Chapter 26
Usai
memandikan Putri
dan memberikan susu. Andin mulai sibuk membersihkan kamar sambil bermain dengan
Putri atau
menemaninya menonton kartun. Sesekali Andin juga mengambilkan minum atau apa
yang di butuhkan Bimo atau mertuanya. Tidak ada gangguan dari Silvia sama
sekali. Jangankan mengganggu, keluar kamar saja tidak.
"Mas mau buah? " tawar Andin pada Bimo sambil membawa pisang untuk Putri.
Bimo hanya menggelengkan kepalanya
tanpa mengalihkan pandangannya yang serius ke layar komputer.
"Mas nanti mau makan apa?
" tanya Andin lagi
sebelum keluar kamar.
Bimo kembali menggeleng lalu meraih
ponselnya. "Itu kenapa bisa kayak gitu layoutnya?!
Kemarin kan dah dijelasin!
Ilustrasinya juga argh ancur parah!
Gak nyambung gitu! " omel Bimo
yang langsung nerocos memarahi si penerima telepon.
Andin hanya diam di ambang pintu
sambil menatap suaminya yang tampak begitu marah. Bahkan Bimo sampai menggebrak meja dan tampak sangat terburu-buru.
"Ada masalah..." ucap Bimo sambil mengambil kunci mobilnya
dan tas kerjanya. "Aku mau ke kantor dulu... " sambung Bimo lalu menyalimi istrinya.
Andin hanya mengangguk sambil
menyalimi suaminya. Tapi saat suaminya akan memeluknya Andin mengambil jarak lalu tersenyum.
"Jangan marah-marah Mas, gak baik kalo Mas emosian kayak gini... "
ucap Andin lembut
lalu mengelus dada suaminya dan mencium bibirnya sekilas.
Bimo hanya menghela nafas lalu
tersenyum sumringah setelah apa yang dilakukan istrinya memudarkan semua amarah
di dadanya.
"Hati-hati ya Mas... " ucap Andin lalu mengantar suaminya
keluar.
"Ck! kamu ini bikin aku gak jadi marah-marah, jadi lupa
mau ngapain... " ucap Bimo
ceria kembali.
"Mas nanti mau makan apa? Biar
ku masakin, dari tadi pagi Mas
belum makan kan? " ucap Andin
lembut.
"Istriku masak apa? Aku makan
yang mau di masak
istriku aja... " jawab Bimo
lalu mengecup kening Andin
sebelum masuk ke mobilnya.
●●●
Andin
akhirnya memutuskan untuk membuat sup ayam dengan wortel dan
kentang agar Putri juga
bisa ikut makan dengan menu yang sama dengannya. Andin juga membuat sambal
kecap untuk supnya. Juga menggoreng beberapa potong tempe. Meskipun tetap saja
di bantu bibi pembantu yang tak enak hati bila Andin mengerjakan semuanya
sendiri.
Usai memasak dan semuanya rapi
tersaji. Andin menyiapkan makan siang untuk Putri, sembari menunggu makan siangnya dingin Andin mengajak bermain Putri seperti biasa. Tapi baru saja Putri tersenyum dan siap tertawa,
Silvia keluar dari kamarnya dengan tatapan penuh kebencian pada Andin dan Putri hingga Putri takut dan memeluk Andin erat-erat.
"Silvia mau makan? Aku tadi
masak sup ayam loh... " ucap Andin menawari Silvia dengan ramah
seperti biasa.
Tapi di luar dugaan tawaran Andin tak di tanggapi baik oleh
Silvia sama sekali. Bahkan Silvia menganggap tawaran Andin padanya sebagai hinaan. Entah apa dasarnya.
"Bacot! Lo cerai aja
mendingan! Gak tau diri! Melarat di bantuin malah ngelunjak! " makinya
pada Andin lalu
menjambak kerudungnya.
"Astagfirullah... Kamu ini ada apa? Istigfar Silvia! Istigfar!
" ucap Andin sambil berusaha menarik kerudungnya dari genggaman Silvia.
"Gak ngerasa salah lagi! Emang
dasar gak tau diri! Wanita murahan! Di jual demi duit! " maki Silvia yang
main emosi sambil menghempaskan jambakannya hingga Andin terhuyung sampai hampir
terjatuh sambil menggendong Putri.
"Lo pilih salah satu! Anak haram ini atau kak Bimo! " sambung Silvia memberi pilihan.
"Astagfirullah... Silvia... Putri ini anakmu, dia gak tau apa-apa,
dia suci, dia juga gak mau berada di posisi sulit ini... " jawab Andin yang langsung di tampar Silvia
dengan keras lalu masuk kamar dengan di iringi bantingan pintu kamarnya yang
begitu keras.
Andin hanya memegangi pipinya yang
panas sebentar lalu kembali berusaha fokus menenangkan Putri yang menangis. Sambil menenangkan hati dan pikirannya.
"Maafin Mamamu ya Nak... Mamanya Putri lagi marah saja... " ucap Andin menjelaskan pada Putri
yang masih belum bisa memahami apa ucapannya. "Cup... Cup... Maaf ya Nak... " sambung Andin terus menenangkan Putri.
"Heh! Anak gak jelas nangis mulu... " ucap bu Alin yang pergi ke dapur untuk
mengambil minum.
Andin hanya bisa beristigfar lalu
membawa Putri ke
kamarnya. Andin tak habis pikir, mengapa semua orang dirumah begitu membenci Putri. Bahkan Putri sama sekali tak mengetahui apa-apa juga tak meminta
keadaan seperti ini. Tapi tetap saja meskipun Putri suci dan polos semua tetap mengkambing hitamkannya atas
hal buruk yang menimpa. Tak hanya Putri
yang tertekan. Andin juga tertekan, selain perintah untuk cerai dan berpisah
dari suaminya yang terus di ucapkan Silvia. Andin juga ikut sedih tiap semua
memarahi dan mengucapkan kebenciannya pada Putri.
"Kamu gak salah apa-apa, gak
ngerti apa-apa tapi banyak yang gak suka kamu, nyalahin kamu. Kasian kamu Nak... " ucap Andin lalu mengecup pipi Putri. "Anak pintar, anak cantik,
anak kuat... " sambung Andin
menguatkan Putri dan
hatinya sendiri.
Andin hanya bisa menangis meratapi
nasip Putri yang
begitu malang dan dirinya yang kini dibenci Silvia tanpa sebab yang bisa di
rasionalkan.
●●●
"Gimana
Bim? Bisa?
" tanya Anton manager departemen pemasaran pada Bimo.
Bimo hanya diam sambil berfikir.
Alisnya berkerut membaca jadwal acara yang di rancang. "Ini kenapa
jadwalnya berdekatan? " tanya Bimo.
"Ya soalnya banyak yang minta
di adain... Keuntungannya besar..." jawabnya sambil berbisik.
"Aku gak bisa..." ucap Bimo lalu meletakkan kertas yang
dari tadi ia baca. "Istriku hamil tua, aku mau nemenin istriku. Lagian
dulu aku gak ngadain meet and greet
gapapa... " sambung Bimo
lalu merapikan barang-barangnya dan pergi.
Anton hanya diam bingung dan heran
dengan apa yang Bimo
lakukan. Ia sudah mengatur jadwal sedemikian rupa tapi di tolak mentah-mentah.
Padahal keuntungan kali ini bisa lebih dari empat kali lipat dari honor Bimo biasanya.
"Bimo emang gitu, anak
pertama... " ucap editor Bimo
yang sudah sangat maklum dengan apa yang Bimo
lakukan.
Anton hanya mengangguk lalu pergi
menyusul Bimo ke rumahnya.
Tapi sesampainya di sana Bimo
masih belum sampai. Hanya ada Andin
yang tampak sedang menyuapi Putri
itu pun tidak mempersilakannya masuk dan hanya di teras dengan suguhan es
jeruk.
"Maaf, tapi gak ada cowok di
rumah. Mas Bimo juga
belum pulang. Jadi tunggu di luar ya Mas...
" ucap Andin lembut
lalu masuk dan menyuapi Putri
lagi.
"Elu ngapain kesini! "
kesal Bimo begitu turun dari mobil. "Assalamu'alaikum
..." sambung Bimo sambil
berjalan masuk.
"Loh mas udah pulang... "
sambut Andin lalu
memeluk Bimo. "Ada yang nyari Mas...
" sambung Andin
melapor.
Bimo hanya menghela nafas lalu
mengangguk. "Sayang tadi aku beli ini... " ucap bimo memamerkan alat
penyedot komedo yang baru di belinya.
"Buat apa Mas? " tanya Andin heran.
Apa
aku jelek ya? Apa komedoku dah parah? Batin Andin menduga-duga.
"Kamu gak suka ke salon ,
pakek skin care juga enggak, facial juga enggak. Jadi aku beli in ini
biar kamu bisa facial di rumah... " jelas Bimo lalu membawa barang pemberiannya
ke kamar.
Lah
di cuekin... Batin Anton
yang langsung mati kutu.