Epilog
Tiga tahun berlalu...
Bimo yang kini bekerja di kantor
papanya dan menghabiskan sela-sela waktu luang untuk menulis dan keluaraganya.
Andin sibuk mengurus anak-anaknya dan memulai bisnis membuat kue kering di
rumah. Bisnis online dan kue yang
tidak banyak di buat karena anak-anaknya yang masih kecil dan butuh banyak
perhatian.
Andin tidak memakai jasa pembantu
untuk mengurus rumahnya. Mungkin tetap memakai jasa pembantu tapi tidak 24 jam.
Hanya saat ia benar-benar harus mengurus Ahmad yang manja atau Putri yang merasa iri dengan Ahmad.
"Aku pengen honey moon lagi... " ucap Bimo begitu pulang kerja.
"Honey moon kemana? " tanya Andin sambil menggendong Ahmad.
"Kemana aja, deket juga gapapa
asal berdua sama kamu... " jawab Bimo
lesu lalu masuk ke kamar mandi.
"Assalamu'alaikum... " ucap seorang di luar sana dengan sedikit
berteriak.
"Wa'alaikumsalam... " jawab Andin lalu keluar bersama Putri dan Ahmad.
"Kak... " panggil Silvia.
"Siapa? " tanya Bimo yang menyusul keluar.
"Silvia mau apa? " sambung Bimo
lalu memberi isyarat agar Andin
dan anak-anaknya masuk.
Andin langsung masuk bersama Putri dan Ahmad.
"Aku mau ngomong sama kak Andin... " jawab Silvia yang
datang di temani seorang pria.
"Masuk... " ucap Bimo mempersilahkan.
●●●
"Kakak
jagain adek ya Nak...
" ucap Andin pada Putri.
"Ibu mau kemana? " tanya Putri sambil menahan tangan Andin.
"Kedepan, ketemu sama mamanya Putri dulu... " jawab Andin
lembut lalu beranjak keluar kamar.
Putri hanya diam dan membiarkan Andin keluar. Putri memang tau bila Andin ibunya, tapi ia juga punya
mama meskipun tidak dekat. Tapi bagi Putri
memang Andin dan
Bimo adalah orang tuanya.
"Hari ini panas, jadi aku
bikin ini... Sirup markisah... Aku bikin sendiri... " ucap Andin menyajikan minumnya lalu duduk
di samping suaminya.
"Kak, aku mau minta maaf...
" ucap Silvia yang langsung menangis tersedu-sedu. "Aku dah jahat
sama Kakak,
padahal Kakak baik
sama aku. Aku iri Kakak dapet
semua kasih sayang, aku iri lebih banyak yang sayang Kakak dari pada aku. Dan yang paling bikin aku iri aku benci Putri lebih sayang Kakak dan kak Bimo juga. Aku terlalu di butakan rasa iriku Kak... Aku minta maaf... "
sambung Silvia lalu bersimpuh meminta maaf pada Andin.
Andin hanya mengangguk sambil
menangis haru menerima permintaan maaf dari Silvia. Lalu saling berpelukan
erat.
"Aku cuma pengen di sayaingin
sama banyak orang... Aku minta maaf Kak...
" ucap Silvia.
"Aku minta maaf belum bisa memahami kamu dengan baik...
" ucap Andin pada
Silvia.
"Mama... " panggil Putri pelan.
Silvia hanya tersenyum menatap Putri
yang memanggilnya sambil bersembunyi di balik pintu.
●●●
Di
hari yang begitu melelahkan dan mengharukan ini. Silvia menginap
di rumah Andin dan Bimo. Silvia menghabiskan malamnya
bersama Putri. Ia
juga mengenalkan Tomy, psikiater yang akhirnya memutuskan untuk
menikahinya dalam waktu dekat ini. Tentu kali ini Silvia tidak hamil duluan.
Semua terasa damai, beban yang
sekian lama di tahan seolah hilang dan menguap begitu saja saat saling
memaafkan. Tak ada lagi rasa iri dan kebencian. Bahkan Silvia mau memulai semuanya dari awal lagi.
Memaafkan dirinya dan kesalahannya.
Membuka diri untuk menerima Putri
dan ikut bahagia dengan kebahagiaan kakaknya. Tak ada hasrat ingin merebut dan
menghancurkan lagi. Semua damai.
Sampai hari pernikahan Silvia yang
kali ini begitu megah. Putri juga tampak bahagia dan tidak setakut dulu pada Silvia, meskipun Putri tetap ingin bersama Andin dan Bimo.
"Dulu saya pernah bikin
kesalahan yang sangat besar, sangat besar sampai rasanya dunia membenci saya.
Tapi apapun masalaluku dan kesalahanku dulu itu akan tetap melekat padaku. Hari
ini saya akan menempuh hidup baru, doakan saya agar selalu bahagia dan selalu
di penuhi rasa syukur juga berjiwa besar... " ucap Silvia sedikit berbicara di pernikahannya lalu berciuman mesra
dengan suami barunya, Tomy.
Tamat.