Bab 18 - Jatah Ayah 🔞
“Ayah mau
apa?” tanya Alisa dengan suara bergetar dan terdengar cukup ketakutan dari
balik pintu.
“Mau ketemu
Sean lah, mau apa lagi emangnya?” saut Edy sembari melangkah masuk melewati
Alisa begitu saja dan langsung meletakkan barang bawaannya di meja ruang tamu.
“Dari ibukmu…” ucap Edy pelan sembari menghela nafas.
Alisa
menatap dengan begitu waspada dan tampak begitu tidak nyaman dengan kedatangan Edy.
Ia merasa hidupnya sudah nyaman dan menyenangkan begitu ia pindah dari rumah
mamanya.
“Mamamu
keguguran, kerjaan jadi tenaga medis bikin kecapekan…” Edy mulai bercerita soal
kondisi di rumah pada Alisa.
Kerutan di
kening Alisa perlahan memudar, kekhawatiran pada Dewi mulai menyelimutinya. Mau
bagaimanapun juga, sehancur apapun hati Alisa yang gagal mendapatkan
perlindungan dari mamanya hingga jadi kacau semua seperti ini. Alisa tetap
mengkhawatirkan mamanya, tetap memaafkan mamanya dengan hati seluas samudra.
“T-terus
gimana?” tanya Alisa khawatir sembari duduk di ujung sofa sembari mengelus
perutnya dengan lembut.
Edy menatap
Alisa sekilas. Sungguh Alisa begitu indah di matanya saat ini. Aura keibuan
yang menguar dari Alisa yang tengah mengandung juga pesonanya sebagai anak SMA
yang memang sedang berkembang-berkembangnya. Lekukan tubuh Alisa lengkap dengan
payudaranya yang lebih montok dan perutnya terlihat buncit, benar-benar
perpaduan yang begitu luar biasa.
“Yaudah dia
ambil cuti, istirahat di rumah. Menenangkan diri…” jawab Edy dengan nafas dan
suara yang begitu berat menahan gairahnya sendiri karena melihat segala daya
tarik Alisa. Bahkan Alisa tak perlu banyak tingkah untuk membangkitkan
gairahnya.
“Nanti
Alisa ajak Kakak pulang,” putus Alisa dengan suara yang terdengar begitu lembut
dan menenangkan sembari berjalan masuk ke kamarnya dan Sean.
Edy
mengusap wajahnya berusaha menahan kewarasannya agar tak buru-buru dan mudah
larut dalam gairahnya. Tapi ini Alisa, bukan wanita lain. Ia sudah pernah
menikmati nikmatnya himpitan lubang surgawinya yang benar-benar membuatnya
mabuk kepayang. Tak seinci bagian tubuh pun yang tak menjadi kesukaannya,
benar-benar bagai candu.
Bahkan Edy
juga menyukai cara Alisa menolaknya, sial semakin di ingat rasanya Edy semakin
ingin menerkam tubuh gadis muda yang sedang mengandung itu. Sungguh saat ini ia
benar-benar berharap jika Alisa sedang mengandung anak dari benihnya saja. Ia
benar-benar siap jika harus mengcover kehidupan Alisa, bahkan rasanya menikahi
gadis itupun Edy juga siap.
“Kakak,
buruan balik dong ada Ayah…” samar Edy mendengar suara Alisa yang terdengar
begitu lembut meminta Sean.
“Iya
sebentar lagi, udah kelar ni tinggal ngebungkus doang. Sabar ya.”
Alisa
menghela nafas mendengar jawaban Sean. Perasaannya masih was-was dan begitu
campur aduk. Firasatnya begitu buruk tiap ada Edy di sekitarnya, tapi karena
Sean bilang ia sudah dekat. Pasti memang begitu dan Alisa tak perlu terlalu
khawatir.
“Tenang…bentar
lagi Kak Sean pulang…” gumam Alisa sembari mengelus perut buncitnya menenangkan
diri.
Namun belum
Alisa merasa cukup tenang, tiba-tiba ia merasakan seseorang yang ikut mengelus
perutnya. Alisa langsung menoleh ke belakang dan mendapati Edy yang ada disana.
Belum Alisa menjerit atau mengelak Edy sudah langsung meremas payudaranya
dengan begitu kasar sembari membungkam mulut Alisa dengan mulutnya sendiri. Edy
memaksa untuk mencumbu Alisa dengan begitu kasar.
“Ayah!”