0
Home  ›  Chapter  ›  Young Money

Chapter 7

 Chapter 7-1

Setelah lama membaca di kamar akhirnya Andin keluar kamar untuk makan siang. Ponsel pun ia tinggal di kamar karena hanya akan makan sedikit dan kembali ke kamar.

"Kak Andin, mau ikut aku gak? Nyobain masakan," ajak Silvia yang melihat Andin.

"Eh, eng... Maaf tapi aku masih mau baca," jawab Andin sungkan.

"Yaahh... Gak seru deh..."

"Em, aku tanya mas Bimo dulu ya. Boleh pergi apa enggak..."

Silvia langsung tersenyum sumringah mendengar Andin mau mempertimbangkan ajakannya. Silvia juga langsung menyodorkan ponselnya agar Andin bisa langsung minta ijin tanpa perlu kembali ke kamarnya.

"Apa? " saut Bimo di ujung sana.

"Assalamu'alaikum Mas," ucap Andin.

"Wa'alaikumsalam... Andin? Kenapa?"

"Silvia ajak aku pergi, mau ngicipin makanan gitu. Boleh ik... "

"Gak usah! Di rumah aja! " Bimo langsung memotong ucapan Andin.

"Yaahhh Kak, kak Andin kan di rumah terus. Masa gak boleh main sama sekali? " saut Silvia begitu kakaknya menolak mengijinkan iparnya ikut.

Bimo hanya menghela nafas dan mendesah kesal. "Yaudah boleh tapi bentar! Sebelum maghrib dah pulang ya... " putus Bimo.

"Iye pelit! " jawab Silvia senang akhirnya Bimo mengijinkan.

Andin hanya tersenyum melihat Silvia yang bisa merayu Bimo dengan mudah. "Aku siap-siap dulu ya... " Andin langsung ke kamar dan mengganti bajunya dengan celana panjang dan kemeja.

Tak lama Andin datang, penampilannya sangat sederhana. Aksesoris pun hanya cincin dan tas selempang kecil yang berisi dompet dan ponsel. Rambutnya di ikat, wajahnya tanpa polesan make up sama sekali. Mungkin hanya pelembab dan lipstik tipis. Benar-benar jomplang dengan Silvia yang terlihat glamor.

Sepanjang perjalanan Andin hanya diam mendengarkan Silvia yang bercerita ini itu. Sesampainya di sana Silvia langsung menempel dengan Aldo sementara Andin mengikuti di belakangnya, obat nyamuk.

Tau gini aku makan dulu di rumah. Batin Andin lapar dan tak satupun makanan bisa ia nikmati sampai kenyang. Jelas saja namanya juga cuma icip-icip. Usai acara icip-icip yang tak mengenyangkan itu, Silvia kembali mengajak Andin jalan. Kali ini mengajaknya makan siang dengan bebar. Aldo juga ikut tentunya.

Andin hanya ikut makan sesuai yang di pesan Aldo dan Silvia. Andin juga hanya diam sambil membaca info soal novel yang akan segera rilis waktu dekat ini. Andin sedikit iri sebenarnya saat melihat kemesraan adik iparnya yang tak terpaut jauh usia dengannya.

Pasti Silvia seneng banget bisa nikah sama orang pilihannya. Pasangan serasi, cakep cantik. Batin Andin lalu tersenyum sekilas menatap Silvia.

"Kak Andin kenapa senyum-senyum gitu? " tanya Silvia heran dan sudah menatap tajam Andin karena mengira ia genit pada Aldo. Apalagi Aldo ikut tersenyum begitu.

"Kamu cantik, pasti seneng bentar lagi nikah. Aku gak bisa bayangin gimana waktu kamu nikah nanti... " jawab Andin.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

Silvia dan Aldo hanya tersenyum dan tertawa kecil mendengar ucapan Andin.

"Apaan sih Kak. Kamu loh juga cantik.." Silvia benar-benar tersipu malu akan jawaban Andin.

Andin hanya menundukkan pandangannya sambil tersenyum lembut mendengar ucapan Silvia. Aldo cukup tertegun melihat bagaimana senyum Andin. Aldo bahkan hampir terpesona dengan semua yang dilakukan Andin. Dari caranya berjalan, caranya bicara dengan lembut, pembawaannya yang kalem dan dewasa, caranya tersenyum dan lagi Andin terlihat sangat cantik tanpa make up. Bahkan bagi Aldo, Andin jauh lebih cantik tanpa make up.

Andin tak begitu sadar dan peduli dengan tatapan Aldo padanya yang penuh rasa terpesona padanya. Aldo juga menyemak dengan serius apa jawaban Andin tiap di tanya Silvia, atau cara andin memisahkan seledri yang ada di mangkuknya. Aldo benar-benar terpesona pada Andin, sampai Andin menerima telfon dari Bimo yang membuatnya tersadar Andin sudah ada yang punya.

Coba gue kenal duluan sama Andin. Dah gue nikahin sejak lama! Beda jauh bener dari Silvia. Kalo gak bunting gak gue nikahin lo! Batin Aldo sambil menatap Silvia yang bergelayut manja padanya.

"Iya Mas. Wa'alaikumsalam... " ucap Andin lalu menyudahi teleponnya.

"Udah yuk pulang! " ajak Silvia lalu berjalan ke mobil sementara Aldo tengah membayar makan siang mereka.

●●●

Andin langsung tidur di sofanya begitu sampai rumah. Kamarnya juga langsung ia tutup dan kembali memakai dasternya menunggu Bimo pulang.

Aldo yang masih ingin memandangi Andin perlahan mengendap-endap berjalan ke kamar Bimo. Hasratnya benar-benar menggebu untuk bisa menemui Andin lagi. Aldo benar-benar ingin menemui Andin, meskipun Silvia bilang untuk menunggu di ruang tamu saja. Perlahan tangannya memegang gagang pintu kamar Bimo dengan gugup dan sedikit gemetar, ini pertama kalinya ia berhasrat mengintip wanita yang jelas istri orang.

"Kamu ngapain? " tanya Silvia begitu keluar kamar pada Aldo.

Aldo langsung membelalakkan matanya cukup terkejut langsung kepergok begini.

"Loh ku kira ini kamarmu... Baru mau di kagetin," jawab Aldo gugup lalu merangkul Silvia.

"Aih kamu ini... Ada-ada aja... " Silvia sama sekali tak curiga pada apa yang akan di lakukan Aldo dan hanya menganggapnya sebagai surprise yang gagal.

Bukannya Aldo dah tau mana kamarnya Silvia. Batin Bimo heran saat tak sengaja menguping pembicaraan Aldo dan Silvia.

"Loh Kak dah pulang? " sambut Silvia saat melihat Bimo dengan tote bag dari penerbitannya.

Bimo hanya menatap tajam Aldo lalu Silvia. Bimo jelas masih tak merestui hubungan Silvia ini, hanya pacaran saja Bimo sudah tidak suka. Apa lagi menikah karena hamil duluan dan yang makin membuat Bimo kesal karena ia tak bisa mengatakan kebenaran yang ada demi menjaga nama dan perasaan adiknya.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

Bimo langsung masuk ke kamarnya dan melihat Andin yang tengah tidur siang di sofa. Beberapa buku masih berserakan di lantai, tidak terlalu berserakan hanya saja Bimo suka sesuatu yang benar-benar rapi.

"Mas? Udah pulang... " ucap Andin yang bangun karena mendengar langkah kaki Bimo di kamarnya.

"Aku tadi ke percetakan dapet ini... " ucap Bimo yang langsung memamerkan novel barunya.

"Ya Allah! Kok bisa dapet Mas? Ini loh belum rilis! " pekik Andin yang langsung meraih buku di tangan Bimo.

"Kok kamu tau?"

"Aku ngikutin IG penerbitannya, ini baru rilis bulan depan. Hebat! Kok bisa dapet? " Andin langsung menciumi buku baru tersebut, menghirup aroma buku baru yang membuatnya senang. "Ya Allah! Ada tanda tangannya! Kamu dapet dari mana Mas? "

Bimo hanya tersenyum melihat Andin yang begitu senang. Ia tak menyangka bila Andin benar-benar mengaguminya. Bahkan Andin langsung menangis haru saat melihat tulisan "untuk Andin" dalam tanda tangan tersebut.

"Heh! Kenapa nangis? " panik Bimo.

"Aku seneng..." jawab Andin lalu menyeka air matanya sambil tersenyum.

"Ahahahaha Andin... Andin... "

"Makasih ya Mas... "

Bimo tak pernah merasa benar-benar bisa membuat seorang wanita bahagia sampai terharu selain tokoh di naskahnya dan kini ia benar-benar merasakannya. Baru kali ini Bimo merasa sukses bersikap romantis pada seorang wanita hingga ia ikut berdebar.

"Kita bikin lis biodata sama ceritakan tentang diri masing-masing yuk!" ajak bimo lalu mengambilkan kertas dan bolpen untuk Andin yang mulai membaca kata pengantar.

"Ck! Ku kira masih bujang. Ternyata dah nikah... " gumam Andin tak mempedulikan ajakan Bimo.

"Kenapa? " Bimo memberikan kertas dan bolpennya pada Andin.

"Dia udah nikah ternyata. Pantesaan aja tulisannya bikin baper terus... " jawab Andin murung lalu menerima kertas dari Bimo. "Jadi aku harus ngisi gimana ?"

"Deskripsikan aja dirimu... " Bimo ikut duduk di samping Andin. "Kalo ternyata Ten Ayashi itu suamimu gimana? "

"Hahaha ya gak lah, kan aku dah punya suami... " Andin langsung menundukkan pandangannya setelah tertawa keci lalu menerima kertas dari suaminya.

Bimo langsung duduk di meja kerjanya sementara Andin mulai menulis dengan beralaskan buku di sofanya. Beberapa kali Bimo menatap Andin sampai akhirnya ia hanya menatap Andin, memperhatikan wajahnya, rambutnya, bahunya, pinggangnya, sampai ekspresinya saat sedang menulis. Cantik, hanya kata itu yang terbersit di kepala Bimo.

"Mas, kalo udah terus gimana? " tanya Andin lalu menatap Bimo.

"Eh? Em yaudah kasih ke aku..." jawab Bimo kaget.

"Oke, kurang dikit kok... "

Bimo hanya mengangguk lalu mulai menulis deskripsi tentang dirinya. Shit! Kepalaku kosong! Isinya cuma Andin! Batin Bimo yang bingung akan mulai dari mana.

"ASTAGFIRULLAH!!!! SILVIAAA!!!! " suara jeritan bu Alin terdengar begitu nyaring. Tak lama suara tangis histerisnya.

Bimo dan Alin langsung berlari tergesa-gesa keluar kamar menuju ke kamar Silvia yang terbuka lebar. Bimo langsung menahan Andin agar tetap jauh dari kamar Silvia, tak lama suara barang-barang dari kamar Silvia yang di banting bu Alin terdengar bahkan beberapa sampai terlempar keluar.

Andin hanya mundur dan kembali masuk ke kamar sambil menutup telinganya dengan kedua tangannya saat melihat mertuanya tengah marah besar. Suara tangis Silvia juga terdengar meraung-raung. Sampai akhirnya suara itu terhenti dan berganti dengan jeritan Silvia dan Bimo, Andin masih di kamar sampai akhirnya suara ambulan terdengar.

Ya Allah semoga semua baik-baik saja. Batin Andin yang hanya bisa berdoa.

Chapter 7-2

30
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share