BLANTERORBITv102

Bab 00 - Prolog

Jumat, 19 April 2024

 


Alisa menyemak curhatan temannya Tiwi yang semalam menghadapi KDRT yang di lakukan ayah dan ibunya setelah Tiwi telat pulang sekolah karena terpilih menjadi bagian dari anggota paskibraka. Tiwi menunjukkan lengan dan paha hingga punggungnya yang memar karena di amuk orang tuanya. Alisa menatap miris tubuh Tiwi yang kurus dan menjadi bulan-bulanan orang tuanya.

“Yaudah kamu pergi aja, jangan disana terus. Kasihan badanmu, mentalmu juga pasti keganggu,” ucap Alisa menanggapi sambil menambahkan secentong nasi ke piring Tiwi yang menumpang makan sekaligus curhat padanya.

Tiwi menggeleng. “Gak semudah itu Al, aku gak punya keluarga lain selain ayah ibuku. Aku juga gak yakin ada orang yang bisa nerima aku. Selain kamu, aku gak tau siapa orang yang ikhlas nampung orang kayak aku,” bantah Tiwi yang bingung akan kondisinya sendiri karena dalam posisi yang sulit.

Alisa menghela nafas. Alisa tau keluarga Tiwi bukan keluarga yang besar dan tinggal dalam daerah yang sama. Untuk mencari perlindungan juga rasanya sulit dan sia-sia mungkin juga akan lebih memperburuk keadaan. Ayahnya yang pensiunan tentara dan ibunya yang tiba-tiba menjadi buruh di pabrik oleh-oleh demi mencukupi kebutuhan keluarga sering tiba-tiba meluapkan amarahnya pada Tiwi.

Apalagi Tiwi yang selalu aktif di sekolah dan sebelumnya di suport orang tuanya tiba-tiba harus mengurangi segala aktifitasnya. Bahkan Tiwi sudah tidak les di Kumon lagi karena kondisi keluarganya yang berguncang setelah ayahnya pensiun. Mungkin sudah sejak dulu juga, tapi belakangan waktu ini yang paling parah.

“Wi, aku ga ngerti harus gimana bantu kamu. Kakakku lawyer, tapi aku gak yakin kalo minta tolong kakakku semuanya bakal beres dan gak menimbulkan masalah baru,” ucap Alisa yang ikut prihatin dan bingung harus bagaimana dengan kondisi sahabatnya itu.

Tiwi tersenyum lalu menggenggam tangan Alisa. “Gak usah ngapa-ngapain Al. Kamu ada buat dengerin aku aja, sama kasih aku makan gini aku udah seneng,” ucap Tiwi yang tak ingin membuat Alisa makin pusing.

Alisa ikut tersenyum lalu mengangguk. “Aku berusaha semampuku buat bantu kamu,” ucap Alisa.

“Seandainya saja aku punya keluarga kayak kamu juga, pasti kita bisa aktif sama-sama kayak dulu,” Tiwi mulai berandai-andai dan memikirkan hal-hal bahagia bersama Alisa yang tiba-tiba diam termenung.

Alisa tiba-tiba teringat pada perbuatan kakak tirinya yang melecehkannya beberapa waktu lalu, Alisa sudah coba melawan dengan melapor pada mamanya. Tapi saat mamanya mencoba memberitahu ayah tirinya dan memintanya menegur Sean karena kelakuan nakalnya. Alisa berharap akan ada perubahan setelahnya, sialnya Edy, ayah tirinya, malah ikut melecehkannya saat mamanya sedang pergi dinas keluar kota.

“Yaudah ya Al, aku pulang dulu. Nanti keburu di cari orang tuaku,” pamit Tiwi yang di angguki Alisa sambil mengantarnya keluar.

Alisa melangkah masuk dan langsung merapikan meja makannya setelah menjamu Tiwi. Mencuci piring juga gelas yang ada di wastafelnya. Tapi saat ia sedang mencuci tiba-tiba dari belakang Sean memeluknya sambil menempelkan kejantanannya di bokong Alisa yang masih tertutup rapi dengan pakaiannya.

“Al, aku pusing banget. Temenin aku bentar dong,” ucap Sean sambil memeluk Alisa dari belakang dan meremas payudara sintal adik tirinya itu dari belakang.

Alisa memejamkan mata sambil menghela nafas. “Kak, cukup. Aku gak mau kayak gitu lagi sama Kakak! Dosa!” tolak Alisa setegas yang ia bisa pada Sean sambil menyelesaikan cuciannya.

“Kemarin kamu gak nyaman, sakit, perih, karena baru sekali Al. Baru pertama kali, kamu harus biasain sama punyaku,” ucap Sean lalu mematikan keran dan membalik tubuh Alisa.

“Enggak ya enggak Kak!” tolak Alisa dengan airmata yang langsung berlinangan.

Sean tak peduli dengan penolakan Alisa, ia tetap menggendong adik tirinya itu masuk kedalam kamarnya. Begitu masuk kedalam kamar Sean langsung mengunci pintu kamarnya. Tak berhenti di situ, Sean juga langsung menurunkan celananya dan melucuti pakaiannya. Tapi sejenak Sean terhenti dan langsung terdiam begitu ia melihat ada bekas cupangan di dada Alisa.

“Aku gak nandain kamu disini, siapa Al yang ngasih ini?” tanya Sean kaget dan begitu posesif pada Alisa.

Alisa memalingkan wajahnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca dan airmata yang mengalir tanpa bisa ia tahan. “Ayahmu!” jawab Alisa ketus.

“Kok bisa Ayah?!” kaget Sean yang langsung menatap serius Alisa.

Alisa langsung menangis sesenggukan sambil mendorong Sean dan mencoba menutupi tubuhnya. Sean tetap diam pasrah menerima dorongan dan pukulan Alisa. Sean sadar apa yang ia lakukan salah. Tapi ia sudah jatuh hati pada Alisa sejak ayahnya menikahi Dewi, mamanya Alisa. Sean sudah langsung hilang akal begitu ia tau Alisa di dekati beberapa teman prianya di sekolah, selain itu Sean juga sudah tak tau lagi bagaimana cara mendapatkan Alisa seutuhnya selain dengan cara ini.

“Aku lapor ke Mama, aku kira masalahnya bakal selesai. Kamu bakal di singkirin dan aku bisa hidup tenang! Tapi ayahmu malah mau perkosa aku juga! Kalian sama saja! Pria jahat! Munafik!” ucap Alisa meluapkan kemarahannya sambil memukuli Sean.

“Ayah juga ngawinin kamu?” tanya Sean penuh emosi, kejantanannya tak lagi ereksi seperti sebelumnya. Nafsunya hilang begitu saja begitu tau Alisa di lecehkan ayahnya.

Alisa menggeleng. “Enggak, tapi hampir. Kalo gak ada tamu waktu itu Ayah pasti udah lakuin itu ke aku!” jawab Alisa yang masih emosi dan menangis.

Tangan Sean terkepal dengan alisnya yang sudah bertaut. Alisa adalah miliknya seorang, entah Alisa setuju atau tidak tapi Sean tetap menetapkannya. “Ga bisa dibiarin! Kamu itu punyaku Al! Yang boleh pegang kamu cuma aku!” Sean terlihat begitu marah dan menyeramkan lalu beranjak untuk memakai celana dan merapikan pakaiannya kembali sebelum akhirnya keluar untuk mencari ayahnya dan membuat perhitungan dengannya.

Alisa langsung memakai semua pakaiannya kembali dan buru-buru mengejar Sean keluar. Tapi begitu Alisa berhasil keluar ia malah mendapati Sean yang sudah siap pergi dengan mobilnya untuk mencari Ayahnya yang bekerja di kantor kejaksaan. Alisa berusaha mengejarnya tapi Sean sudah melesat lebih cepat dari yang ia kira.

Alisa hanya bisa diam, ia bingung akan situasinya. Disisi lain ia ingin pergi dan meninggalkan keluarganya, tapi disisi lain ia merasa tak berdaya dan tak cukup mampu membiayai hidupnya sendiri. Alisa memang benci pada apa yang di lakukan Sean padanya. Alisa juga tak terima saat kakaknya itu menggaulinya secara paksa tapi di sisi lain ia juga tak bisa benar-benar membenci Sean.

Sean yang sudah ia kenal sejak masih duduk di bangku kelas 5 dan tumbuh bersamanya selayaknya kakak yang baik. Membuat Alisa kesal, kecewa, dan marah karena Sean yang kurang ajar padanya. Tapi terlepas dari itu Alisa juga menyayangi Sean namun juga kecewa padanya. Perasaan Alisa begitu campur aduk dan berantakan setiap kali ia melihat perubahan sikap Sean yang berubah 180 ini.




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.