Bab 23 - ASI 🔞
Alisa duduk
manis disamping Sean yang sedang menyetir sembari menikmati makanannya sendiri.
Moodnya sudah jauh lebih baik setelah sempat ke rumah di tambah juga bercinta
dengan Sean yang membuatnya jauh lebih baik. Meskipun Alisa masih merasa
kehilangan, ia berusaha kuat terlebih ia sedang hamil tua dan ada Sean yang
selalu menguatkannya.
“Mau?”
tawar Alisa sambil menyuapkan ke Sean tanpa menunggu jawabannya.
Sean
langsung membuka mulut menerima suapan dari Alisa. “Kamu makan lah,” ucap Sean
yang selalu memikirkan asupan makanan Alisa itu.
“Udah
kenyang,” jawab Alisa yang kembali menyuapi Sean.
“Gimana
kamu ini makan dikit mulu,” komplain Sean dengan alis berkerut namun tetap
menerima suapan Alisa.
Alisa hanya
tersenyum lalu mengecup pipi Sean agar berhenti komplain padanya.
“Nanti ke
apartemen ambil barang-barang, terus pulang?” tanya Sean memastikan rute
perjalanannya hari ini.
“Ke baby
shop dong Kak,” pinta Alisa.
“Boleh,”
jawab Sean berbelok masuk ke dalam parkiran apartemennya.
***
Sean dan
Alisa kembali sibuk merapikan barang-barang. Hanya membawa beberapa saja,
sisanya yang di bawa dari rumah juga banyak yang di tinggal di apartemen.
Meskipun Sean dan Alisa akhir-akkhir ini memikirkan untuk banyak tinggal dengan
Ahmad terlebih dahulu. Keduanya tetap merasa perlu tetap tinggal di apartemen
sesekali. Tentu saja untuk minta jatah, karena canggung jika bercinta di rumah
ayahnya Alisa.
“Ini mau
langsung pulang apa enggak?” tanya Sean setelah merasa cukup dengan
barang-barangnya.
“Nanti…”
jawab Alisa lalu meletakkan beberapa buku paketnya kedalam koper. “Capek
banget, aku masih ada kelas pagi besok. Disini dulu aja gimana?” tanya Alisa.
Sean
mengangguk patuh. Toh memang ia hanya ingin menuruti Alisa saja. Setelahnya
Alisa langsung sibuk dengan tugasnya dan Sean sibuk juga dengan banyaknya clien
yang mengajukan cerai, dari mulai masalah ekonomi sampai masalah-masalah tidak
masuk akal lainnya. Tidak hanya kasus cerai tapi juga kasus-kasus lain juga ada
seperti jual beli tanah dan kasus sengketa.
“Besok aku
ngantor, kamu disini sendiri gapapa?” tanya Sean setelah selesai dengan
tumpukan tugasnya.
Alisa
mengangguk lalu kembali mengerjakan tugasnya dan beberapa catatan yang harus ia
rangkum.
“Sakit gak
pinggangnya? Mau di bantuin gak?” tanya Sean lalu duduk di samping Alisa.
“Fotoin ini
aja Kak, jadiin PDF ya,” jawab Alisa sembari menunjukkan apa yang bisa Sean
bantu.
“Maaf ya,
jadi kerja keras banget gini kamunya.”
Alisa
menghentikan aktivitasnya sejenak menatap kakaknya itu lalu tersenyum dan
kembali dengan kesibukannya. “Kakak udah siapin nama?” tanya Alisa mengalihkan
pembicaraan.
Sean
tersenyum lalu mengangguk. “Tapi biar Papamu aja yang kasih nama. Aku ngerasa
gak ada hak. Udah ngerusak anaknya, ngehamilin, perkosa, bikin idupmu susah,
maruk banget aku kalo aku juga yang kasih nama.”
Alisa
tertawa mendengar ucapan Sean. “Aku sayang Kakak…” lirihnya.
“Eh!” Sean
langsung menoleh ke arah Alisa dengan wajah terkejut dan mata berbinar seiring
dengan senyum sumringahnya. “B-bi-bilang lagi Sa!” ucap Sean sembari menyiapkan
perekam suara di hpnya yang langsung ia todongkan pada Alisa.
“Apa?”
Alisa menahan tawanya.
“Bilang
lagi kalo sayang Kakak, buruan. Aku rekam! Momen langka ini. Nanti aku jadiin ringtone
di hpku,” pinta Sean antusias.
Alisa
tertawa mendengar permintaan Sean yang begitu antusias hanya karena ia
mengatakan sayang. Sampai akhirnya ia puas tertawa dan meraih ponsel Sean untuk
mengatakan kalimat yang begitu Sean inginkan itu.
“Aku sayang
Kakak!” ucap Alisa. “Beneran ya di pakek buat ringtone!” tagih Alisa
yang langsung di angguki Sean.
Tanpa
babibu Sean langsung mengatur ringtone ponselnya seperti yang sudah ia
janjikan. Sean kembali membantu Alisa dengan tugasnya sementara Alisa juga
mengejar ketertinggalannya.
“Habis ini
ke baby shop?” tanya Sean memastikan.
Alisa
menggeleng. “Capek banget, mau istirahat aja dulu,” jawab Alisa lalu bangun
dari duduknya untuk meregangkan tubuhnya sejenak sebelum tiduran.
Sean
mengangguk lalu menghela nafas, merapikan buku-buku Alisa dan peralatan
sekolahnya sebelum tiduran di samping Alisa yang sudah resmi menjadi istrinya
itu.
“Kita gak
bisa bulan madu, ga bisa liburan, ga asik pandemi gini,” ucap Sean lalu
mengelus perut Alisa.
“Iya gak
asik,” jawab Alisa sembari memiringkan tubuhnya memunggungi Sean. “Pinggangku
sakit,” keluh Alisa yang langsung di pijit oleh Sean.
“Aku sayang
Alisa, dedek bayinya juga. Aku seneng udah di gebukin Papamu, udah nikahin
kamu. Lega banget aku,” ucap Sean yang entah keberapa kalinya ia ucapkan pada
Alisa sembari terus memijit dan mengecup bahu Alisa.
“Iya, aku
juga udah lega,” jawab Alisa lalu meraih tangan Sean untuk mengelus perutnya.
Sean
mengelus perut Alisa sebentar lalu mengambil Bio Oil dan mengoleskannya ke
perut Alisa dengan lembut dan telaten. Sean begitu berusaha memberikan
pelayanan terbaiknya untuk Alisa. Adiknya, cinta gilanya, istrinya, hidupnya
yang baru. Bahkan setelah semua kegilaan yang terjadi, ia masih saja
berdebar-debar dan tergila-gila pada Alisa.
“Sehat-sehat
ya…” lirih Sean yang begitu menyayangi Alisa juga calon buah hatinya.
Alisa
tersenyum lalu mengulurkan tangannya untuk meraih Sean untuk mencium bibirnya.
Sean jelas membalas ciuman yang Alisa berikan itu. Membalas lumatannya dengan
lembut, memejamkan matanya sebelum keduanya larut dalam cumbuan yang begitu
memabukkan itu. Begitu penuh gairah seolah mereka baru pertama kali
melakukannya.
“Alisa…”
lirih Sean di sela cumbuannya sebelum kembali memagut bibir lembut Alisa dan
bergeut dengan lidahnya yang saling bertaut. “Sayangku…” bisik Sean sembari
menciumi pipi hingga telinga Alisa. “Cintaku…” bisiknya lagi dengan suara yang
terdengar begitu berat sembari menjilati leher Alisa.
“Ahh…Kakak…”