Alisa
menyemak curhatan temannya Tiwi yang semalam menghadapi KDRT yang di lakukan
ayah dan ibunya setelah Tiwi telat pulang sekolah karena terpilih menjadi
bagian dari anggota paskibraka. Tiwi menunjukkan lengan dan paha hingga
punggungnya yang memar karena di amuk orang tuanya. Alisa menatap miris tubuh
Tiwi yang kurus dan menjadi bulan-bulanan orang tuanya.
“Yaudah
kamu pergi aja, jangan disana terus. Kasihan badanmu, mentalmu juga pasti
keganggu,” ucap Alisa menanggapi sambil menambahkan secentong nasi ke piring
Tiwi yang menumpang makan sekaligus curhat padanya.
Tiwi
menggeleng. “Gak semudah itu Al, aku gak punya keluarga lain selain ayah ibuku.
Aku juga gak yakin ada orang yang bisa nerima aku. Selain kamu, aku gak tau
siapa orang yang ikhlas nampung orang kayak aku,” bantah Tiwi yang bingung akan
kondisinya sendiri karena dalam posisi yang sulit.
Alisa
menghela nafas. Alisa tau keluarga Tiwi bukan keluarga yang besar dan tinggal
dalam daerah yang sama. Untuk mencari perlindungan juga rasanya sulit dan
sia-sia mungkin juga akan lebih memperburuk keadaan. Ayahnya yang pensiunan
tentara dan ibunya yang tiba-tiba menjadi buruh di pabrik oleh-oleh demi
mencukupi kebutuhan keluarga sering tiba-tiba meluapkan amarahnya pada Tiwi.
Apalagi
Tiwi yang selalu aktif di sekolah dan sebelumnya di suport orang tuanya
tiba-tiba harus mengurangi segala aktifitasnya. Bahkan Tiwi sudah tidak les di
Kumon lagi karena kondisi keluarganya yang berguncang setelah ayahnya pensiun.
Mungkin sudah sejak dulu juga, tapi belakangan waktu ini yang paling parah.
“Wi, aku ga
ngerti harus gimana bantu kamu. Kakakku lawyer, tapi aku gak yakin kalo minta
tolong kakakku semuanya bakal beres dan gak menimbulkan masalah baru,” ucap
Alisa yang ikut prihatin dan bingung harus bagaimana dengan kondisi sahabatnya
itu.
Tiwi
tersenyum lalu menggenggam tangan Alisa. “Gak usah ngapa-ngapain Al. Kamu ada
buat dengerin aku aja, sama kasih aku makan gini aku udah seneng,” ucap Tiwi
yang tak ingin membuat Alisa makin pusing.
Alisa ikut
tersenyum lalu mengangguk. “Aku berusaha semampuku buat bantu kamu,” ucap
Alisa.
“Seandainya
saja aku punya keluarga kayak kamu juga, pasti kita bisa aktif sama-sama kayak
dulu,” Tiwi mulai berandai-andai dan memikirkan hal-hal bahagia bersama Alisa
yang tiba-tiba diam termenung.
Alisa
tiba-tiba teringat pada perbuatan kakak tirinya yang melecehkannya beberapa
waktu lalu, Alisa sudah coba melawan dengan melapor pada mamanya. Tapi saat
mamanya mencoba memberitahu ayah tirinya dan memintanya menegur Sean karena
kelakuan nakalnya. Alisa berharap akan ada perubahan setelahnya, sialnya Edy,
ayah tirinya, malah ikut melecehkannya saat mamanya sedang pergi dinas keluar
kota.
“Yaudah ya
Al, aku pulang dulu. Nanti keburu di cari orang tuaku,” pamit Tiwi yang di
angguki Alisa sambil mengantarnya keluar.
Alisa
melangkah masuk dan langsung merapikan meja makannya setelah menjamu Tiwi.
Mencuci piring juga gelas yang ada di wastafelnya. Tapi saat ia sedang mencuci
tiba-tiba dari belakang Sean memeluknya sambil menempelkan kejantanannya di
bokong Alisa yang masih tertutup rapi dengan pakaiannya.
“Al, aku
pusing banget. Temenin aku bentar dong,” ucap Sean sambil memeluk Alisa dari
belakang dan meremas payudara sintal adik tirinya itu dari belakang.
Alisa
memejamkan mata sambil menghela nafas. “Kak, cukup. Aku gak mau kayak gitu lagi
sama Kakak! Dosa!” tolak Alisa setegas yang ia bisa pada Sean sambil
menyelesaikan cuciannya.
“Kemarin
kamu gak nyaman, sakit, perih, karena baru sekali Al. Baru pertama kali, kamu
harus biasain sama punyaku,” ucap Sean lalu mematikan keran dan membalik tubuh
Alisa.
“Enggak ya
enggak Kak!” tolak Alisa dengan airmata yang langsung berlinangan.
Sean tak
peduli dengan penolakan Alisa, ia tetap menggendong adik tirinya itu masuk
kedalam kamarnya. Begitu masuk kedalam kamar Sean langsung mengunci pintu
kamarnya. Tak berhenti di situ, Sean juga langsung menurunkan celananya dan
melucuti pakaiannya. Tapi sejenak Sean terhenti dan langsung terdiam begitu ia
melihat ada bekas cupangan di dada Alisa.
“Aku gak
nandain kamu disini, siapa Al yang ngasih ini?” tanya Sean kaget dan begitu
posesif pada Alisa.
Alisa
memalingkan wajahnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca dan airmata yang
mengalir tanpa bisa ia tahan. “Ayahmu!” jawab Alisa ketus.
“Kok bisa
Ayah?!” kaget Sean yang langsung menatap serius Alisa.
Alisa
langsung menangis sesenggukan sambil mendorong Sean dan mencoba menutupi
tubuhnya. Sean tetap diam pasrah menerima dorongan dan pukulan Alisa. Sean
sadar apa yang ia lakukan salah. Tapi ia sudah jatuh hati pada Alisa sejak
ayahnya menikahi Dewi, mamanya Alisa. Sean sudah langsung hilang akal begitu ia
tau Alisa di dekati beberapa teman prianya di sekolah, selain itu Sean juga
sudah tak tau lagi bagaimana cara mendapatkan Alisa seutuhnya selain dengan
cara ini.
“Aku lapor
ke Mama, aku kira masalahnya bakal selesai. Kamu bakal di singkirin dan aku
bisa hidup tenang! Tapi ayahmu malah mau perkosa aku juga! Kalian sama saja!
Pria jahat! Munafik!” ucap Alisa meluapkan kemarahannya sambil memukuli Sean.
“Ayah juga
ngawinin kamu?” tanya Sean penuh emosi, kejantanannya tak lagi ereksi seperti
sebelumnya. Nafsunya hilang begitu saja begitu tau Alisa di lecehkan ayahnya.
Alisa
menggeleng. “Enggak, tapi hampir. Kalo gak ada tamu waktu itu Ayah pasti udah
lakuin itu ke aku!” jawab Alisa yang masih emosi dan menangis.
Tangan Sean
terkepal dengan alisnya yang sudah bertaut. Alisa adalah miliknya seorang,
entah Alisa setuju atau tidak tapi Sean tetap menetapkannya. “Ga bisa dibiarin!
Kamu itu punyaku Al! Yang boleh pegang kamu cuma aku!” Sean terlihat begitu
marah dan menyeramkan lalu beranjak untuk memakai celana dan merapikan
pakaiannya kembali sebelum akhirnya keluar untuk mencari ayahnya dan membuat
perhitungan dengannya.
Alisa
langsung memakai semua pakaiannya kembali dan buru-buru mengejar Sean keluar.
Tapi begitu Alisa berhasil keluar ia malah mendapati Sean yang sudah siap pergi
dengan mobilnya untuk mencari Ayahnya yang bekerja di kantor kejaksaan. Alisa
berusaha mengejarnya tapi Sean sudah melesat lebih cepat dari yang ia kira.
Alisa hanya
bisa diam, ia bingung akan situasinya. Disisi lain ia ingin pergi dan
meninggalkan keluarganya, tapi disisi lain ia merasa tak berdaya dan tak cukup
mampu membiayai hidupnya sendiri. Alisa memang benci pada apa yang di lakukan
Sean padanya. Alisa juga tak terima saat kakaknya itu menggaulinya secara paksa
tapi di sisi lain ia juga tak bisa benar-benar membenci Sean.
Sean yang
sudah ia kenal sejak masih duduk di bangku kelas 5 dan tumbuh bersamanya
selayaknya kakak yang baik. Membuat Alisa kesal, kecewa, dan marah karena Sean
yang kurang ajar padanya. Tapi terlepas dari itu Alisa juga menyayangi Sean
namun juga kecewa padanya. Perasaan Alisa begitu campur aduk dan berantakan
setiap kali ia melihat perubahan sikap Sean yang berubah 180⁰ ini.
0 comments