Bab 27 - Ujian Susulan
Selama
hampir tigabulan full, Alisa tinggal di rumah sakit. Ini anak pertamanya dan
Sean, cucu pertama Ahmad. Jadi jelas tak ada yang mau ambil resiko. Terlebih
dengan kondisi kesehatan Alisa juga kondisi mentalnya ketika menjadi seorang
ibu. Tidak masalah juga bagi Sean maupun Ahmad jika harus mengeluarkan uang
lebih, asal Alisa senang semua terasa impas.
“Anak Ayah
nenen mulu ya Nak,” ucap Sean yang gemas melihat putri kecilnya yang sedang
menyusu sebelum tertidur lagi setelah rewel.
Alisa
tersenyum melihat Sean yang begitu antusias dengan putri kecilnya. Sean juga
banyak belajar cara menggendong dan menggantikan Alisa untuk memberi ASI yang
sudah di pompa agar Alisa cukup istirahat.
“Perutmu
gimana?” tanya Sean memastikan kondisi Alisa pasca melahirkan.
“Udah gak
sakit, kan udah lepas jahitan juga. Udah sehat banget, nanti bisa pulang kata
dokter,” ucap Alisa lalu mengecup pipi Nabila dengan gemas. “Anak cantik, anak
pintar,” pujinya sembari menimang bayinya.
“Minggu
depan kamu yakin mau ikut ujian susulan?” tanya Sean memastikan kondisi Alisa.
Alisa
mengangguk yakin. “Iya lah, kan udah lahiran. Bisa pakek korset, berat badanku
juga turunnya cepet gara-gara Adek nen terus,” ucap Alisa penuh rasa
percayadiri.
***
Sean
mendekap putrinya yang baru selesai mandi dan menyusu. Sementara Alisa sedang
menikmati sarapannya dan bersiap berangkat ke sekolah di antar papanya.
“Bye..bye…Ibu…”
ucap Sean sembari memainkan tangan Nabila untuk ikut melambaikan tangan pada
Alisa.
“Nanti aku
langsung pulang,” ucap Alisa dengan ceria.
Tak ada
yang berubah, jika Alisa sebelumnya mengira ia akan sendirian ujian susulan
ternyata ia salah. Ada sekitar lima belas orang yang ikut ujian susulan dan
Tiwi juga mau ikut menemaninya. Semuanya berjalan seperti yang Sean katakan,
normal dan baik-baik saja. Tiwi hanya bertanya soal kondisinya yang sempat
menghilang karena sakit saja. Sementara Dani sendiri juga ikut merahasiakan
kondisinya.
“Tapi emang
bener sih, kalo abis di infus katanya jadi gemuk,” ucap Tiwi yang percaya saja
kalau Alisa terkena Covid-19 dan harus di rawat intensif.
Alisa
mengangguk sambil tersenyum. “Kamu habis lulus ini mau kemana?” tanya Alisa
pada Tiwi untuk mengalihkan pembicaraan agar tidak terus berputar padanya.
“Mungkin
aku mau merantau, tapi aku juga mau ambil kuliah. Aku mau pakek KIP biar bisa
gratis, aku sempet tanya-tanya kesekolah, katanya bakal di bantu. Tapi kalo
enggak aku mau kerja dulu aja,” jawab Tiwi yang harus menata masadepannya
sendiri.
“Nanti aku
tanyain Kak Sean dia ngerti gak ngurus begituan,” ucap Alisa dengan santai lalu
melihat mobil jemputannya datang.
“Kamu
sekarang gak tinggal di rumahmu lagi?” tanya Tiwi sedih.
Alisa
mengangguk sambil tersenyum canggung. “Aku ikut Papaku,” jawab Alisa lalu
melambaikan tangannya pada Tiwi sebelum masuk kemobilnya. “Besok lagi ya,
makasih Tiwi.”
***
“Seneng?”
tanya Sean menyambut Alisa yang baru pulang.
Alisa
langsung mengangguk dengan senyum sumringahnya. “Gak ada yang tau. Aku seneng
semuanya masih normal,” jawab Alisa lalu memeluk Sean dengan penuh suka cita.
“Habis ini
mau kuliah dimana kamu?” tanya Sean sembari membalas pelukan Alisa lalu
berlanjut mengikuti langkahnya masuk ke kamar untuk bersiap mandi setelah
hampir seharian di luar.
“Mau
nemenin Adek dulu sampe umur setaun, baru deh nanti kuliah. Mungkin aku mau
kursus dulu selama nemenin Adek,” jawab Alisa yang sudah mulai mementingkan
buah hatinya daripada mimpinya.
Alisa
langsung mandi, dan bersiap menyusui sambil memompa payudaranya yang tidak di
hisap bayi kecilnya. Alisa menikmati waktunya menjadi ibu. Alisa yang mengira
akan mudah mengabaikan anaknya malah selalu kepikiran dan tak bisa tenang saat
jauh darinya.
“Ibu kangen
sekali sama Adek tadi,” ucap Alisa sembari menatap putrinya yang sedang menyusu
dengan begitu lahap dan Sean sudah mengambilkannya makan dan bersiap
menyuapinya.
“Aku
renovasi kamarmu, harusnya bulan depan sudah selesai,” ucap Sean.
“Kakak kalo
bantu Tiwi buat kuliah gratis yang pakek KIP itu bisa gak?” tanya Alisa
tiba-tiba.
Sean mengerutkan
keningnya sejenak lalu mengangguk. “Suruh aja ke kantorku besok,” jawab Sean
lalu menyuapi Alisa.
Ahmad yang
pulang lebih awal dari kantornya awalnya berencana untuk menimang cucunya, tapi
begitu melihat Alisa yang sudah pulang dan sudah di urus Sean ia jadi sedikit
kesal namun juga senang. Kesal karena selalu kalah start, tapi juga senang
karena ucapan Sean bisa di pegang. [tamat]