BLANTERORBITv102

    Bab 15 – Punyaku

    Minggu, 21 April 2024


    Sean tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan ayahnya. Sean jelas tau Edy tak mungkin membiarkannya bahagia dengan Alisa. Sean paham betul bagaimana watak ayahnya itu. Tapi mencoba merebut Alisa dengan cara kotor itu sungguh membuat Sean geli.

    Damn men!” seru Sean lalu berusaha berhenti tertawa. “Aku tau siapapun pria normal di dunia ini pasti menginginkan Alisa. Makannya aku tanam benih lebih awal,” ucap Sean lalu menghela nafas dan memarkir mobilnya di depan gedung pengadilan. “Aku memakai tubuh Alisa lebih sering daripada yang kamu kira, bahkan aku sampai gak bisa hitung berapa kali. Selain itu kalopun dia hamil anakmu persentasenya kecil. Kalopun iya aku tetep gak lepasin Alisa,” lanjut Sean lagi lalu keluar dari mobilnya dan bersiap sidang kembali.

    Edy makin kesal mendengar ucapan Sean yang begitu keras kepala dan meremehkannya. Edy merutuki kesalahannya ketika mau masuk kedalam tawaran sialan Sean yang hanya memamerkan kemesraannya saja bersama Alisa. Sekarang tambah kesal lagi karena Sean cukup berkeras dengan segala yang ada demi Alisa.



    Perasaan Sean sedikit sedih, marah dan kecewa. Tapi ia juga tak bisa marah dan meluapkan semuanya pada Alisa. Apapun alasannya Alisa tetap korban dan ia adalah pelaku yang pertama kali melakukannya. Tidak bisa di pungkiri juga, kegiatan sex yang Alisa alami juga hampir 100% karena andil Sean.

    Sean sempat ragu. Namun saat ia melihat ke ponselnya yang langsung melihat wajah Alisa yang ia pasang sebagai wallpaper membuatnya yakin kembali. Sudah lama Sean menunggu kesempatan ini, kesempatan memiliki Alisa seutuhnya. Sean tak peduli janin siapa yang ada di rahim Alisa, yang jelas itu tetap darah daging Alisa, Alisa tetap ibunya Sean akan tetap menyayanginya juga.

    “Kak…” belum selesai Alisa menyambut Sean yang baru sampai rumah Sean sudah memeluknya dengan erat terlebih dahulu.

    “Aku sayang kamu Al, apapun yang terjadi kamu punyaku,” ucap Sean sambil memeluk erat Alisa.

    Alisa mengangguk lalu membalas pelukan Sean. Perasaan Alisa sedikit memburuk, hubungan dengan ibunya sedang tidak akur bila sekarang ia juga tidak akur dengan Sean kehidupannya akan semakin runyam.

    “Kakak kenapa?” tanya Alisa lembut setelah Sean melepas pelukannya.

    Sean menggeleng. “Tua bangka serakah, bukan apa-apa,” jawab Sean lalu mengelus perut Alisa yang masih rata.

    Alisa masih tidak puas dengan jawaban Sean. Namun ia memilih untuk tidak membahasnya lagi saat ini. Alisa hanya diam dan membiarkan Sean diam dan menenangkan pikirannya. Alisa takut jika Sean meragukan janin di rahimnya dan akan meninggalkannya. Alisa benar-benar takut Sean akan meninggalkannya dan mencampakannya seperti sampah, seperti apa yang Dewi katakan.

    Usai mandi Sean langsung masuk ke ruang kerjanya. Meletakkan semua berkas, awalnya hanya itu lalu ingin segera bermanja-manja dengan Alisa. Tapi tiba-tiba ada telfon masuk dari salah satu pejabat daerah jadi Sean masih harus menanggapi itu terlebih dahulu.

    Obrolan ngalor-ngidul tidak jelas, pembahasan yang terus berputar-putar hingga akhirnya bermuara pada niatan mengenalkan Sean pada seorang wanita. Sean hanya bisa tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Ia sedang kasmaran dengan Alisa dan sedang di puncak kebahagiaannya karena akhirnya bisa memiliki Alisa secara utuh. Gila bila ia akan meninggalkan Alisa yang sudah lama ia asuh dan jaga hanya untuk wanita baru yang belum jelas kepribadiannya.

    “Wah mohon maaf sekali Pak, tapi saya lagi persiapan menikah juga. Kalau tidak ada halangan lagi, 6 bulan lagi mau di resmikan. Masalahnya kan sekarang lock down ga bisa pesta juga, jadi mungkin sah negara dulu saya nanti,” ucap Sean menolak tawaran perjodohan itu sambil kembali duduk di kursinya dan tak sengaja melihat Alisa yang mengintip di pintu.

    Sean melambaikan tangannya memanggil Alisa sambil tersenyum dan menspeaker panggilan yang sedang ia terima. Alisa mendekat lalu duduk di pangkuan Sean tanpa di minta. Menyemak pembicaraan Sean dan orang yang menelfonnya sambil bersandar di bahu Sean dengan manja seperti biasa.

    “Bentar lagi jadi bapak kok masih di tawarin cewek,” ucap Sean setelah telfonnya usai sambil tersenyum lalu mengecup pipi Alisa dengan gemas dan mengelus perutnya dengan lembut.

    “Kak, kalo dia bukan anak kakak gimana?” lirih Alisa pelan sambil menyandarkan kepalanya di bahu Sean.

    “Bodo amat, aku tetep sayang kamu. Tetep tanggung jawab sama dia juga. Aku tetep yakin dia anakku,” ucap Sean lalu mengecup bibir Alisa.

    Alisa tersenyum lalu mengangguk. Perasaannya jadi sedikit lebih tenang.

    “Kapan ya dia gedenya? Aku ga sabar dia jadi kuat biar aku bisa minta jatah lagi,” ucap Sean mengalihkan pembicaraan.

    “Kuat kok, tapi Kakak jangan keluar di dalem. Kalo gak pakek kondom kalo mau,” ucap Alisa menawarkan dirinya pertama kali pada Sean setelah sekian lama bersama dan dalam kegiatan intim yang cukup rutin sebelumnya.

    Sean tersenyum lembut lalu menatap Alisa dengan lembut sambil mengelus punggungnya. “Makasih udah baik banget sama Kakak, tapi Kakak gak mau buru-buru terus bikin dede bayinya kenapa-napa,” ucap Sean lembut menolak tawaran menggiurkan Alisa.

    “Kakak gak suka sama aku lagi ya?” tebak Alisa dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

    “Bukan begitu Alisa, Sayangku. Kakak suka sama Alisa, sayang banget malahan…”

    “Iya, iya aku ngerti,” potong Alisa lalu turun dari pangkuan Sean dan langsung masuk ke kamar.

    Sean menghela nafas sambil tersenyum puas. Sean suka Alisa cemburu padanya, ngambek, minta dimanja. Sean suka Alisa yang masih saja jual mahal padanya pada beberapa momen tertentu seperti sekarang. Dan mengejar Alisa agar berbaikan lagi dengannya, merayu dan sedikit memanjakannya hingga Alisa luluh kembali adalah kegiatan yang Sean sukai.

    “Alisa…” panggil Sean yang sudah mendapati Alisa sudah menggulung dirinya didalam selimut.

    Sean menutup pintu kamarnya lalu mematikan lampu dan menggantinya dengan lampu tidur kesukaan Alisa sebelum ia naik ke tempat tidur untuk memeluk Alisa dan merayunya seperti malam-malam biasanya. Sean memeluk Alisa dari belakang sambil mengelus perutnya, sesekali menciumi bahu dan tengkuknya dari belakang, menghirup aroma manis dan wangi yang ada di tubuh Alisa.

    “Harusnya aku yang takut kehilangan kamu, bukan sebaliknya kayak gini. Aku harus susah payah bikin kamu hamil, diomelin sana-sini, kalo ketauan dibenci semua orang, belum lagi kehilangan kerjaan, pasti juga kehilangan kamu juga. Gini kok kamu masih bisa ngambek tiap malem sih, Adek,” rayu Sean lembut lalu memaksa Alisa agar tidak memunggunginya.

    Alisa memang membalikkan badannya, tapi ia langsung membenamkan wajahnya juga pada dada Sean sambil menangis. Sean tersenyum sumringah menangani Alisa dengan mood yang mudah berubah dan jadi mudah menangis karena hormonnya terpengaruh saat sedang hamil. Sean paham akan hal itu dan siap akan konsekuensi yang ada.

    Sean bukan pria yang tertarik pada hal-hal soal perempuan. Bahkan kalau bukan karena memiliki adik seperti Alisa ia juga tidak tau kalau ada berbagai macam jenis pembalut dan haid bukan hal yang bisa diatur sesuai kemauan. Sean tidak terlalu akrab dengan banyak wanita dan menaruh perhatian atas merka. Sean menganggap wanita adalah makhluk ciptaan tuhan yang ribet. Sampai akhirnya Alisa hadir dihidupnya.

    Sean belajar banyak hal soal cara menjadi orang tua, kehidupan rumah tangga, bagaimana cara menangani pasangan dari setiap klien yang datang padanya. Sean adalah pendengar dan pengamat yang baik, dari kebiasaannya itu ia jadi bisa memahami wanita dengan lebih baik.

    “Besok kita periksa, aku ga sabar liat perkembangan dedeknya,” ucap Sean mencoba mencari topik pembicaraan agar Alisa tidak menangis. “Apa kita perlu liburan, ganti suasana?” tawar Sean yang sedikit merasa terlalu sibuk belakangan ini.

    Alisa menatap Sean. “Kakak sayang aku gak?” tanya Alisa disela tangisnya yang mulai reda.

    “Sayang, Kakak selalu sayang sama Alisa,” jawab Sean lembut sambil mengecup kening Alisa dengan lembut. “Gak ada orang yang lebih Kakak sayangin selain kamu,” ucap Sean lagi yang rasanya tak pernah bosan ketika Alisa memintanya untuk menyatakan perasaan berulang kali.

    Alisa hanya diam, nafasnya sudah lebih teratur dan tidak tersengal-sengal lagi.

    “Perasaanmu lagi gak tenang?” tanya Sean yang langsung di angguki Alisa. “Masih sedih? Masih pengen nangis?” tanya Sean lagi yang kembali mendapat tanggapan yang sama. “Oke gapapa, Kakak mengerti perasaanmu…” Sean mengelus punggung Alisa dan menunggunya hingga merasa lebih baik.

    “Aku gak pengen liburan,” ucap Alisa menanggapi tawaran Sean sebelumnya.

    “Besok aku gak ada sidang, aku gak ambil kasus buat besok. Jadi nanti aku bisa seharian full temenin Alisa di rumah,” ucap Sean lembut. “Kita perlu pakek ART enggak?” tanya Sean pada Alisa yang hampir selalu mengurus tempat tinggalnya.

    Alisa menggeleng. “Aku mau berdua sama Kakak aja. Kakak ga nyaman ya tempatnya aku jarang ngelapin barang-barang?” tanya Alisa yang memang sedang di landa overthinking.

    “Ya Allah, baru aja ngambeknya kelar. Udah ada masalah baru lagi. Enggak gitu Sayang, Kakak tu khawatir kamu kecapean kalo ngurus semuanya sendiri. Biasa kan di rumah dulu udah ada Mbak Ema yang bantuin, sekarang kerjain sendiri. Akunya kasian sama kamu, kasian sama dedek bayinya juga. Udah diajak ngerjain tugas sekolah banyak banget, bundanya masih harus ngurus rumah. Aku khawatir kamu capek,” Sean langsung menjelaskan sejelas-jelasnya sebelum masalahnya semakin melebar. [Next]




    Author

    dasp world

    Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.