0
Home  ›  Chapter  ›  Crave

Bab 22 - Pulang 🔞

 

Bab 22 - Pulang 🔞-1

Ahmad melihat betapa murungnya Alisa dan betapa sabarnya Sean menghadapi Alisa. Alisa juga terlihat tanpa canggung merengek meminta ini dan itu pada Sean. Begitu berbeda saat bersama Ahmad. Perlahan Ahmad yang merasa Sean hanya memanfaatkan kepolosan Alisa saja jadi menyadari mungkin memang hubungan keduanya di landasi suka sama suka dan ia tak perlu terlalu banyak mengkhawatirkan Alisa di tangan Sean.

“Makan ya sedikit,” bujuk Sean yang sudah bersiap menyuapi Alisa.

Alisa hanya diam sambil memalingkan pandangannya. Sean menghela nafas lalu mengelus perut Alisa dengan lembut.

“Makan ya, kasian dedeknya nahan laper juga nanti…” bujuk Sean dengan lembut lalu meletakkan piring yang ia bawa ke atas laci sebelum menciumi Alisa dengan lembut. “Kakak juga sedih sama kayak kamu,” ucap Sean berusaha memahami dan mengerti perasaan Alisa.

“Enggak! Kakak gak ngerti!” tangis Alisa kesal lalu memukuli Sean.

Sean hanya diam pasrah menghadapi Alisa sampai akhirnya Alisa menangis dalam dekapannya dan diam dengan sendirinya, baru setelahnya Alisa mau di suapi dan kembali bermanja-manja dengan Sean yang memfasilitasi segala keinginannya.

“Kakak aku pengen pulang,” pinta Alisa.

“Ini dah pulang,” ucap Sean lembut yang enggan membawa Alisa bepergian di tengah wabah seperti sekarang.

 “Kakak…” rengek Alisa lagi yang membuat Sean tersenyum. “Diluar pandeminya masih bahaya, zona merah. Kalo kita keluar-keluar nanti kena gimana?” bujuk Sean lembut lalu mendekap Alisa sebelum keluar kamar menyingkirkan piringnya.

Ahmad hanya memperhatikan Sean yang selalu keluar masuk kamar untuk mengurus Alisa. Di rumah ada banyak orang yang bisa membantunya, tapi Sean tetap memilih mengurus Alisa sendiri. Selain karena Alisa adalah adik tirinya, kini Alisa juga sudah resmi menjadi istrinya.

“Pa, kalo aku pulang boleh tidak?” tanya Alisa yang akhirnya keluar kamar.

“Ini udah pulang, mau kemana lagi?” saut Ahmad lembut.

Alisa langsung murung mendengar respon Ahmad yang tidak beda jauh dari Sean.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

“Yaudah boleh, tapi nanti kesini lagi ya. Ambil barang-barangmu semua, pindahin ke sini gapapa,” ucap Ahmad mengalah.

Alisa menghela nafas lalu mengangguk.

“Melon?” tawar Sean yang baru datang dari dapur.

“Kakak, ayo pulang kata Papa boleh,” ajak Alisa sambil mengelus perutnya.

“Makan ini dulu,” tawar Sean.

“Kakak…” rengek Alisa yang sudah tak mau makan lagi.

“Ya kalo gak makan, gak pulang. Aku sekalian siap-siap ya,” bujuk Sean lalu memberikan semangkuk melon yang ia bawa.

Alisa menghela nafasnya lalu melihat ke arah papanya yang mengangguk setuju dengan apa yang Sean katakan. Alisa dengan berat hati memakan melon yang sudah Sean berikan untuknya. Namun meskipun begitu Alisa senang karena Ahmad mulai kompak dan menerima Sean, meskipun raut marahnya masih kerap terlihat.

“Papa maaf ya…”

“Gapapa, ini salah Papa juga. Karmanya Papa juga, jangan di pikirin terus. Kita liat kedepannya aja gimana.” Ahmad langsung menyela ucapan Alisa.

Ahmad masih ingin marah pada Alisa maupun Sean, tapi sekeras ia ingin marah dan meluapkan emosinya. Sekeras itu pula Ahmad merasa penuh penyesalan dan dosa pada Alisa. Ketidak hadirannya sebagai orang tua, kasih sayangnya yang kurang, kenakalannya dulu.

“Kamu gimana sekolahnya? Hamil dah gede gini…” ucap Ahmad khawatir lalu mengelus perut Alisa sebentar sebelum kembali menarik tangannya setelah mendapat respon dari calon cucunya.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

“Kak Sean bilang dia urus semua, Kakak yang atur. Lagian sekarang kan online sekolahnya. Bentar lagi dia lahir, jadi ga ada masalah,” jawab Alisa lalu bangkit dari duduknya dan pergi ke kamar untuk bersiap-siap setelah mendengar suara mobil Sean yang sedang di panasi.

Ahmad melihat Sean yang mondar-mandir sibuk sendiri sementara Alisa langsung menikmati saja semua yang Sean lakukan untuknya merasa makin yakin dengannya. Mungkin memang cara bertemunya dan caranya untuk menikahi Alisa salah, tapi rasanya Sean bukan pria yang salah untuk Alisa. Bahkan Sean sudah memikirkan banyak hal yang mungkin terlewat dari Ahmad. Sean benar-benar menyiapkan semua dan memikirkannya dengan begitu matang.

“Berapa lama?” tanya Ahmad begitu Alisa dan Sean bersiap pergi.

“Mungkin dua hari,” jawab Alisa. “Kayaknya lebih cepat,” lanjutnya lalu masuk ke mobil.

***

Alisa duduk bersandar di mobil sambil mengelus perutnya. Pikirannya kacau, Sean tau itu dan ia juga tau jika ini tak baik untuk bayinya. Tapi Alisa masih saja bergelut dengan pikirannya. Pemakaman Dewi yang tak bisa ia hadiri, karena kendala protokol kesehatan. Pemakaman Edy pun juga tak beda jauh dengan Dewi. Tapi Sean lebih tegar daripada Alisa.

“Kakak kenapa gak sedih?” tanya Alisa akhirnya buka suara.

“Sedih kenapa?” tanya Sean sambil menyetir dan ikut mengelus perut Alisa.

“Ya Mama…Ayah…”

“Orang yang memperkosa kamu harus aku tangisi? Orang yang bikin kamu di perkosa juga harus aku kasihani? Orang yang bikin istriku susah hidupnya harus aku ratapi kepergiannya? Buat apa?” Sean terlihat keras dan serius sekarang.

Alisa tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia hanya diam lalu mendekap lengan Sean. “Aku sayang Kakak…” lirih Alisa lalu mengecup pipi Sean.

Sean menatapnya sejenak saat lampu merah lalu mengecup bibir Alisa dengan lembut. “Gak usah sedih, yang sudah ya sudah. Kita punya masa depan yang harus di perjuangkan Sa.”

Alisa mengangguk lalu mengecup bibir Sean. Keduanya kembali diam hingga akhirnya sampai di rumah. Sean dan Alisa mengemasi sisa barang-barang yang ada disana. Pembantu yang biasa mengurus rumah juga datang dan langsung membantu. Ia sempat kaget melihat kondisi Alisa yang hamil. Tapi yang lebih mengejutkan melihat Sean yang begitu mesra dengannya.

“Di beresin aja Bi kulkasnya, aku sama Alisa gak tinggal disini lagi. Kalo ada yang pengen dipakek ambil aja,” ucap Sean lalu masuk ke kamar Alisa.

Alisa tiduran diatas kasurnya dengan daster rumahannya yang terlihat ketat karena perut buncitnya. Alisa hanya diam memandangi langit-langit kamarnya yang begitu girly. Kamar yang menjadi saksi bisu ketika ia selalu kesepian dan menangis, juga ketika ia di perkosa Edy, bahkan saat ia menyusui Sean hingga bercinta dengannya.

“Sa, aku keinget waktu kamu kelas online terus aku gangguin. Jadi pengen minta jatah,” ucap Sean lalu meringis memamerkan giginya yang putih dan berbaris rapi itu.

Alisa memandangnya sambil tersenyum dan mengangguk, ia juga mengingat hal yang sama. “Boleh,” jawab Alisa mengijinkan dan langsung melepaskan celana dalamnya.

Bab 22 - Pulang 🔞-2

Bab 22 - Pulang 🔞-3


27
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share