Bab 02 – Labrak
Alisa
menyemak curhatan Tiwi yang selalu main ke rumah untuk menumpang makan, meminta
sedikit salep memar, dan bercerita dengan Alisa. Bukan hal baru lagi melihat
Tiwi ada di dapur atau ruang makan bersama Alisa. Semua anggota keluarga Alisa
sudah maklum dan terbiasa dengan kehadiran Tiwi. Bahkan Tiwi juga sudah
beberapa kali ikut dalam acara keluarga Alisa saking dekatnya.
“Eh ada
Tiwi!” seru Sean menyapa Tiwi setelah selesai memindahkan beberapa barangnya ke
apartemennya yang baru.
Alisa hanya
diam sambil menatap Sean kesal, sementara Tiwi tersenyum ramah pada Sean
seperti biasa. Namun baik Tiwi maupun Alisa sama-sama diam dan tak memberi
celah untuk Sean berbasa-basi. Keduanya tampak memilih diam agar tidak di
ganggu Sean atau Sean yang tiba-tiba ikut bergabung dalam obrolan.
Tapi Sean
tampaknya tidak begitu tertarik untuk mengganggu Alisa hari ini, paling tidak
begitu pikir Alisa yang mulai dapat bernafas dengan tenang. Tapi tak selang
lama setelah mengobrol dan akhirnya Tiwi pulang hingga tinggal ia dan Sean di
rumah. Sean kembali berulah.
“Al, aku
pusing banget. Temenin aku bentar dong,” ucap Sean sambil memeluk Alisa dari
belakang dan meremas payudara sintal adik tirinya itu dari belakang.
Alisa
memejamkan mata sambil menghela nafas. “Kak, cukup. Aku gak mau kayak gitu lagi
sama Kakak! Dosa!” tolak Alisa setegas yang ia bisa pada Sean sambil
menyelesaikan cuciannya.
“Kemarin
kamu gak nyaman, sakit, perih, karena baru sekali Al. Baru pertama kali, kamu
harus biasain sama punyaku,” ucap Sean lalu mematikan keran dan membalik tubuh
Alisa.
“Enggak ya
enggak Kak!” tolak Alisa dengan airmata yang langsung berlinangan.
Sean tak
peduli dengan penolakan Alisa, ia tetap menggendong adik tirinya itu masuk
kedalam kamarnya. Begitu masuk kedalam kamar Sean langsung mengunci pintu
kamarnya. Tak berhenti di situ, Sean juga langsung menurunkan celananya dan
melucuti pakaiannya. Tapi sejenak Sean terhenti dan langsung terdiam begitu ia
melihat ada bekas cupangan di dada Alisa.
“Aku gak
nandain kamu, siapa Al yang ngasih ini?” tanya Sean kaget dan begitu posesif
pada Alisa.
Alisa
memalingkan wajahnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca dan airmata yang
mengalir tanpa bisa ia tahan. “Ayahmu!” jawab Alisa ketus.
“Kok bisa
Ayah?!” kaget Sean yang langsung menatap serius Alisa.
Alisa
menjelaskan apa yang ia alami pada Sean. Alisa tidak berharap Sean akan
melindunginya tapi Alisa berharap paling tidak Sean akan berhenti
melecehkannya. Paling tidak untuk hari ini. Sean langsung mendekap Alisa yang
menangis lalu mengelus rambutnya.
Sean
memeluk Alisa dengan erat sambil sesekali berbisik meminta maaf. Sean merasa
menyesal sudah meninggalkan Alisa di rumah waktu itu. Sean tau Alisa kecewa
padanya dan terlebih karena ia juga yang sudah pertama kali memperkosanya. Tapi
Sean tak bermaksud dan tak ingin Alisa menjadi pemuas untuk orang lain juga.
Sean melakukannya juga karena ia cemburu dan hanya ingin memiliki Alisa
seutuhnya.
“Cup,
jangan nangis. Ku selesaikan urusan Ayah, kamu masuk kamar, kunci pintu,” ucap
Sean lalu kembali melepaskan Alisa.
Alisa
terkejut mendengar ucapan Sean. Alisa sempat bingung dengan sikap kakaknya yang
jadi begitu labil. Sebelumnya Sean ramah dan ceria, lalu berubah menjadi begitu
pemarah dan tega mencabulinya, sekarang Sean kembali menjadi kakaknya yang
sebelumnya lagi. Ini sangat membingungkan.
“Kak,
sebenernya kamu ini maunya apa sih? Kamu kenapa jadi aneh gini sih?” tanya
Alisa sambil menatap Sean dengan mata berkaca-kaca.
Sean
mengerutkan keningnya lalu menatap Alisa dengan lembut. “Udah kamu balik aja ke
kamarmu, aku salah, maaf. Biar kali ini aku lindungin kamu,” ucap Sean lembut
dan hangat seperti biasanya.
Alisa
menggeleng. “Kakak belum jawab pertanyaanku, Kakak kenapa? Kenapa jadi kayak
gini?” tanya Alisa lagi yang berkeras ingin tau dan tak terima dengan ucapan
lembut Sean yang mencoba mengalihkan pembicaraan.
Sean
menghela nafas merasa sudah terpojok dan sudah terpikirkan untuk jujur pada
Alisa. Namun samar-samar ia mendengar suara mobil Edy yang baru pulang. Sean
langsnung merapikan pakaian yang ia kenakan dan berlari keluar untuk menyerang
ayahnya.
“Udah gila
kamu Yah! Bisa-bisanya Ayah perkosa Alisa!” bentak Sean dengan sangat emosi
sambil mendorong ayahnya yang baru saja masuk rumah.
Alisa yang
mendengar perseteruan Sean dan ayah tirinya itu langsung berlari kabur
menyelamatkan dirinya di kamar. Alisa mengunci pintu kamarnya dan menahannya
dengan tubuhnya juga yang duduk meringkuk ketakutan di lantai.
Alisa
mendengar teriakan-teriakan Sean yang bersaut-sautan saling bentak, saling tuduh
dan berkelit. Kedua pria yang bekerja di bidang hukum itu begitu sengit. Saling
pukul dan saling tampar sudah tak terelakkan lagi. Sampai akhirnya Edy mengusir
Sean dan Sean yang langsung mendatangi kamar Alisa karena tak mau meninggalkan
Alisa di rumahnya sendiri.
“Alisa
buka!” teriak Sean, Alisa tak bergeming sedikitpun.
“Mau kamu
bawa kemana Alisa, kamu bisa kena masalah kalo sampai nekat bawa Alisa!” bentak
Edy yang melarang Sean membawa Alisa pergi.
“Masalah
apa? Satu-satunya masalah disini cuma karena Ayah yang ga bisa pakek Alisa
lagi! Udah kalo Ayah halangin aku, aku bakal aduin semua yang Ayah lakuin ke
Mama!” bentak Sean tak mau kalah. “Alisa buka!” bentak Sean sambil kembali
mencoba mendobrak pintu kamar Alisa.
Alisa masih
saja diam. Sean dan Edy juga diam sampai akhirnya Alisa membuka pintu kamarnya
secara perlahan. Alisa melihat kakaknya yang babak belur setelah berkelahi dan
cekcok dengan ayahnya. Sementara Edy duduk di sofa dengan kondisi yang tak jauh
beda.
Tanpa berlama-lama Sean langsung membawa Alisa pergi dari sana. Sean menggenggam tangan Alisa dengan erat sambil berjalan dengan cepat menuju mobilnya sebelum akhirnya tancap gas pergi meninggalkan rumahnya. [Next]