BLANTERORBITv102

    Bab 14 – Makan Siang

    Minggu, 21 April 2024

     


    Edy uring-uringan sudah sebulan, mungkin lebih lama dari itu ia tak bertemu Alisa. Ia baru sekali benar-benar menikmati tubuh molek Alisa yang malu-malu menunjukkan sikap jalangnya. Bahkan Edy masih bisa ingat betapa nikmat tubuh Alisa waktu itu.

    Tinggal bersama Dewi yang terus menangis dan mengomel soal Sean dan Alisa juga membuat Edy ikut stres. Belum lagi ia masih harus membantu Dewi tiap kali ia mengalami morning sick dan segala ngidam tidak penting yang terkesan tak masuk akal baginya. Begitu berbeda dengan Sean yang sama sekali tak harus mengalami apa yang ia alami.

    Tiap kali Edy bertemu Sean di pengadilan juga, Sean tampak ceria dan segar. Sean memang bilang ia tak dapat jatah atau tak meminta jatah pada Alisa karena sedang hamil muda. Tapi Sean juga bilang jika Alisa tetap mau memakai pakaian sexy di rumah dan tak banyak ngidam atau hal ribet lainnya. Sean juga sempat cerita jika kehidupannya dengan Alisa terasa lebih bahagia karena Alisa tak tertekan lagi oleh segala tuntutan dari mamanya yang begitu ambisius.

    Kalau saja nasip bisa di tukar, mungkin Edy akan melakukannya demi bisa menghabiskan waktu dengan Alisa. Tidak perlu bercinta juga tak masalah. Toh bisa melihat Alisa yang sexy ada di rumah dengan segala kesibukannya juga sudah cukup membuatnya merasa segar dan terhibur.

    “Pengen dibeliin sesuatu gak Al? Aku mau pulang bentar lagi,” ucap Sean yang memilih makan siang bersama Alisa daripada di kantor atau didekat pengadilan.

    “Pengen anggur aja, nanti kalo Kakak lewat tukang buah tolong sekalian beli ya,” ucap Alisa di ujung telefon.

    “Oke siap, nanti aku mampir,” ucap Sean sambil merapikan berkasnya ke dalam tas.

    “Gak makan siang disini?” tanya Edy yang melihat Sean buru-buru pulang.

    “Enggak, mau makan siang sama Alisa. Dia minta anggur, sekalian mau cariin dulu ini,” jawab Sean.

    Edy mengangguk lalu membuka nasi box jatahnya dari ketring kantor sambil menghela nafas.

    “Di rumahku ada tumisan sama ayam goreng, Alisa yang masak…” ucap Sean sedikit ragu dan bingung menawari ayahnya makan di rumahnya.

    Edy mengangguk kembali lalu mengerutkan keningnya. “Alisa bisa masak?” tanya Edy sedikit kaget.

    “Bisa, dia suka masak. Enak, sejauh ini aman. Mau coba?” akhirnya Sean tetap menawari ayahnya.

    Edy mengangguk lalu tersenyum dan bangkit dari duduknya.

    Sean tak cukup akrab sebenarnya dengan Edy, meskipun Edy ayahnya dan satu-satunya keluarga terdekat yang ia miliki ia tetap tidak akrab dengannya. Bukan tanpa alasan, tapi Sean memang biasa menghabiskan waktu dengan mendiang ibunya dan sedikit kesal dengan Edy yang hanya peduli soal karir dan mudah menggantikan ibunya dengan wanita lain. Ini kali pertamanya menawari Edy sesuatu.

    Sepanjang jalan ke apartemennya Sean dan Edy hanya diam. Jujur Sean selalu ingat cerita Alisa saat Edy memperkosanya dulu. Sean masih marah akan hal itu, tapi melihat ayahnya yang murung dan kurang semangat belakangan ini Sean jadi iba.

    Sean hanya menawarinya makan siang berharap dengan berkumpul bersama dan menunjukkan kalau Alisa benar-benar baik-baik saja akan membuat Edy sedikit lebih baik.

    “Kakak!” seru Alisa yang langsung berlari kecil menyambut Sean sambil memeluknya dan berciuman di ambang pintu.

    “Banyak tugas?” tanya Sean lalu mengecup kening Alisa dan merangkul pinggangnya masuk.

    “Eh… Ayah…” ucap Alisa sedikit kaget Sean mengajak ayahnya berkunjung.

    Sean tersenyum. “Gapapa kan?” tanya Sean sambil menyerahkan plastik berisi 2 kg anggur yang di pesan Alisa.

    Alisa mengangguk. “Aku gak beli lauk, aku masak sendiri,” ucap Alisa sambil berjalan masuk mempersilahkan Sean dan Edy masuk.

    Edy semula senang akan bertemu dan bisa melihat Alisa kembali. Tapi saat ia melihat sambutan Alisa pada Sean dengan begitu romantis membuat rasa cemburu di hatinya mulai terbakar. Ruang tamu apartemen Sean tampak berantakan memang, ada banyak kertas dan tumpukan buku disana. Tapi dari situ Edy merasa makin cemburu.

    Edy memang benci jika rumahnya berantakan dan banyak benda berseralan tidak pada tempatnya. Tapi bila itu dilakukan oleh istrinya yang menunggunya pulang, Edy akan memakluminya. Seperti halnya Sean sekarang yang begitu maklum dengan ketidak beraruran yang Alisa lakukan.

    Dewi juga tak pernah menyambut Edy pulang seperti cara Alisa menyambut Sean, Dewi tak pernah menunggunya pulang di ruang tamu seperti yang Alisa lakukan. Edy tau Sean punya ruang kerja, Edy yakin Sean pasti mengijinkan Alisa menggunakan seluruh ruangan di rumahnya. Tapi Alisa memilih di ruang tamu, betapa manisnya.

    Memang saat makan Sean yang mengambilkan Alisa, tapi Edy juga akan melakukan hal yang sama jika ia ada di posisi Sean. Edy suka melayani dan di layani, tapi Dewi hampir tak pernah memasak dan selalu bergantung pada ART[1] di rumah.

    “Keasinan…” komentar Edy berusaha merusak mood Alisa.

    Sean mengangkat sebelah alisnya tak suka dengan komentar ayahnya itu. “Sabar Al, nanti begitu selesai UN[2] kan nikah,” celetuk Sean.

    “Kakak apaan sih?!” saut Alisa tak paham dengan celetukan Sean.

    “Kamu sok-sokan ngodein masak asin segala sih, semua orang juga dah tau kalo cewek masaknya keasinan berarti minta nikah,” jawab Sean yang sukses membuat Alisa tersipu dan langsung mencubitnya.

    “Kakak ih, ngegodain mulu. Jadi males makan nih!” protes Alisa untuk menutupi saltingnya.

    “Minta disuapin?” tawar Sean yang kembali mendapat cu-bitan dari Alisa.

    Edy benar-benar seret dan enek menelan makanan yang di buat Alisa. Enak, benar apa yang di katakan Sean jika Alisa suka memasak dan makanan buatannya enak. Tapi jika di tambah dengan bumbu kemesraannya dengan Sean yang dipamerkan secara terang-terangan dan sengaja seperti ini, semuanya terasa tidak enak.

    “Aku ada sidang lagi habis ini, nanti sama mau mampir kantor bentar,” ucap Sean selesai makan dan bersiap kembali ke pengadilan bersama ayahnya.

    Alisa mengangguk lalu menghentikan makannya untuk mengantar Sean keluar bersama ayahnya. Tidak ada ciuman mesrah seperti biasanya. Alisa hanya memeluk Sean sebentar lalu melambaikan tangan dan kembali masuk kedalam melanjutkan makannya lagi.

    Edy mendengus pelan. Dewi tak pernah seperti itu padanya. Baik saat ia belum hamil, apa lagi saat hamil seperti sekarang. Bahkan sejak menjadi pengantin baru juga, Dewi tidak pernah menunjukkan banyak interaksi yang mesra dan romantis padanya.

    Meskipun memang Dewi sangat telaten dan sabar saat merawatnya ketika sakit. Tapi tidak munafik Edy juga ingin perempuan seperti Alisa juga.

    “Menurutmu kalo Alisa gak hamil anakmu gimana?” tanya Edy ambigu.



    [1] Asisten Rumah Tangga

    [2] Ujian Nasional




    Author

    dasp world

    Agensi kepenulisan dan penerbitan cerita fiksi online.