Bab 28 – Usir Lily
“Kakak
kenapa sih? Kok marah gini?” tanya Lily lembut sambil memeluk Jalu.
Jalu hanya
diam lalu menarik Lily hingga duduk di pangkuannya. “Alma cemburu sama aku,
sama apa yang kita lakuin di kamarmu tadi,” Jawab Jalu yang kembali melembut
seperti yang Lily sukai.
Lily
mengangguk lalu menundukkan kepalanya lesu dalam pelukan Jalu. “Terus sekarang
gimana? Aku harus apa?” tanya Lily takut bila membuat masalah besar.
Jalu diam
lalu menggeleng. Ia juga tidak tau harus apa. Tidak ada pilihan yang tepat saat
ini. “Tetaplah di sini selama sebulan,” ucap Jalu.
“Sebulan?! Itu
waktu yang lama banget kak, mama pasti cariin. Bentar lagi aku juga mau ujian
kelulusan. Aku ga bisa terus sembunyi. Biarin aku pulang,” ucap Lily yang tak
mau bila di minta bersembunyi.
Jalu hanya
bisa diam. Lily mulai menangis frustasi.
“Aku terus
yang harus ngalah, apapun aku yang harus berkorban. Aku terus, aku terus, Alma
cemburu, aku juga cemburu. Kenapa harus aku yang keluar dari rumah? Kenapa aku
yang harus di buang dari rumah mama? Aku di pungut mama, kenapa aku harus pergi
karena Alma yang baru datang cemburu sama aku?!” kesal Lily sambil menangis
tersedu-sedu tidak ikhlas bila ia harus angkat kaki dari rumah yang sudah
membesarkannya hanya karena seorang wanita asing yang tak ia kenal dengan baik
datang dan merasa tidak nyaman.
“Lily, demi
kakak. Kakak mohon,” Jalu memohon.
“Lalu apa
yang demi aku? Apa yang kakak lakukan demi aku? Bahkan ketika aku hanya dapat
sisa aku tetap mau dan bersyukur tapi itu juga di rampas dariku? Apa itu adil?”
tanya Lily dengan tatapannya yang begitu memelas dan tersakiti yang jelas tak
dapat di bantah Jalu.
Jalu
mendekap Lily sambil mengelus punggungnya.
“Aku ga
pernah mengusik siapapun, kenapa aku juga yang harus di usir?” tanya Lily
lirih.
Jalu
menggeleng, ia tak ingin mengusir Lily. Ia tak bermaksud sejauh itu.
“Aku mau
pulang. Kalau memang aku harus pergi dan di usir biar mama papa yang bilang.
Maka aku akan pergi,” ucap Lily lalu berjalan keluar dari rumah rahasianya
dengan Jalu.
Jalu
menahannya lalu menariknya kembali masuk.
“Apa
sekarang kakak lebih mementingkan Alma daripada aku?” tanya Lily yang membuat
Jalu tercekat. “Ayo pulang dan kita sudahi semuanya kalau begitu,” ucap Lily
sambil melepaskan cincin pemberian Jalu yang masih melingkar di jari manisnya.
Jalu
menahan Lily untuk melepaskan cincin di jari manisnya lalu menggeleng. “Aku gak
mau kita selesai sampai disini. Aku gak bisa kalo gak sama kamu, aku cuma
pengen kamu tetap di sini agar aku bisa pulang kesini,” ucap Jalu.
Liliy
menggeleng tak percaya dengan ucapan Jalu. “Kalo kakak cinta aku, kakak ga
bakal bikin aku terus mengalah kayak gini. Kakak pasti belain aku, aku jadi ragu
sama kakak,” ucap Lily lalu tetap melepaskan cincin di jari manisnya
mengembalikannya pada Jalu dan duduk di bangku belakang mobil Jalu sambil
menangis.
“Sayangku,
Cintaku, tolong jangan menangis. A-aku minta maaf, aku janji…”
“Buktikan!
Buktikan semua janji manismu! Aku sudah lelah!!!” bentak Lily frustasi sambil
menangis tersedu-sedu.
Jalu meraih
tangan Lily handak memakaikan cincin di jari manisnya lagi. Lily langsung
menampiknya.
“Mau sampai
kapan aku kayak gini? Mau sampai kapan aku harus berbagi kamu kakak? Sampai
kapan?” tanya Lily yang begitu menyudutkan Jalu.
“Secepatnya
ini semua akan segera berakhir Lily, aku berusaha menyudahi semuanya,” jawab
Jalu berusaha meyakinkan Lily.
“Kalau
begitu kakak baru boleh pegang aku kalo semuanya sudah selesai. Aku tidak mau
berbagi!” tegas Lily yang menunjukkan sisi egoisnya yang lama ia tahan dengan
airmata yang mengalir.
Jalu
mengecup punggung tangan Lily lalu mengangguk. “Ini tidak akan lama,” bisik
Jalu lalu mengecup kening Lily dan menyetir pulang.
●●●
“Kenapa
masih pulang sama Lily?” tanya Alma menahan Jalu begitu Lily melewatinya.
Lily
terhenti lalu menoleh kebelakang, kaget mendengar pertanyaan Alma pada
kakaknya.
Jalu
melewatinya lalu melangkah ke kamarnya. Jalu mencuci wajahnya lalu mengganti pakaiannya
dengan piama lain meskipun Alma sudah menyiapkan sebuah piama untuknya.
“Aku tanya
sama kamu Mas,” ucap Alma yang belum mendapat jawaban dari Jalu.
“Apa? Kamu
berharap apa? Aku buang Lily, yang benar saja. Aku belum segila itu,” jawab
Jalu lalu kembali keluar dari kamarnya dan pindah ke kamar Taji untuk
beristirahat.
Alma
mengejarnya dan langsung menggedor-gedor kamar Taji. Hingga akhirnya Robi
keluar karena Alma yang begitu ribut dan mengganggu istirahatnya sebelum
istrinya bangun.
“Ada
masalah apa lagi sekarang?” tanya Robi yang begitu jengah melihat Alma.
Alma
langsung mengambil kesempatan untuk mengadu pada mertuanya. Tapi belum ia
mengucapkan sesuatu, Jalu keluar dari kamar Taji. Bukan untuk melarang tapi
malah mempersilahkan Alma dan Robi masuk agar mereka bisa bicara di dalam.
“Aku
cemburu sama Mas Jalu soalnya peluk Lily, menurutku mereka sudah terlalu intim
dan mesra. Bagiku itu tidak wajar meskipun mereka keluarga sekalipun,” ucap
Alma langsung mengadu pada Robi.
Robi
mengusap wajahnya dengan gusar lalu mendengus kesal. “Lalu masalahnya dimana?”
tanya Robi lagi dengan jengah.
Jalu
menatap Alma dengan jengah juga. Alma begitu terpojok hanya dengan tatapan
jengah dua pria yang ada di hadapannya.
“Lalu maumu
apa?” tanya Robi berusaha sabar menghadapi menantunya yang sudah dua kali
membuat keributan di rumahnya yang damai.
“Aku pengen
Lily tidak tinggal di sini lagi, tidak berhubungan dengan suamiku lagi,” ucap
Alma terus terang.
Robi
geleng-geleng kepala sambil memijit pangkal hidungnya. “Jadi kamu pengen Lily
di usir dari sini?” tanya Robi yang langsung di angguki Alma. “Kamu pengen Lily
meninggalkan rumahnya sendiri? Meninggalkan orang tua dan keluarganya sendiri?
Hanya karena kamu cemburu ke Jalu?” tanya Robi mempertegas sekali lagi yang membuat
Alma tak bisa berkutik.
“Apa yang
membuatmu begitu cemburu pada Lily sebenarnya?” tanya Jalu lembut dan sudah
terdengar begitu lelah pada Alma.
Alma tak
bisa menjawab pertanyaan Jalu maupun mertuanya.
“Istirahat, besok kita bicarakan semuanya diluar,” ucap Robi lalu kembali ke kamarnya sebelum istrinya menyadari kepergiannya.