BLANTERORBITv102

Bab 09 – Sekolah Online

Minggu, 21 Juli 2024

Tiwi datang ke rumah Alisa untuk mengikuti mengerjakan tugas bersama. Selain mengerjakan tugas tentu saja tujuan Tiwi lainnya untuk curhat dan menghabiskan waktu bersama Alisa di rumahnya. Dewi begitu senang menyambut kedatangan Tiwi dan langsung mengabarinya soal kabar bahagia itu. Dewi juga menawari Tiwi untuk makan di rumah sementara ia harus pergi menjenguk ibunya sekaligus membawakan sembako dan lainnya.

“Tante mau ke panti jompo dulu, Alisa di rumah sama Tiwi jaga rumah ya,” pamit Dewi sambil merangkul Alisa yang mengantarnya ke mobil.

“Eh ada Tiwi!” seru Sean menyapa Tiwi yang berdiri di ambang pintu rumahnya.

Tiwi meringis mendengar sapaan Sean yang begitu ramah padanya.

“Oh iya kalian daring juga ya?” tanya Sean kepo pada kegiatan adiknya.

Tiwi mengangguk. “Kayaknya gitu Kak, tapi gak tau deh. Ini baru di kasih tugas-tugas aja,” jawab Tiwi lalu menoleh pada Alisa yang baru masuk setelah orang tuanya pergi.

“Mama sama Ayah kemana?” tanya Sean pada Alisa.

“Ke panti, nganterin kebutuhannya Embah,” jawab Alisa lalu duduk di karpet bersama Tiwi.

Sean mengangguk lalu melemparkan dua bungkus kripik kentang ke arah Tiwi dan Alisa sebelum masuk ke kamarnya. Rumah tetap ramai meskipun tidak ada Dewi dan Edy. Ada Mbak Ema yang bersih-bersih dan mencuci, ada juga tukang yang di minta memperbaiki talang genteng yang bocor sebelum benar-benar masuk musim penghujan.

Sean juga sibuk bekerja di rumah meskipun akhirnya ia pergi ke kantornya karena ada urusan. Hingga tinggal Alisa, Tiwi dan pekerja di rumahnya. Alisa dan Tiwi juga tampak asik mengerjakan tugas yang rasanya begitu banyak dan tiada henti di kirimkan gurunya. Sambil sesekali mengobrol dan ngemil. Hari ini terasa sangat menyenangkan.

“Al, kamu kok keliatan tambah gemuk ya,” celetuk Tiwi.

Alisa langsung menarik kaos oblong yang ia kenakan untuk menunjukkan bentuk tubuhnya pada Tiwi. “Kayaknya enggak deh,” ucap Alisa yang memang makan dengan tidak teratur belakangan ini.

“Oh ini yang bikin keliatan gemuk!” seru Tiwi sambil menunjuk payudara Alisa dengan bolpen yang ia bawa.

Alisa tertawa kecil mendengar celetukan Tiwi. “Gak ah, mungkin efek pakek bh busa aja,” bantah Alisa lalu kembali asik mengerjakan soal-soal di LKSnya.

Kling! Sebuah pesan masuk ke grup kelas. Bukan grup kelas yang resmi tentunya karena isinya hampir celetukan-celetukan teman sekelas yang celometan dan banyak kiriman contekan tugas. Tiba-tiba ada kabar kalau ada adik kelas yang di keluarkan dari sekolah karena hamil duluan.

OMG!!!” seru Tiwi setelah membaca gosip baru dari grup.

“Kamu kenal orangnya?” tanya Alisa yang langsung di angguki Tiwi.

“Kenal! Dia ikut Rohis loh padahal, belum anggota sih. Tapi kayak mau ikut pelatihan gitu, diklat[1]. Baru hari pertama udah sakit terus balik di jemput bapaknya. Anaknya baik sumpah! Keliatan alim, kalem. Kaget banget aku ternyata dia kayak gini. Mana katanya hamil sama om-om lagi! Iyuh!” ucap Tiwi sambil geleng-geleng kepala.

Alisa meringis miris mendengar cerita Tiwi. Tapi seketika ia jadi teringat belakangan ini ia begitu sering berhubungan intim baik dengan Sean maupun Edy. Keduanya juga sama-sama mengeluarkan spermanya di rahim Alisa.

Tiwi terus bercerita soal apa yang ia tau soal adik kelas yang ketauan hamil duluan itu. Sementara Alisa pelan-pelan meraba kewanitaannya dan mengelus perutnya berharap ia tidak hamil dan tidak menjadi buah bibir juga seperti adik kelasnya itu.

“Gila sayang banget di keluarin padahal bentar lagi naik kelas,” ucap Tiwi.

Alisa kembali meringis. “B-bentar lagi kita lulus,” ucap Alisa gugup.

“Hah iya, gak kerasa banget ya. Bentar lagi kita berpisah deh…” ucap Tiwi sambil menghela nafas.

“Kamu mau kuliah dimana?” tanya Alisa mengalihkan pembicaraan agar Tiwi tidak membahas adik kelas yang hamil duluan itu lagi.

“Aku kayaknya mau ikut pelatihan bahasa jepang gitu, terus kerja merantau ke Jepang,” ucap Tiwi yang seketika tampak murung karena tidak bisa kuliah.

Alisa tersenyum lembut menguatkan Tiwi. “Gapapa, kerja juga keren kok. Aku juga pengen cepet kerja,” ucap Alisa menyemangati Tiwi.

Tiwi tersenyum lalu mengangguk tapi seketika pandangannya teralih ketika tak sengaja melihat bercak merah di dada Alisa. “Eh, ini kena apa Al?” tanya Tiwi.

Deg! Alisa panik dan bingung harus berkata apa pada Tiwi.

“Merah-merah, kamu habis kerokan?” tebak Tiwi yang membuat Alisa bernafas lega dan langsung mengangguk.

“I-iya…” jawab Alisa canggung lalu mengigit bibir bawahnya. Sial! Alisa tak suka berbohong, apa lagi membohongi satu-satunya teman dekatnya. Alisa tak mau jadi pembohong. Tapi untuk jujurpun Alisa tak kuat. Tak kuat menanggung malu lebih tepatnya.

Suara mobil orang tua Alisa terdengar. Dewi turun di papah suaminya tampak begitu lemas, maklum masih hamil muda. Tiwi yang merasa tidak enak hati jika tetap di sana sementara Alisa harus merawat ibunya pamit pulang. Dewi sempat menahan Tiwi agar tetap di rumah bersama Alisa karena ia sudah membelikan ayam goreng tepung. Tapi Tiwi tetap menolak dan memilih untuk pulang.

“Gapapa bawa aja Wi,” ucap Edy memberikan plastik berisi ayam goreng tepung pada Tiwi lalu masuk ke kamar untuk mengurus istrinya.

“Aku pulang dulu ya Al, aku gak enak kayaknya rumahmu lagi riweh,” ucap Tiwi sungkan.

Alisa meringis lalu mengangguk. “Besok kesini lagi ya,” ucap Alisa yang di angguki Tiwi.

“Tapi kalo gerbang kompleks rumahku di lockdown aku gak bisa keluar, aku ga janji bisa main. Tapi aku pengen main kesini terus. Besok ku kabarin,” ucap Tiwi yang di angguki Alisa sambil mengantarnya sampai keluar gerbang.

Alisa masuk ke kamarnya merapikan barang-barangnya lalu masuk ke kamar orang tuanya untuk melihat kondisi mamanya. Mamanya tampak lemas setelah muntah-muntah, meskipun wajahnya tampak berseri karena senang bisa hamil anak kedua.

“Ayah ih! Aku gak pengen, ngapain pegang-pegang!” ketus Dewi pelan saat suaminya menjamah tubuhnya dengan sedikit nakal.

“Ma…” panggil Alisa pelan lalu duduk di pinggir tempat tidur dekat kaki mamanya.

“Mama gapapa, semua orang khawatir Mama jadi gak enak…”

Alisa tersenyum. “Kayaknya aku bakal sekolah daring terus deh,” ucap Alisa.

“Iya harusnya gitu, Mama juga kayaknya bakal sibuk juga di rumah sakit nanti,” ucap Dewi.

“Loh Mama kerja?” tanya Edy pura-pura kaget meskipun sudah tau istrinya yang bekerja menjadi kepala perawat tentu akan tetap pergi bertugas apa lagi masa pandemi seperti saat ini.

“Iya dong Yah, panggilan tugas…” ucap Dewi lalu menepuk tangan Edy yang hendak menggerayangi payudaranya. “Ayah ih, ga boleh gitu. Ada Alisa,” bisik Dewi memarahi Edy.

“Tugasku banyak banget kalo daring, oh iya tadi ada kabar adek kelasku di keluarin Ma. Hamil duluan katanya,” ucap Alisa berharap dengan cerita itu Edy akan menjauh darinya.

“Ya ampun! Kamu ati-ati loh, jangan sampe kena pergaulan bebas! Merusak masa depan! Nanti kalo mama tugas kamu harus di rumah terus, gak usah main-main. Jaga rumah sama Ayah sama kak Sean!” ucap Dewi yang terdengar bagai mimpi buruk bagi Alisa. 


[1] Pendidikan dan pelatihan 




Author

dasp world

Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.