya Lily penasaran.
“Minggu depan rencananya bulan madu.
Aku pengen ajak kamu biar aku bisa sama kamu terus. Tapi kayaknya keluarga Alma
ga mau bareng sama keluarga kita,” senyum Lily perlahan memudar. “Gak usah
sedih, malam pertamaku kan sama kamu,” hibur Jalu.
Lily memutar matanya jengah. “Oh
iya, kalo nanti kebobolan terus hamil gimana kak?” tanya Lily panik.
“Yaudah gapapa, kamu tetep aku
sembunyiin sampe lahiran. Terus kita pindah ke tempat yang lebih bagus, lebih
gede buat gedein anak kita,” jawab Jalu yang benar-benar sudah memikirkan
segalanya.
Lily tersenyum lalu mengangguk. Tak
ada keresahan apapun lagi di hatinya sekarang. Apapun yang terjadi setelah ini
ia siap. [Next]
0 comments