0
Home  ›  Bad Brother  ›  Chapter

Bab 03 - Kado

Bab 03 - Kado-1

Lily buru-buru ke kamarnya begitu ia sampai rumah, ia ingin memberi kado yang sudah ia siapkan pada Jalu. Hanya ia yang belum memberi apa-apa pada kakaknya itu selain ucapan selamat. Jadi untuk memberi kejutannya Lily segera masuk dan meletakkan kadonya di laci tempat tidur Jalu lalu buru-buru keluar dari kamarnya secepat ia bisa.

Lily membelikan tempat rokok yang sudah ia hiasi dengan bunga-bunga agar tidak terlihat seperti tempat rokok dan sebuah korek api yang sama-sama sudah di hias. Lily tau hiasan yang ia berikan terlalu feminin untuk kakaknya. Tapi ia bisa menjelaskan kenapa ia menghias sedemikian rupa. Lily tau Jalu suka diam-diam merokok saat sedang banyak pikiran dan akan pulang dengan omelan dari mamanya bila ketahuan. Jadi Lily ingin menyembunyikan pelampiasan stres kakaknya itu.

Jalu menahan langkahnya begitu melihat Lily yang berlari buru-buru dari kamarnya. Jalu tersenyum geli menahan tawa melihatnya. Lily persis sekali dengan mamanya ketika ingin memberikan kejutan pada papanya. Tentu saja Jalu paham apa yang harus ia lakukan selanjutnya sekarang. Ia hanya perlu diam menunggu sampai Lily masuk ke kamarnya dengan tenang dan berpura-pura terkejut dengan apapun yang ia berikan. Seperti yang di lakukan papanya.

Tidak merusak kejutan dan sedikit berpura-pura terkejut adalah salah satu cara agar hubungannya tetap harmonis. Jalu benar-benar memahami itu dan berusaha menerapkannya. Tapi kali ini Jalu benar-benar terkejut melihat hadiah dari adiknya itu. Tempat rokok dan korek api dengan hiasan super girly. Sejak kapan Lily tau bila ia merokok?

“Lily,” Jalu mengetuk pintu lalu melangkah masuk karena tak ada jawaban dan pintu kamar yang juga tak di kunci.

“Hah! Kakak!” seru Lily kaget begitu melihat Jalu yang masuk ke kamarnya begitu ia keluar dari kamar mandinya. “A-ada apa?” gugup Lily lalu kembali masuk ke kamar mandi untuk mengancingkan piamanya dengan benar.

Jalu terdiam cukup lama. Sudah tadi ia melihat keanggunan Lily dalam gaunnya sekarang ia malihat Lily yang bersiap tidur dengan buah dadanya yang terbebas tanpa bra dan hampir menyembul keluar dari piamanya. Jalu hanya bisa menelan ludahnya membayangkan ia bisa meniduri Lily seperti yang orang tuanya lakukan setiap malam.

“Kakak ga suka kado dari aku ya?” tanya Lily yang melihat Jalu menggenggam kado pemberiannya.

Jalu berdeham beberapa kali lalu mengusap tengkuknya dengan gugup sebelum ia memberanikan dirinya menatap Lily. “S-suka,” Jalu gugup menjawabnya.

Lily langsung tersenyum sumringah.

“Kamu tau aku sering merokok?” tanya Jalu berusaha fokus pada apa yang membawanya menemui Lily.

Senyum Lily sedikit memudar seiring anggukan kepalanya. “Aku tau, kakak sering merokok. Mama sering marah kalo kakak merokok. Tapi aku tau kakak gitu cuma waktu stres aja. Jadi aku bantu umpetin,” jelas Lily sambil tersenyum canggung dan duduk di tempat tidurnya.

Baca juga Bab 37 – Tabir Kelam

Jalu menghela nafas lalu mengangguk dan tersenyum mendengar penjelasan Lily meskipun ia kerap tak fokus saat melihat putting payudara Lily yang terlihat menyembul di balik piamanya.

“Kak, minggu depan aku ada acara jambore di sekolahan. Boleh ikut gak?” tanya Lily meminta ijin pada Jalu.

Jalu terdiam sejenak. Baru kali ini Lily meminta ijin atas kegiatannya pada jalu.

“Kata papa bakal banyak acara perayaan buat kakak, kayaknya aku ga bisa ikutan,” ucap Lily menjelaskan alasannya kenapa meminta ijin pada Jalu.

Jalu mengerutkan keningnya lalu duduk di samping Lily. “Acaraku kan cuma sekali seumur hidup. Lagian kamu bisa kemah tiap hari Ly,” ucap Jalu sedikit melarang.

“Tapi ini kemah jambore terakhirku Kak, aku ga bisa bareng temenku lagi kak,” rengek Lily mencoba meluluhkan hati Jalu agar mengijinkannya.

Jalu mendengus kesal. Lily langsung menggenggam tangan Jalu. Jalu menatap Lily dengan alis bertaut.

Ini bukan kali pertamanya bersentuhan dengan Lily. Tapi tangannya yang kecil dan lentik, halus, lembut dan sedikit lembab terasa begitu menyihir Jalu. Belum pernah ada sentuhan sebaik ini sebelumnya. Bahkan mungkin ini sentuhan terbaik yang sukses membuat Jalu berdesir dan jantungnya berdebar-debar di saat yang bersamaan tapi ia harus menahannya mati-matian.

“Sekali ini aja ya Kak,” Lily kembali memohon dengan sedikit paksaan.

Baca juga Bab 36 – Lily Hamil

Jalu menghela nafasnya. Kali ini bukan karena kesal tapi karena berusaha menyadarkan dirinya bila Lily adalah adiknya dan tak sepantasnya pikiran-pikiran kotor itu masuk ke kepalanya saat ini. “Ini yang terakhir ?” tanya Jalu.

Lily langsung mengangguk dengan sumringah. “Iya, ini yang terakhir!” seru Lily semangat.

Jalu langsung mengangguk memberi ijinnya. Lagi pula saat Lily pergi jambore ia punya waktu yang lebih dari cukup untuk meyakinkan dirinya bila Lily tak sepantasnya menjadi objek kotor fantasinya.

Tapi baru Jalu mengangguk Lily memeluknya erat dengan manja tanpa beban. “Terimakasih Kakak!” seru Lily penuh suka cita.

Jalu ingin membalas pelukan Lily tapi Lily terlalu cepat melepaskan pelukannya sebelum Jalu sempat membalasnya.

“Besok Senin sampai Minggu aku pergi kemah, aku tinggal minta ijin mama deh sekarang,” ucap Lily ceria lalu meninggalkan Jalu sendiri di kamarnya sementara ia pergi mencari orang tuanya untuk meminta ijin.

Jalu segera pergi ke kamarnya dan langsung menguncinya dari dalam. Tak peduli pada Taji yang mungkin akan datang menghampirinya dan meminta untuk tidur dikamarnya. Jalu perlu memuaskan diri dengan segala fantasinya dan asupan yang ia terima dari Lily yang jelas tak dapat ia nikmati langsung.

●●●

Taji sibuk merengek dan melarang adiknya ikut jambore dengan menakut-nakutinya dengan cerita seram lokal hingga fiksi barat yang ia ikuti seperti adanya Yetti di gunung, atau adanya hantu onggo inggi di sungai. Segala jenis cerita seram ia ceritakan. Tapi Lily tak takut.

“Aku bisa ngaji, aku tidak takut,” ucap Lily yang kekeh ingin berangkat kemah jambore.

“Yaaaahhhh, tapi aku kan di sini cuma sebentar. Masak adekku satu-satunya ga mau temenin di rumah,” keluh Taji.

“Kan ada Kak Jalu,” jawab Lily sambil sibuk mondar-mandir menyiapkan barang-barangnya sendiri.

Jalu yang melihat Lily dengan kaos dan celana pendek yang biasa ia pakai tersadar. Lily tetap Lily. Ia gadis yang sama dan tetap menjadi adiknya, entah seliar apapun pikiran Jalu. Hampir Jalu ikhlas dan melupakan Lily juga fantasi liarnya. Ia kembali teringat pada Damian yang memiliki ketertarikan pada Lily. Seketika itu juga hasrat memiliki Lily seutuhnya kembali membara dengan lebih kuat daripada sebelumnya. Bahkan rasanya Jalu tak kuat membendungnya lagi kalau saja Lily tak segera pergi kemah hari itu. 

Bab 03 - Kado-2


36
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share