0
Home  ›  Chapter  ›  Young Money

Chapter 20

 Chapter 20-1

Pak Trisno datang membawa dua kilo ikan lele dari kolamnya. Ia berusaha mencarikan yang terbaik dan terbesar untuk Andin dan besannya. Andin terlihat sangat semangat dan senang saat ayahnya datang. Ia bahkan langsung mengolah lele yang di bawa ayahnya. Meskipun Bimo jadi uring-uringan karena Andin ngeyel.

Makan malam kali ini dengan menu lele goreng dan lele bakar, meskipun bukan Andin langsung yang menggoreng atau membakarnya. Pak Hendro tampak sangat senang dengan menu masakan Andin kali ini. Bahkan ia sudah mulai mencicip lele dan sambalnya terlebih dahulu. Kalau Bimo tidak mengingatkan untuk mandi dulu, mungkin pak Hendro sudah menghabiskan semuanya sendiri. 

Bu Alin juga senang dengan menu buatan Andin yang harumnya sudah tercium begitu masuk rumah. Acara makan malam terasa sangat menyenangkan. Sampai Silvia ikut dan merusak suasana. Silvia kembali pura-pura mual dan meminta Andin untuk menyingkir dari ruang makan. Andin sama sekali tak keberatan, meskipun Bimo tampak kesal dengan apa yang di lakukan adiknya. Pak Trisno yang melihat bagaimana cara Silvia mengusir anaknya juga jadi tak selera makan.

"Makan itu tempatnya ada dua, kalo gak dapur ya disini..." sindir Silvia.

Andin langsung terdiam lalu menghentikan makannya. Ia tak mungkin makan di dapur bersama dengan para pembantu, tukang kebun dan supir. Tapi kalau di ruang makan Silvia bisa muntah-muntah.

"Ah.. Aku dah kenyang... " ucap Andin lalu bangun.

Bimo langsung menahan Andin. "Kamu yang makan ke dapur!" tegas Bimo pada Silvia. "Andin ini istriku. Kamu terima apa enggak dia bagian dari keluarga. Kalo kamu gak mau makan di dapur suruh anakmu itu tau diri... " sambung Bimo.

"Mas, udah gapapa... " ucap Andin. "Aku dah kenyang... " sambung Andin lalu menghela nafas.

Pak Trisno hanya diam tak berani berkomentar lalu menghentikan makannya. "Bimo, sudah... " ucap pak Trisno yang merasa tidak nyaman dan jadi canggung karena Bimo.

Bimo akhirnya menundukkan pandangannya lalu mengambilkan nasi dan lele juga sambel untuk Andin. "Makan lagi, buat anakku... " ucap Bimo lembut pada Andin.

"Sudah kenyang mas... " ucap Andin.

Bimo tak menghiraukan ucapan Andin sama sekali. Ia kembali mengambilkan lele untuk mertuanya. "Ayah makan lagi, makan yang banyak... " ucap Bimo.

Silvia akhirnya pergi ke kamarnya dengan kesal. Ia tak menyangka kakaknya akan membela Andin kali ini dan lagi tak ada yang membelanya. Bahkan tidak orang tuanya. Meskipun Andin dan ayahnya berusaha membuat kakaknya tenang, tetap saja baginya itu hanya untuk cari muka saja.

"Dasar lacur, banyak utang! " maki silvia kesal.

●●●

Andin makan dengan lahap begitu juga dengan mertuanya. Meskipun tadi sempat ada ketegangan. Usai makan yang selesai lebih awal Andin sengaja mengambilkan makanan untuk Silvia. Andin memilihkan lele bakar yang paling besar, lalapan dan sambal.

"Silvia... " panggil Andin sebelum masuk ke kamar iparnya.

"Iya? " saut Silvia.

Perlahan Andin membuka pintu kamar Silvia lalu meletakkan makanannya di atas meja. "Maaf ya yang tadi... Besok lagi aku makan duluan aja, biar kamu bisa makan sama-sama ya... " ucap Andin lembut.

"Kamu mau apa? " tanya Silvia  sinis.

"Ah iya lupa... " ucap Andin lalu mengambilkan air putih dingin untuk Silvia dan kembali ke kamar Silvia lagi.

Silvia hanya memandangi makanan yang di bawakan Andin. "Kamu butuh apa sih sebenarnya? Kapan gak pura-pura? " tanya Silvia pada Andin dengan sinis.

"Apanya yang pura-pura? Aku gak pura-pura, tadi emang mas Bimo yang gak bolehin goreng sama bakar sendiri... " ucap Andin menjelaskan.

Baca juga 29. Vol. 3 : Chapter 12

Dengan kesal Silvia langsung menyiram wajah Andin dengan air dingin yang di bawakan Andin tadi.

"Aghh! Silvia kenapa? " tanya Andin yang keget dengan apa yang di lakukan Silvia.

"Kamu cerai aja sama kak Bimo! Kak Bimo nikah sama kamu karena aku hamil duluan! Sekarang aku cerai! Jadi kak Bimo juga! " tegas silvia.

Pak Trisno yang melewati kamar Silvia tak sengaja mendengar ucapan Silvia yang menyebut kata cerai cukup tercekat. Ia tak menyangka sama sekali kalau putrinya akan di perlakukan seperti itu. Bila awalnya pak Trisno maklum dengan sikap Silvia tadi, kali ini pak Trisno tau kenapa Silvia melakukan itu pada Andin. Jelas tak ada alasan untuk menceraikan Andin bagi Bimo, tapi tetap saja itu membuat pak Trisno khawatir. Apalagi putrinya tengah hamil muda.

"Astagfirullah... " gumam pak Trisno lalu mengelus dadanya dan melanjutkan aktivitasnya.

Terlihat Andin yang buru-buru masuk ke kamar suaminya sambil menutup mulut dan hidungnya. Entah apa yang di ucapkan Silvia padanya. Bimo yang melihat tingkah mencurigakan istrinya juga di abaikan Andin yang langsung masuk kamar mandi dan mengunci pintunya dari dalam.

"Sayang ngapain? " tanya Bimo dari luar.

"Eng... Gapapa Mas... Mules aja... " jawab Andin membohongi suaminya.

"Solat jamaah apa sendiri ?" tanya Bimo.

"Sendiri aja mas... " jawab Andin lagi.

"Yaudah... " ucap bimo lalu meninggalkan Andin di kamar.

●●●

Baik Andin maupun Silvia sama-sama tidak keluar untuk solat berjamaah. Silvia sendiri jangankan solat jamaah, mau solat wajib saja susahnya minta ampun.

Usai solat dan mendoakan yang terbaik untuk Andin dan janinnya, semua kembali sibuk dengan aktivitas masing-masing. Bu Alin yang menonton sinetron, bapak-bapak yang mengobrol sambil minum teh, lalu Bimo yang menemani istrinya.

"Ayo pulang... " ajak Andin sambil memeluk suaminya.

"Loh tumben buru-buru, ada apa? " tanya Bimo heran sambil memeluk istrinya yang masih memakai mukena.

Andin hanya menggeleng lalu menunduk murung dan masih memeluk erat suaminya.

"Masalah tadi waktu makan ya? " tanya bimo sambil mengecup kening andin lembut.

Baca juga 28. Vol.3 : Chapter 11

Andin hanya menggeleng pelan lalu memper erat pelukannya. "Aku pengen pulang... " pinta Andin lagi, kali ini suaranya sedikit merengek menahan tangisnya.

Tapi jelas Bimo tak tau penyebab Andin ngotot begini dan menganggap kalau Andin hanya ingin bermanja-manja saja dengannya. Apa lagi suara Andin kali ini terdengar begitu manja dan imut bagi Bimo.

"Andin... Bapak pulang dulu ya... " ucap pak Trisno di luar kamar.

Bimo dan Andin langsung buru-buru keluar kamar. Keduanya terkejut kenapa sampai pak Trisno pamit pulang, padahal sebelumnya berencana untuk menginap.

"Loh kenapa Yah? " tanya Bimo yang di susul Andin.

"Ayah mau istirahat di rumah saja. Ayah gak mau ngerepotin... " pamit pak Trisno lalu menyalimi Andin dan Bimo.

"Loh, ayah pulang naik apa ?" tanya Andin khawatir.

"Tadi dah di pesenin ojek sama Silvia... " jawab pak Trisno.

Andin langsung murung dan terlihat sangat sedih. Tapi kali ini ia tak bisa berkata apa-apa seperti biasanya saat ia merengek agar ayahnya tinggal.

"Aku ikut... " pinta Andin pada ayahnya.

Bimo dan pak Trisno terdiam sejenak, sebelum akhirnya pak Trisno buka suara. "Udah punya suami kok masih ngintilin ayah! " ucap pak Trisno tegas.

Andin langsung cemberut mendengar ucapan ayahnya.

"Ayah gak papa tidur sini aja. Pulangnya besok pagi kita antar... " ucap Bimo memaksa.

"Gak ah... " tolak pak Trisno lalu keluar.

Tak lama suara motor terdengar , pak Trisno langsung pergi setelah menyalimi anak dan menantunya.

Gapapa, Bimo bisa jagain Andin... Batin pak Trisno setelah menatap menantunya yang terlihat begitu protektif dan menyayangi pada putrinya.

"Aku mau ke kamar, ganti baju... " ucap Andin.

Bimo hanya mengangguk mendengar ucapan istrinya.

●●●

"Maumu apa ngusir mertuaku?" tanya bimo kesal pada adiknya yang makin kurang ajar.

"Apaan sih? Aku gak ngusir... " jawab Silvia. "Orang aku cuma bilang, mau renov kamar tamu buat kamar anakku. Gitu aja kalo dia pulang ya berarti tau diri... " sambung Silvia enteng.

"Maksudnya kamu tadi waktu makan juga apa? Ngapain berusaha nyingkirin Andin sama ayah? " tanya Bimo yang masih kesal.

"Ya emang anakku ini gak mau makan sama orang yang harusnya jadi pembantu! Malah gak tau diri kayak bini lo! " maki Silvia dengan mata yang berkaca-kaca.

"Mas... " terdengar suara Andin dari luar yang mencarinya.

Dengan kesal dan masih berat hati. Bimo meninggalkan adiknya yang begitu kurang ajar itu. Tapi langkahnya terhenti sejenak saat Silvia memegangi tangannya.

"Aku janji bakal jadi baik-baik lagi kayak dulu. Asal kakak ceraikan kak Andin... " ucap Silvia sambil memegangi tangan kakaknya.

Bimo hanya diam lalu mengibaskan tangannya menampik tangan Silvia lalu buru-buru keluar menemui istrinya.

"Mas dari mana? " tanya Andin yang sudah tiduran dengan dasternya.

"Habis dari kamar Silvia, katanya mau renovasi... Makannya ayah pulang, gara-gara gak mau ganggu renovasinya... " jawab bimo lalu mengelus perut Andin lembut.

Andin hanya mengangguk lalu mengecup bibir Bimo lembut sebelum memejamkan mata untuk tidur.

"Sehat terus ya Nak, bumilnya juga... " bisik Bimo lalu mengecup kening Andin sambil mendekapnya.

 Chapter 20-2

30
Posting Komentar
Search
Menu
Theme
Share